26.2 C
Jakarta
10 Desember 2024, 2:04 AM WIB

Uniknya Lomba Bikin Seruling di Ajang PKB, Ini Contohnya…

DENPASAR – Menginjak hari ketiga, agenda Pesta Kesenian Bali (PKB) menggelar lomba membuat instrumen seruling Bali, yang berlangsung di Kalangan Ayodya, Art Center kemarin.

Dalam lomba tersebut dihadiri delapan peserta yang masing-masing membuat tiga instrumen seruling berukuran kecil, sedang dan besar dengan durasi waktu selama dua jam. 

Lomba ini sendiri hanya diikuti empat kabupaten/kota mulai dari Kota Denpasar, Badung, Tabanan, dan Bangli. Masing-masing daerah diberikan jatah mengirimkan para peserta lomba antara satu sampai lima orang. 

Koordinator juri lomba, I Gusti Ketut Sudana menuturkan, mengenai lomba seruling ada beberap kriteria yang dinilai.

Mulai dari pemilihan kualitas bambu sebagai bahan dasar. Untuk di Bali sendiri umumnya menggunakan dua jenis bambu, seperti wuluh dan jajang.

Dari pemilihan bambu itu, kata dia, akan menentukan kualitas dari seruling yang dibuat para peserta. Selanjutnya penilaian dilakukan dari teknik pembuatan, keserasian urutan tangga nada harus dibuat pas dan benar.

“Hasil terakhir adalah hasil dari suara seruling itu sendiri. Di antara tiga suling itu ada menggunakan dua macam tetekep (nada) deng dan dang. Semua yang dibuat itu untuk instrumen gong kebyar,” jelasnya.

Pria yang juga dosen karawitan ISI Denpasar ini menambahkan, kualitas bunyi ditentukan dari cara pembuatan song manis atau lubang kecil yang berada di siwer seruling.

“Kalau itu ditiup enak tidak boros dengan udara, itu lebih baik jadi semakin bagus, jadi memainkan tidak terlalu payah dan banyak mengeluarkan energi,” imbuhnya.

Salah satu peserta mewakili Kota Denpasar, Made Rana mengaku dalam garapannya itu yang menjadi perhatian selain kesesuaian nada tetekep dang dan deng, kebersihan dan kerapian kerja juga menjadi hal yang penting.

“Itu yang menjadi perhatian dari kriteria yang dinilai,” ujar pria asal Sumerta Kelod yang telah menggeluti sebagai pembuat seriling sejak tahun 1990 silam ini.

Dia berharap, tahun depan, lomba seruling bisa sertakan gamelan. Sehingga ketika saat penilaian juri bisa meminta langsung jenis nada yang diminta dan akan lebih terlihat kualitas bunyinya.

“Jadi bisa terlihat dari iringan gamelan itu kualitas bunyinya,” jelas Rana. Dia juga menambahkan, saat ini perkembangan seniman yang menggeluti bidang seruling di Bali sangat kurang.

Terbukti dari sedikitnya para peserta yang mengikuti lomba ini hanya dari empat kabupaten/kota saja. Dia berharap, lewat lomba ini, bisa memggalakam kembali seniman pembuat seruling. 

DENPASAR – Menginjak hari ketiga, agenda Pesta Kesenian Bali (PKB) menggelar lomba membuat instrumen seruling Bali, yang berlangsung di Kalangan Ayodya, Art Center kemarin.

Dalam lomba tersebut dihadiri delapan peserta yang masing-masing membuat tiga instrumen seruling berukuran kecil, sedang dan besar dengan durasi waktu selama dua jam. 

Lomba ini sendiri hanya diikuti empat kabupaten/kota mulai dari Kota Denpasar, Badung, Tabanan, dan Bangli. Masing-masing daerah diberikan jatah mengirimkan para peserta lomba antara satu sampai lima orang. 

Koordinator juri lomba, I Gusti Ketut Sudana menuturkan, mengenai lomba seruling ada beberap kriteria yang dinilai.

Mulai dari pemilihan kualitas bambu sebagai bahan dasar. Untuk di Bali sendiri umumnya menggunakan dua jenis bambu, seperti wuluh dan jajang.

Dari pemilihan bambu itu, kata dia, akan menentukan kualitas dari seruling yang dibuat para peserta. Selanjutnya penilaian dilakukan dari teknik pembuatan, keserasian urutan tangga nada harus dibuat pas dan benar.

“Hasil terakhir adalah hasil dari suara seruling itu sendiri. Di antara tiga suling itu ada menggunakan dua macam tetekep (nada) deng dan dang. Semua yang dibuat itu untuk instrumen gong kebyar,” jelasnya.

Pria yang juga dosen karawitan ISI Denpasar ini menambahkan, kualitas bunyi ditentukan dari cara pembuatan song manis atau lubang kecil yang berada di siwer seruling.

“Kalau itu ditiup enak tidak boros dengan udara, itu lebih baik jadi semakin bagus, jadi memainkan tidak terlalu payah dan banyak mengeluarkan energi,” imbuhnya.

Salah satu peserta mewakili Kota Denpasar, Made Rana mengaku dalam garapannya itu yang menjadi perhatian selain kesesuaian nada tetekep dang dan deng, kebersihan dan kerapian kerja juga menjadi hal yang penting.

“Itu yang menjadi perhatian dari kriteria yang dinilai,” ujar pria asal Sumerta Kelod yang telah menggeluti sebagai pembuat seriling sejak tahun 1990 silam ini.

Dia berharap, tahun depan, lomba seruling bisa sertakan gamelan. Sehingga ketika saat penilaian juri bisa meminta langsung jenis nada yang diminta dan akan lebih terlihat kualitas bunyinya.

“Jadi bisa terlihat dari iringan gamelan itu kualitas bunyinya,” jelas Rana. Dia juga menambahkan, saat ini perkembangan seniman yang menggeluti bidang seruling di Bali sangat kurang.

Terbukti dari sedikitnya para peserta yang mengikuti lomba ini hanya dari empat kabupaten/kota saja. Dia berharap, lewat lomba ini, bisa memggalakam kembali seniman pembuat seruling. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/