DENPASAR-Ada cara unik yang dilakukan BRAM (Bali Record and Merchandise) Bali untuk merayakan Record Store Day, Sabtu (20/10)
Salah satunya dengan menggelar pameran rilisan music zaman old atau jadul (jaman dulu) di Plaza Renon, Denpasar.
Sejumlah kepingan CD, kaset pita hingga piringan hitam berumur puluhan tahun dipamerkan ke publik.
Salah satu penyelenggara kegiatan, Gilang yang ditemui disela pameran, mengatakan pameran yang rencana digelar selama dua hari, dari 20-21 Oktober 2018, ini yakni untuk untuk membangkitkan lagi gairah dan ketertarikan masyarakat terhadap rilisan fisik.
“Karena sekarang kan eranya digital nih, dan rilisan fisik ini kan dianggap jadul tapi penting sebagai bukti fisik karya musisi atau band,” ujar Gilang.
Ditambahkan, gelaran acara ini juga sebagai bentuk upaya membawa para penggemar musik bernostalgia dengan lagu-lagu dan rilisan fisik lawas jaman dahulu.
“Kalau digitalkan kita hanya bisa dengar musiknya. Beda dengan rilisan fisik. Kita bisa nikmati sampulnya, lihat foto band di sampul, atau bisa sambil baca lirik lagi di sampul kaset,” tambah Gilang.
Pada dasarnya, bagi para penggemarnya, rilisan fisik tidak akan tergantikan, sekalipun itu di tengah era digital.
Bahkan di beberapa kota di Indonesia, beberapa pabrikan rilisan fisik seperti kaset pita atau piringan hitam juga sudah mulai mucul dan hidup kembali.
Selain industrinya muncul, minat masyarakat terhadap rilisan fisik juga sudah mulai bergairah tudak terkecuali di Bali.
Sementara itu, selain rilisan fisik yang dipamerkan dan dijual dalam acara Record Store Day, tersebut juga ada beberapa jenis lain yang berhubunga dengan musik.
Seperti merchandise band-band rock lawas, pemutar piringan hitam, majalah musik lawas, dan pemutas kaset pita, dan sejumlah perangkat musik lainnya.