DENPASAR – Vasudhaiwa Kutumbakam menjadi tema pasangan calon (paslon) Pilwali Denpasar 2020 nomor urut 1, yakni I Gusti Ngurah Jaya Negara- I Kadek Agus Arya Wibawa (Jaya Wibawa) menuju hari puncak, Rabu, 9 Desember 2020.
Konsep yang bermakna menyama braya alias bersaudara ini dinilai menunjukkan kedewasaan paslon yang diusung PDI Perjuangan, Gerindra, Hanura, dan PSI dalam memimpin perjuangan politik di tengah pandemi Covid-19.
Hal itu yang terungkap saat Radar Bali Talkshow yang dipandu Direktur Jawa Pos Radar Bali Justin M. Herman untuk channel Radar Bali Digital kemarin.
Diterima di Kantor Redaksi Jawa Pos Radar Bali, Jalan Hayam Wuruk No. 294, Denpasar, Jaya Negara menegaskan bahwa Vasudhaiwa Kutumbakam berarti “Kita semua bersaudara”.
Konsep ini diyakini dapat meredam suhu politik dan mengedepankan kepentingan masyarakat Kota Denpasar dalam suasana pendemi.
“Kami selalu menyampaikan spirit Vasudhaiwa Kutumbakam. Dengan konsep ini kami ingin berbagi. Bagaimana kita mampu mewujudkan
rasa aman dan nyaman dalam suasana Pilkada,” ucap Jaya Negara dalam talk show yang didukung oleh Nirwana TV (Jawa Pos Group) dan RadarBali.id tersebut.
Apa yang akan dilakukan Jaya-Wibawa, ungkapnya, merupakan estafet dari era kepemimpinan Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra.
Hal inilah yang melatarbelakangi visi “Kota Kreatif Berbasis Budaya Menuju Denpasar Maju”. Dengan kata lain, Jaya-Wibawa membawa romantisme
pemerintahan Dharmanegara menjadi suatu dinamika dan dialektika Denpasar yang MAJU: Makmur, Aman, Jujur, dan Unggul.
Rinciannya, MAJU dengan kemakmuran atau kemajuan bidang perdagangan, UMKM dan pariwisata; MAJU dengan keamanan atau kemajuan bidang sosial kemasyarakatan
yang menjadikan kenyamanan sebagai suatu tujuan; MAJU dengan kemajuan reformasi birokrasi; dan MAJU yang unggul secara infrastruktur, transportasi, dan sumber daya manusia (SDM).
“MAJU ini sebuah akronim yang artinya Makmur, Aman, Jujur, dan Unggul. Sederhananya, makmur rakyatnya, aman kotanya,
jujur semua aparatur sipili negaranya (ASN) dalam melayani masyarakat, dan unggul programnya,” tandas politisi yang piawai menari dan menabuh itu.
Imbuhnya, istilah makmur menggunakan indikator indeks pembangunan manusia alias IPM yang mencakup pendidikan, kesehatan, income per kapita.
Jaya Negara menegaskan capaian IPM di era kepemimpinan Dharmanegara (Rai Mantra- Jaya Negara, red) adalah 83,68. Menempati ranking 5 di Indonesia dari 548 kabupaten/kota.
Indikator aman, ungkap Jaya Negara, menyangkut aman dari gangguan kamtibmas dan kesiapsiagaan bencana.
Agar Kota Denpasar semakin nyaman, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali itu menyebut memiliki keinginan mempercantik wajah Kota Denpasar.
Indikator jujur ungkapnya menyangkut indeks perilaku anti korupsi dan indeks reformasi birokrasi. Terakhir, indikator unggul mencakup bidang ekonomi, SDM, teknologi, dan sejenisnya.
“Kami melihat secara umum capaian Denpasar di bawah kepemimpinan Bapak Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra sudah memberikan pondasi kuat terutama
terkait tata kelola pemerintahan. Kalau diberikan kesempatan (memimpin Denpasar, red), kami akan menindaklanjuti hal-hal yang belum dicapai maksimal sebelumnya,
baik rencana pembangunan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang,” tegas pria yang saat ini sedang cuti dari jabatannya sebagai wakil wali kota Denpasar tersebut.
Jaya Negara dan Kadek Agus Arya Wibawa menekankan ada beberapa pekerjaan rumah yang menunggu bila dipercaya memimpin Kota Denpasar ke depan, antara lain masalah sampah di kota dan penyediaan air bersih.
Disinggung soal sampah, Jaya Negara mengaku selama mendampingi Rai Mantra pihaknya sudah berupaya memaksimalkan pemilihan dan pemilahan sampah di hulu sebelum dikirim ke hilir, yakni TPA Suwung.
Upaya itu dilakukan dengan memperbanyak depo sampah, bank-bank sampah di tiap desa dan kelurahan, serta pengolahan sampah organik dan anorganik menjadi bahan bernilai guna plus ekonomis.
Meski demikian, diakuinya volume sampah Denpasar yang dalam sehari mencapai 800- 1.000 ton sementara hanya bisa diselesaikan 30% di hulu.
Oleh sebab itu, Jaya-Wibawa berkomitmen menuntaskan problem ini bekerja sama dengan masyarakat Denpasar, Pemprov Bali, dan pihak swasta.
Konsep pengolahan sampah menjadi energi alias waste to energy dinilai menjadi langkah tepat mengurai permasalah tersebut.
“Mengelola sampah itu menjadi energi listrik,” tandasnya sembari menyebut feasibility study dan beauty contest segera dilakukan untuk kepentingan tersebut.
Lebih lanjut, tentang penataan Kota Denpasar, Jaya-Wibawa menegaskan kemampuan fiskal Ibu Kota Provinsi Bali sudah stagnan dan dibutuhkan upaya progresif serta kreatif untuk menggenjot pendapatan asli daerah atau PAD.
“Kami akan melihat lebih cermat potensi-potensi apa yang saja bisa dimanfaatkan,” ungkap Jaya Negara lagi.
Untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata, pembangunan Convention Centre yang antara lain difungsikan sebagai tempat pameran UMKM se-Indonesia dan sejenisnya menjadi salah satu upaya Jaya-Wibawa menjawab tantangan tersebut.
“Kami harus mendapatkan pundi-pundi baru untuk meningkatkan PAD Kota Denpasar. Dengan adanya peningkatan pendapatan otomatis kesejahteraan masyarakat mampu dimaksimalkan,” tutupnya.
Sementara itu, I Kadek Agus Arya Wibawa sepakat bahwa cara kreatif dan progresif harus diupayakan untuk meningkatkan sumber pendapatan Kota Denpasar.
Jelasnya, penataan program penataan Kota Denpasar akan memantik roda ekonomi masyarakat yang berujung pada peningkatan PAD.
Gedung Graha Sewaka Dharma sebagai pusat pelayanan publik dan Gedung Dharma Negara Alaya yang menjadi rumah kreativitas terang Kadek Agus akan menjadi spirit lahirnya entrepreneur-entrepreneur muda Kota Denpasar.
“Starup atau bisnis berbasis layanan digital dengan segudang inovasi dan kreativitas tanpa batas akan lahir dari rumah
bernama Dharma Negara Alaya,” ungkap politisi yang melepas posisi Ketua Fraksi PDIP DPRD Denpasar untuk bertarung di Pilwali 2020 itu.