34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 13:13 PM WIB

Film Sexy Killer Singgung Dampak PLTU Celukan Bawang

DENPASAR – Film dokumenter berjudul Sexy Killers produksi Watchdoc resmi diputar perdana di 21 titik Jumat (5/4) lalu.

Di Bali, film tersebut juga ditonton bareng-bareng di Kampus Universitas Udayana pada Sabtu malam (6/4) lalu.
Puluhan orang hadir untuk menonton film yang membahas sederet persoalan sosial, dan ancaman kerusakan terkait dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). 

Acara yang juga diramaikan dengan lapakan buku dari kawan-kawan Perpustakaan Jalanan Denpasar, Buku Mahardika, Rak Baca Denpasar Kolektif,

Ni Timpal Kopi, dan Lini Literasi pun menghadirkan dua narasumber, yakni Agung Kayon selaku praktisi energi bersih di Bali dan juga Aam Wijaya dari Greenpeace Indonesia.

yang menarik, film berdurasi 90 menit tersebut juga bercerita tentang pembangunan PLTU Celukan Bawang, Buleleng.

Pihak Greenpeace menyebut, pembangunan PLTU Celukan Bawang tahap dua sangat berbahaya bagi masyarakat.
“PLTU berbahan batubara itu kotor. Di negara berkembang lainnya sudah tidak menggunakan batubara lagi,” ujar Aam usai menonton film tersebut.

Aam menyebut, yang jauh lebih berbahaya dari PLTU dengan bahan batubara adalah asap pabriknya.

“Ini jauh lebih berbahaya daripada batubara itu sendiri. Kategorinya masuk dalam B3 (bahan berbahaya dan beracun),” ungkapnya.

Untuk itu, sejumlah penolakan terhadap pembangunan tahap dua dari warga dan nelayan pun terjadi di Celukan Bawang hingga sekarang.

Pihaknya berharap Bali dapat menjadi contoh energi bersih, bukan dengan batubara. 

DENPASAR – Film dokumenter berjudul Sexy Killers produksi Watchdoc resmi diputar perdana di 21 titik Jumat (5/4) lalu.

Di Bali, film tersebut juga ditonton bareng-bareng di Kampus Universitas Udayana pada Sabtu malam (6/4) lalu.
Puluhan orang hadir untuk menonton film yang membahas sederet persoalan sosial, dan ancaman kerusakan terkait dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). 

Acara yang juga diramaikan dengan lapakan buku dari kawan-kawan Perpustakaan Jalanan Denpasar, Buku Mahardika, Rak Baca Denpasar Kolektif,

Ni Timpal Kopi, dan Lini Literasi pun menghadirkan dua narasumber, yakni Agung Kayon selaku praktisi energi bersih di Bali dan juga Aam Wijaya dari Greenpeace Indonesia.

yang menarik, film berdurasi 90 menit tersebut juga bercerita tentang pembangunan PLTU Celukan Bawang, Buleleng.

Pihak Greenpeace menyebut, pembangunan PLTU Celukan Bawang tahap dua sangat berbahaya bagi masyarakat.
“PLTU berbahan batubara itu kotor. Di negara berkembang lainnya sudah tidak menggunakan batubara lagi,” ujar Aam usai menonton film tersebut.

Aam menyebut, yang jauh lebih berbahaya dari PLTU dengan bahan batubara adalah asap pabriknya.

“Ini jauh lebih berbahaya daripada batubara itu sendiri. Kategorinya masuk dalam B3 (bahan berbahaya dan beracun),” ungkapnya.

Untuk itu, sejumlah penolakan terhadap pembangunan tahap dua dari warga dan nelayan pun terjadi di Celukan Bawang hingga sekarang.

Pihaknya berharap Bali dapat menjadi contoh energi bersih, bukan dengan batubara. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/