SINGARAJA– Sejumlah kader di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mulai mengincar kursi bupati Buleleng. Meski pemilihan baru akan berlangsung pada 2024 mendatang, namun aura persaingan mulai terasa.
Saat ini setidaknya ada 3 orang politisi di internal PDI Perjuangan yang berpeluang maju. Di antaranya Dewa Made Mahayadnya alias Dewa Jack yang kini jadi anggota DPRD Bali, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG yang kini masih aktif sebagai Wakil Bupati Buleleng, dan dr. Ketut Putra Sedana, Sp.OG alias Dokter Caput yang kini masuk dalam struktur DPC PDI Perjuangan Buleleng.
Dewa Jack selama ini dikenal aktif menyambangi masyarakat. Terutama di kawasan Buleleng Barat. Sementara Sutjidra, kerap melakukan aksi bakti sosial berupa pengobatan gratis. Utamanya di kawasan pedesaan. Aksi sosial pengobatan gratis juga diikuti Dokter Caput. Selain itu Caput juga kerap memboyong relawannya melakukan aksi fogging.
Dukungan terhadap Dewa Jack mulai muncul dari kalangan akar rumput. Sabtu (29/1) saat ia melakukan kunjungan sosial ke Desa Celukanbawang, masyarakat menggadang-gadang Dewa Jack sebagai calon Bupati Buleleng.
Dewa Jack sendiri dikenal sebagai salah satu kader senior di PDI Perjuangan. Dia sempat duduk sebagai anggota DPRD Buleleng selama dua periode. Saat ini ia duduk di DPRD Bali untuk periode kedua. Secara struktur partai, dia kini dipercaya sebagai Bendahara DPD PDI Perjuangan Bali.
Pada 2017 lalu, ia sempat mengikuti konvensi di internal PDI Perjuangan. Dewa Jack sempat mendaftar sebagai bakal calon wakil Bupati Buleleng. Namun, namanya terpental dari konvensi.
Saat itu DPP PDI Perjuangan memutuskan merekomendasikan kembali pasangan Putu Agus Suradnyana dan dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG.
Disinggung soal pencalonan, Dewa Jack menganggap hal itu sebatas aspirasi semata. “Kadang di masyarakat ya begitu. Ini masih awal 2022. Pemilihan masih 2024. Kami di internal partai, membahas saja belum. Apalagi memutuskan. Kalau ada aspirasi begitu, saya berterima kasih saja. Ya doakan saja, siapa tahu benar saya yang dapat,” kata pria yang juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Bali itu.
Menurutnya PDI Perjuangan memiliki mekanisme internal tersendiri. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai menegaskan bahwa pencalonan kepala daerah merupakan hak prerogative ketua umum.
Selain itu secara internal, PDI Perjuangan juga memprioritaskan kader dari sisi senioritas, posisi struktural, ditambah hasil survey.
“Di partai itu sifatnya penugasan. Tidak ada persaingan. Kalau sudah senior, masuk struktur partai, hasil survey bagus, deal sudah. Yang jelas kami sebagai kader partai harus siap dengan penugasan yang disampaikan,” tegasnya.
Sementara itu dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG memilih tak banyak bicara terkait proses pemilihan. Pria yang juga Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPC PDI Perjuangan Buleleng itu mengaku masih fokus menyelesaikan tugasnya sebagai Wakil Bupati Buleleng hingga akhir masa jabatan.
“Saya belum berpikir ke arah sana. Kami ingin menuntaskan masa jabatan ini sebaik-baiknya. Masalah itu (Pilbup) masih jauh,” kata Sutjidra saat dihubungi terpisah.
Di sisi lain Dokter Caput yang kini mengemban tugas sebagai Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Ideologi DPC PDI Perjuangan Buleleng, mengaku belum berpikir mengenai Pilbup Buleleng.
Menurutnya aksi sosial yang dijalankan selama ini adalah bentuk realisasi visi misi induk partai. Sebagai pimpinan sayap partai, yakni Banteng Muda Indonesia (BMI) Buleleng, ia juga mengaku ingin merangkul generasi muda, melalui aksi sosial yang ia lakukan.
“Sebagai kader, saya belum berpikir ke sana. Masih jauh. Saat ini perhatiannya lebih banyak membantu masyarakat dalam situasi seperti ini (pandemi). Bukan berpikir masalah jabatan. Kami selaku kader tinggal menjalankan aturan partai sebagai kader partai,” ujarnya