TABANAN – Sebanyak 73 peserta seniman tato se-Bali mengikuti kontes tato di wantilan Taman Makam Pahlanan (TMP) Margarana, Tabanan dalam perayaan Ikatan Matic Bali (IMB).
Mereka beradu bakat dan keahlian dalam melukis kulit tubuh. Tidak hanya kaum pria yang dijadikan model untuk melukis tato. Para perempuan juga turut jadi model dilukis dengan tinta abadi itu.
Ocha sapaannya. Salah satu model yang ikut bertato. Perempuan yang mengenakan baju merah, itu terlihat duduk santai karena bagian paha kaki kirinya sedang ditato.
“Saya kalau ditato lebih senang dengan gambar bunga, malaikat. Kalau hari ini saya gambar tato bunga,” kata perempuan berusia 22 tahun saat ditemui, kemarin (10/2).
Dia mengaku sengaja datang dan tanpa dibayar untuk jadi model tato. Bertato menurut Ocha, sudah jadi hal yang lumrah dan bagian dari seni. Apalagi saat ini perkembangan seni tato di Bali begitu pesat.
Dia pun mengakui jika dulu tato punya citra negatif dan seram di masyarakat. Namun, seiring perjalanan waktu persepsi tersebut bergeser. Tato kini dipandang sebagai bagian dari seni lukis kulit tubuh.
“Kalau rasa sakit saat ditato itu pasti, karena tertusuk jarum. Namun tidak masalah bagi saya. Justru itu bagian dari seni yang harus saya lalui,” ujarnya.
Dituturkan Ocha, sudah ada 10 tato di bagian tubuhnya. Namun, tato yang paling berkesan berada di bagian punggung. Mengapa harus bertato?
Menurutnya inilah cara meluapkan keinginan dan curahan isi hati. Bertato juga mencerminkan karakter dan sifat yang dituangkan dalam seni.
“Keluarga tidak ada yang marah kalau saya bertato. Kebetulan juga sebagian besar keluarga pencinta seni tato,” tandasnya.
Sementara itu, Komang Pangkung, 33, tukang tato pemula yang mengikuti kontes mengungkapkan baru empat tahun menggeluti profesi sebagai seniman tato.
Kemudian mengikuti kontes tato ini kelima kali. Dia menggeluti dunia tato karena bakat melukisnya. “Apalagi saya juga kuliah di jurusan seni. Sehingga mengasah seni melalui tato,” akunya.
Menurutnya, seni tato berbeda dengan seni lainnya. Terlebih menggambarnya di bagian kulit manusia. Bertato juga menularkan seni abadi dan pasti akan diingat oleh seseorang yang menato bagian tubuhnya.
Sebagai tukang tato pemula, biaya awal untuk menggeluti usaha tato modalnya Rp 5 juta rupiah. “Yang mahal alat dan bahan pembuatan tato. Seperti tinta, jarum dinamo mesin, dan alat lainnya,” ungkap pria yang akrab disapa Komang.
Karena semakin banyaknya tukang tato, di Bali membuat Komang memilih menjadi tukang tato panggilan atau keliling.
Jadi bertato tidak harus orang datang ke rumah atau usaha dan studio tato. “Tapi, saya yang datang langsung ke pelanggan,” ucap pria asal Ubud Gianyar.
Rata-rata dalam sebulan ada 10 orang ingin ditato. Harga untuk satu buah gambar tato bergantung dari ukuran dan tingkat kesulitan.
Berkisar dari harga Rp 350 ribu sampai Rp 1 juta. Sementara mengenai pelanggan tidak hanya orang lokal yang bertato tetapi juga wisatawan mancanegara.
“Bertato pada kulit bagian yang tingkat kesulitannya tinggi berada di bagian perut. Karena kulit lebih lentur dan sensitif. Kalau satu buah gambar paling lama menghabiskan waktu tujuh jam pengerjaan,” imbuhnya.
Di sisi lain, panitia kontes Ni Putu Astridayanti mengatakan bahwa ini sudah kali kedua pihaknya menghelat kontes. Kali ini tema yang diangkat bebas. Namun, ada dua kategori yang dilombakan yakni grey and colour.
Untuk peserta yang mengikuti sebanyak 73 orang dari seluruh kabupaten di Bali. Terbanyak peserta datang dari Tabanan.
Lomba tato ini sejatinya untuk lebih mengenalkan tato itu sendiri di masyarakat. Agar tato itu tidak lagi dipandang berkonotasi negatif.
Karena tato tubuh merupakan seni dan memiliki keistimewaan sendiri bagi penghobi. “Kami nilai dari lomba tato ini dari sisi arsiran tato itu sendiri, simetris tato, warna yang digunakan apakah tepat dengan warna kulit,” tuturnya.
Untuk saat ini seni tato di Bali sudah berkembang pesat. Lomba tato ini sendiri bisa menjaring pembuat tato pemula yang berbakat.
Karena untuk diketahui di Indonesia khususnya Bali ada banyak pencinta tato. Sebagian besar sudah mengikuti lomba di luar negeri.
“Tato saat ini bukan hanya memiliki nilai seni tetapi juga mampu membuka peluang usaha bagi masyarakat. Buktinya sudah menjamur studio tato di desa-desa di Bali,” tandasnya.