29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:31 AM WIB

Cetak Atlet Andal, ESI Bali: Game Kini Bisa Jadi Ladang Kerja

KUTA – E-sport Turnamen 2020 yang digagas Pengkab ESI Badung memasuki babak final, Minggu kemarin (9/8).

Turnamen ini selain digelar untuk menjaring atlet dan gamers profesional, kegiatan ini juga bagian dari kampanye.

Terutama untuk merubah pola mindset orang tua atau masyarakat yang kerap memandang game membawa pengaruh buruk. 

Hal ini disampaikan langsung Ketua Harian ESI Pemprov Bali Anak Agung Gde Harya Putra kemarin.

“Kami sedang susun agenda kerja dari pengurus (ESI) pusat hingga daerah, kami adakan edukasi secara luas baik ke orang tua dan anak untuk mengarahkan mereka bahwa main game itu tidak melulu negatif,” katanya. 

Sebelumnya banyak sekali orang tua yang selama ini mengeluh jika anaknya bermain game. Namun para orang tua ini lupa jika game juga punya banyak sisi positifnya.

Anak-anak yang memiliki bakat dalam dunia game, bukan tidak mungkin suatu saat nanti dia akan menjadi gammers profesional.

Dengan begitu, game akan dijadikan ladang kerja. “Ini bisa jadi ladang kerja juga nantinya. Anak-anak yang sering bermain game biasanya punya strategi yang lebih jitu.

Intuisi mereka juga lebih cepat. Walaupun belum ada penelitian resminya. Tapi, itu yang selama ini saya lihat,” tambahnya. 

Selaku Ketua Harian ESI Pemprov Bali, Gung Harya Putra menjelaskan bahwa turnamen e-sport perlu dilakukan secara berkala di Bali untuk menjaring para talenta muda untuk dijadikan atlet.

Apalagi saat ini e-sport sudah masuk menjadi salah satu cabang olahraga resmi nasional. “Esport kan baru beridri. Dan, ini salah satu cabor baru. Dari pusat dan stakeholder mempunyai kesepakatan kalau ini didirikan sebagai cabor,” ujarnya. 

Sementara itu, I Gusti Ngurah Agung Diatmika, salah satu orang tua yang ikut hadir menyaksikan langsung turnamen yang digelar di salah satu mall di Kuta itu mengaku, mulai mendorong anaknya menjadi seorang gammers profesional.

Awalnya, dia mengaku tidak menyukai anaknya bermain game. Pasalnya, pemikiran dia saat itu sang anak menghabiskan banyak waktunya untuk bermain game dan tidak menghasilkan hal positif. 

“Anak saya juga gamers. Awalnya saya marah saat anak saya main game. Dia menghabiskan waktunya bermain game.

Tetapi beberapa bulan belakangan, ESI mulai memberikan pemahaman terhadap orang tua terkait sisi positifnya main game.

Jadi, anak-anak kami ini berikan pengawasan dan pembinaan agar bisa menjadi atlet game,” tandasnya. 

KUTA – E-sport Turnamen 2020 yang digagas Pengkab ESI Badung memasuki babak final, Minggu kemarin (9/8).

Turnamen ini selain digelar untuk menjaring atlet dan gamers profesional, kegiatan ini juga bagian dari kampanye.

Terutama untuk merubah pola mindset orang tua atau masyarakat yang kerap memandang game membawa pengaruh buruk. 

Hal ini disampaikan langsung Ketua Harian ESI Pemprov Bali Anak Agung Gde Harya Putra kemarin.

“Kami sedang susun agenda kerja dari pengurus (ESI) pusat hingga daerah, kami adakan edukasi secara luas baik ke orang tua dan anak untuk mengarahkan mereka bahwa main game itu tidak melulu negatif,” katanya. 

Sebelumnya banyak sekali orang tua yang selama ini mengeluh jika anaknya bermain game. Namun para orang tua ini lupa jika game juga punya banyak sisi positifnya.

Anak-anak yang memiliki bakat dalam dunia game, bukan tidak mungkin suatu saat nanti dia akan menjadi gammers profesional.

Dengan begitu, game akan dijadikan ladang kerja. “Ini bisa jadi ladang kerja juga nantinya. Anak-anak yang sering bermain game biasanya punya strategi yang lebih jitu.

Intuisi mereka juga lebih cepat. Walaupun belum ada penelitian resminya. Tapi, itu yang selama ini saya lihat,” tambahnya. 

Selaku Ketua Harian ESI Pemprov Bali, Gung Harya Putra menjelaskan bahwa turnamen e-sport perlu dilakukan secara berkala di Bali untuk menjaring para talenta muda untuk dijadikan atlet.

Apalagi saat ini e-sport sudah masuk menjadi salah satu cabang olahraga resmi nasional. “Esport kan baru beridri. Dan, ini salah satu cabor baru. Dari pusat dan stakeholder mempunyai kesepakatan kalau ini didirikan sebagai cabor,” ujarnya. 

Sementara itu, I Gusti Ngurah Agung Diatmika, salah satu orang tua yang ikut hadir menyaksikan langsung turnamen yang digelar di salah satu mall di Kuta itu mengaku, mulai mendorong anaknya menjadi seorang gammers profesional.

Awalnya, dia mengaku tidak menyukai anaknya bermain game. Pasalnya, pemikiran dia saat itu sang anak menghabiskan banyak waktunya untuk bermain game dan tidak menghasilkan hal positif. 

“Anak saya juga gamers. Awalnya saya marah saat anak saya main game. Dia menghabiskan waktunya bermain game.

Tetapi beberapa bulan belakangan, ESI mulai memberikan pemahaman terhadap orang tua terkait sisi positifnya main game.

Jadi, anak-anak kami ini berikan pengawasan dan pembinaan agar bisa menjadi atlet game,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/