29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:29 AM WIB

Duh, Tak Sisakan Wakil, Atlet Bali Tak Berkutik di Kandang Sendiri

DENPASAR – Kemarin (6/11) adalah hari kedua Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) seri Bali di GOR Lila Bhuana dan GOR Ngurah Rai Denpasar.

Setelah empat tahun absen, kesempatan Bali menjadi tuan rumah menjadi ajang pembuktian besar bagi para pebulutangkis Pulau Dewata.

Namun, hasilnya berkata lain. Pebulutangkis luar Bali justru lebih doninan. Beberapa pebulutangkis yang menjadi tumpuan Bali seperti Ni Putu Dinda Sayu Murni dari klub Poker Kerobokan

hingga ganda campuran I Putu Agus Aditya Pratama Putra/I Gusti Ayu Putu Mega dari klub Bima Sakti masih belum bisa berbicara banyak di Sirnas seri terakhir ini.

Khusus untuk pasangan Aditya Pratama/Putu Ayu Mega, mereka harus kalah dari ganda campuran Abdul Kadir Zailani/Linda Mutiara Pertiwi dengan skor 21-11, 17-21, 24-22 dibabak utama.

Padahal, mereka berdua sempat dua kali menang dibabak kualifikasi. Untuk Ni Putu Dinda, Wakil Ketum II Pengprob PBSI Bali Wayan Winurjaya yang ditemui di GOR Lila Bhuana mengatakan, salah satu ganda putri andalan Bali ini sempat menang dua kali dalam babak kualifikasi.

Lantas berapa jumlah pebulutangkis asal Bali yang masih tersisa dan siapa saja yang telah gugur?

Winurjaya mengatakan, kemungkinan besar pebulutangkis asal Bali sudah gugur di Djarum Sirnas 2018 alias sudah tanpa wakil lagi.

“Yang lain banyak yang kalah. Masalahnya, kami mengakui ada sedikit kelemahan di Binpres PBSI Bali. Pebulutangkis tidak terkawal betul. Tetapi yang jelas, Sirnas ini bagus untuk evaluasi pembinaan kedepannya,” ucapnya.

Masalah utama, menurut Winurjaya, adalah klub bulutangkis yang ada di Bali masih belum eksis seperti klub bulutangkis yang ada di Pulau Jawa seperti PB Djarum Kudus atau Jaya Raya Jakarta.

Meski pebulutangkis KU-15 asal Bali sangat berpotensi, tetapi pebulutangkis diatas 17 tahun justru masih kurang.

Padahal disanalah persaingan yang sebenarnya. Selain itu, pebulutangkis Bali masih belum banyak mengikuti kejuaraan seperti Sirnas.

”Coba bayangkan klub yang ada di Pulau Jawa. Mereka bisa berlatih 12 kali dalam seminggu. Yang jelas klub bulutangkis yang ada di Bali butuh totalitas untuk memajukan bulutangkis itu sendiri,” tuturnya. 

DENPASAR – Kemarin (6/11) adalah hari kedua Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) seri Bali di GOR Lila Bhuana dan GOR Ngurah Rai Denpasar.

Setelah empat tahun absen, kesempatan Bali menjadi tuan rumah menjadi ajang pembuktian besar bagi para pebulutangkis Pulau Dewata.

Namun, hasilnya berkata lain. Pebulutangkis luar Bali justru lebih doninan. Beberapa pebulutangkis yang menjadi tumpuan Bali seperti Ni Putu Dinda Sayu Murni dari klub Poker Kerobokan

hingga ganda campuran I Putu Agus Aditya Pratama Putra/I Gusti Ayu Putu Mega dari klub Bima Sakti masih belum bisa berbicara banyak di Sirnas seri terakhir ini.

Khusus untuk pasangan Aditya Pratama/Putu Ayu Mega, mereka harus kalah dari ganda campuran Abdul Kadir Zailani/Linda Mutiara Pertiwi dengan skor 21-11, 17-21, 24-22 dibabak utama.

Padahal, mereka berdua sempat dua kali menang dibabak kualifikasi. Untuk Ni Putu Dinda, Wakil Ketum II Pengprob PBSI Bali Wayan Winurjaya yang ditemui di GOR Lila Bhuana mengatakan, salah satu ganda putri andalan Bali ini sempat menang dua kali dalam babak kualifikasi.

Lantas berapa jumlah pebulutangkis asal Bali yang masih tersisa dan siapa saja yang telah gugur?

Winurjaya mengatakan, kemungkinan besar pebulutangkis asal Bali sudah gugur di Djarum Sirnas 2018 alias sudah tanpa wakil lagi.

“Yang lain banyak yang kalah. Masalahnya, kami mengakui ada sedikit kelemahan di Binpres PBSI Bali. Pebulutangkis tidak terkawal betul. Tetapi yang jelas, Sirnas ini bagus untuk evaluasi pembinaan kedepannya,” ucapnya.

Masalah utama, menurut Winurjaya, adalah klub bulutangkis yang ada di Bali masih belum eksis seperti klub bulutangkis yang ada di Pulau Jawa seperti PB Djarum Kudus atau Jaya Raya Jakarta.

Meski pebulutangkis KU-15 asal Bali sangat berpotensi, tetapi pebulutangkis diatas 17 tahun justru masih kurang.

Padahal disanalah persaingan yang sebenarnya. Selain itu, pebulutangkis Bali masih belum banyak mengikuti kejuaraan seperti Sirnas.

”Coba bayangkan klub yang ada di Pulau Jawa. Mereka bisa berlatih 12 kali dalam seminggu. Yang jelas klub bulutangkis yang ada di Bali butuh totalitas untuk memajukan bulutangkis itu sendiri,” tuturnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/