32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:50 PM WIB

Tari Gabor Berkumis Viral, Respons Disbud Bali Keras, PDAM Minta Maaf

GIANYAR – Sejumlah praktisi seni Bali memprotes pertunjukan tarian Gabor Berkumis yang dipentaskan saat perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) kota Amplapura ke-379 baru-baru ini.

Protes itu langsung direspons Disbud Bali. Kadisbud Bali I Wayan Kun Adnyana mengaku akan segera menindaklanjuti hasil diskusi ini.

Lewat sebuah diskusi yang melibatkan praktisi dan pelaku seni menurutnya sebuah inisiatif yang bagus.

“Kami sesuai arahan gubernur memang diperintahkan untuk segera melakukan sebuah pertemuan yang melibatkan unsur majelis desa adat, PHDI,

Listibya, Dinas Kebudayaan kabupaten/kota, akademisi dan seniman untuk bicarakan secara tuntas terkait fenomena pelecehan seni, khususnya seni pertunjukan,” ucap Kun.

Kondisi ini, kata Kun, sangat mendesak untuk dibahas dan ditindaklanjuti untuk mencegah hal yang sama muncul.

“Kami akan keluarkan sebuah dokumen instruksi bersama pada pelaku seni, penyelenggara pagelaran, masyarakat, prajuru desa untuk sama-sama memberi perhatian pada pakem seni pertunjukan Bali.

Kita memang lama abai, dianggap hanya sekadar sikap spontan untuk berkembang, setelah cermati ini adalah fenomena serius. Kalau tidak tangkal sejak dini, seni tari Bali menjadi citra tidak baik bagi kita,” tandasnya.
Di lain sisi, Direktur PDAM Karangasem I Gusti Made Singarsi mengungkapkan belum tahu jika ternyata tarian yang dibawakan pegawainya tersebut menimbulkan ketidaknyamanan.

Menurutnya, tarian tersebut ditampilkan tidak ada maksud melecehkan atau menyinggung siapa pun. Adapun tarian itu ditampilkan hanya semata-mata untuk menghibur.

“Awalnya Tari Pendet yang dibawakan pegawai laki-laki PDAM ini dibawakan saat HUT PDAM tanggal 29 Juni lalu.

Karena dilihat sangat menghibur, sehingga diminta tampil pada HUT Kota Amlapura keesokan harinya oleh Pemkab Karangasem,” terangnya.

Ia mengaku tidak menyangka bahwa tarian yang awalnya untuk menghibur itu ternyata menimbulkan ketidaknyamanan.

Sebab, sebelum PDAM Karangasem, banyak pemuda dan bapak-bapak lainnya menarikan tarian yang biasanya ditarikan oleh wanita itu untuk menghibur di sebuah perayaan.

“Kami berjanji tidak akan membawakan tarian seperti itu lagi. Kalau diperlukan permohonan maaf, saya meminta maaf,” tandasnya. 

GIANYAR – Sejumlah praktisi seni Bali memprotes pertunjukan tarian Gabor Berkumis yang dipentaskan saat perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) kota Amplapura ke-379 baru-baru ini.

Protes itu langsung direspons Disbud Bali. Kadisbud Bali I Wayan Kun Adnyana mengaku akan segera menindaklanjuti hasil diskusi ini.

Lewat sebuah diskusi yang melibatkan praktisi dan pelaku seni menurutnya sebuah inisiatif yang bagus.

“Kami sesuai arahan gubernur memang diperintahkan untuk segera melakukan sebuah pertemuan yang melibatkan unsur majelis desa adat, PHDI,

Listibya, Dinas Kebudayaan kabupaten/kota, akademisi dan seniman untuk bicarakan secara tuntas terkait fenomena pelecehan seni, khususnya seni pertunjukan,” ucap Kun.

Kondisi ini, kata Kun, sangat mendesak untuk dibahas dan ditindaklanjuti untuk mencegah hal yang sama muncul.

“Kami akan keluarkan sebuah dokumen instruksi bersama pada pelaku seni, penyelenggara pagelaran, masyarakat, prajuru desa untuk sama-sama memberi perhatian pada pakem seni pertunjukan Bali.

Kita memang lama abai, dianggap hanya sekadar sikap spontan untuk berkembang, setelah cermati ini adalah fenomena serius. Kalau tidak tangkal sejak dini, seni tari Bali menjadi citra tidak baik bagi kita,” tandasnya.
Di lain sisi, Direktur PDAM Karangasem I Gusti Made Singarsi mengungkapkan belum tahu jika ternyata tarian yang dibawakan pegawainya tersebut menimbulkan ketidaknyamanan.

Menurutnya, tarian tersebut ditampilkan tidak ada maksud melecehkan atau menyinggung siapa pun. Adapun tarian itu ditampilkan hanya semata-mata untuk menghibur.

“Awalnya Tari Pendet yang dibawakan pegawai laki-laki PDAM ini dibawakan saat HUT PDAM tanggal 29 Juni lalu.

Karena dilihat sangat menghibur, sehingga diminta tampil pada HUT Kota Amlapura keesokan harinya oleh Pemkab Karangasem,” terangnya.

Ia mengaku tidak menyangka bahwa tarian yang awalnya untuk menghibur itu ternyata menimbulkan ketidaknyamanan.

Sebab, sebelum PDAM Karangasem, banyak pemuda dan bapak-bapak lainnya menarikan tarian yang biasanya ditarikan oleh wanita itu untuk menghibur di sebuah perayaan.

“Kami berjanji tidak akan membawakan tarian seperti itu lagi. Kalau diperlukan permohonan maaf, saya meminta maaf,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/