33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:13 PM WIB

Susun Anotasi Bibilografi, Kemendikbud Telisik Lontar di Gedong Kirtya

SINGARAJA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, menelisik keberadaan manuskrip lontar yang ada di Gedong Kirtya.

Langkah itu dilakukan Kemendikbud guna mengidentifikasi setiap lontar yang ada di Bali.

Sebelum akhirnya menyusun sebuah anotasi bibliografi, yang akan disebarkan pada khalayak luas.

Tim dari Kemendikbud dipimpin langsung Direktur Sejarah Kemendikbud RI Triana Wulandari.

Tim juga didampingi sejumlah pakar manuskrip lontar. Diantaranya praktisi sekaligus kolektor lontar, Sugi Lanus.

Termasuk beberapa anggota Aliansi Penyuluh Bahasa Bali. Direktur Sejarah Triana Wulandari mengatakan,

pihaknya mendatangi UPT. Museum Lontar Gedong Kirtya untuk menelusuri manuskrip-manuskrip yang ada dalam lontar.

Mengingat manuskrip merupakan salah satu dari total 10 objek pemajuan kebudayaan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017.

Nantinya manuskrip-manuskrip itu akan disusun menjadi sebuah anotasi bibliografi.

Sehingga dapat membantu berbagai pihak untuk melakukan penelitian. Termasuk melakukan penelusuran sumber-sumber primer yang akan dijadikan sebuah rujukan.

“Manuskrip itu kan hakikatnya ruh dari pengetahuan, yang seharusnya dikenalkan pada generasi muda.

Ini sebagai sumber dalam memahami sejarah bangsa, sejarah masyarakat,” kata Triana.

Rencananya akan ada 103 cakep lontar yang berasal dari genre babad yang akan dituangkan dalam bibliografi yang disusun Kemendikbud.

Bibliografi itu akan dicetak dalam bentuk buku. Selain itu akan diunggah dalam bentuk buku elektronik.

Sehingga masyarakat luas dapat mengaksesnya dengan bebas sebagai sebuah pustaka budaya.

Selain itu Triana juga mengisyaratkan Gedong Kirtya akan menerima bantuan untuk proses digitalisasi lontar.

Triana menyebut telah menginstruksikan Balai Pelestari Nilai Budaya (BPNB) Bali mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang ada di Gedong Kirtya.

“Salah satu poin perlindungan manuskrip ya itu (digitalisasi lontar). Seharusnya ada titik tolak untuk perlindungan manuskrip.

Kami di Bali punya BPNB Denpasar. Sehingga setelah hari ini, ada titik awal kerjasama yang bisa memuat program-program prioritas yang dibutuhkan,” tukasnya.

SINGARAJA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, menelisik keberadaan manuskrip lontar yang ada di Gedong Kirtya.

Langkah itu dilakukan Kemendikbud guna mengidentifikasi setiap lontar yang ada di Bali.

Sebelum akhirnya menyusun sebuah anotasi bibliografi, yang akan disebarkan pada khalayak luas.

Tim dari Kemendikbud dipimpin langsung Direktur Sejarah Kemendikbud RI Triana Wulandari.

Tim juga didampingi sejumlah pakar manuskrip lontar. Diantaranya praktisi sekaligus kolektor lontar, Sugi Lanus.

Termasuk beberapa anggota Aliansi Penyuluh Bahasa Bali. Direktur Sejarah Triana Wulandari mengatakan,

pihaknya mendatangi UPT. Museum Lontar Gedong Kirtya untuk menelusuri manuskrip-manuskrip yang ada dalam lontar.

Mengingat manuskrip merupakan salah satu dari total 10 objek pemajuan kebudayaan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017.

Nantinya manuskrip-manuskrip itu akan disusun menjadi sebuah anotasi bibliografi.

Sehingga dapat membantu berbagai pihak untuk melakukan penelitian. Termasuk melakukan penelusuran sumber-sumber primer yang akan dijadikan sebuah rujukan.

“Manuskrip itu kan hakikatnya ruh dari pengetahuan, yang seharusnya dikenalkan pada generasi muda.

Ini sebagai sumber dalam memahami sejarah bangsa, sejarah masyarakat,” kata Triana.

Rencananya akan ada 103 cakep lontar yang berasal dari genre babad yang akan dituangkan dalam bibliografi yang disusun Kemendikbud.

Bibliografi itu akan dicetak dalam bentuk buku. Selain itu akan diunggah dalam bentuk buku elektronik.

Sehingga masyarakat luas dapat mengaksesnya dengan bebas sebagai sebuah pustaka budaya.

Selain itu Triana juga mengisyaratkan Gedong Kirtya akan menerima bantuan untuk proses digitalisasi lontar.

Triana menyebut telah menginstruksikan Balai Pelestari Nilai Budaya (BPNB) Bali mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang ada di Gedong Kirtya.

“Salah satu poin perlindungan manuskrip ya itu (digitalisasi lontar). Seharusnya ada titik tolak untuk perlindungan manuskrip.

Kami di Bali punya BPNB Denpasar. Sehingga setelah hari ini, ada titik awal kerjasama yang bisa memuat program-program prioritas yang dibutuhkan,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/