29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:02 AM WIB

Unik dan Menarik, Yuk Kenali Gerabah Banyuning, Souvenir Khas Buleleng

SINGARAJA – Produk kerajinan gerabah di Kelurahan Banyuning, kini diproyeksikan menjadi souvenir khas Buleleng.

Kerajinan memiliki peluang sangat besar untuk mengisi pasar. Terlebih hingga kini belum ada produk kerajinan yang menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Buleleng.

Selama ini perajin gerabah di Banyuning lebih banyak memproduksi produk kerajinan berupa pot bunga, gentong, serta payuk kedas. Nilai produk-produk itu pun tak terlalu signifikan.

Tim Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P2M) Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha (FBS Undiksha) kemudian melakukan proses penelitian.

Tim yang dipimpin Luh Suartini dengan anggota Hardiman serta Gusti Nengah Sura Ardana itu mendorong perajin gerabah melakukan diversifikasi produk.

Kelompok perajin diajak membuat souvenir sederhana dengan bahan dasar tanah liat. Souvenir itu berupa hiasan kulkas maupun patung mini.

Bentuknya bermacam-macam, mulai dari ikan, kura-kura, bunga kamboja, bintang laut, mas-masan, kepiting, serta kelinci.

Ada pula produk gerabah yang identik dengan ikon Buleleng, yakni lumba-lumba serta singa. Produk yang dihasilkan pun layak dijadikan benda koleksi.

Ketua Tim P2M, Luh Suartini mengatakan, ide itu berawal dari pemikiran yang sangat sederhana. Selama ini banyak wisatawan yang menanyakan produk kerajinan khas Buleleng.

Faktanya belum ada produk kerajinan yang benar-benar menjadi souvenir khas. Pihaknya pun melakukan pemetaan dan melirik potensi Kelurahan Banyuning sebagai sentra gerabah.

Tim mulai melakukan pendekatan pada tiga kelompok perajin di Lingkungan Banyuning Tengah. Mereka dilatih membuat produk gerabah dengan teknik cetak tekan.

Setelah terbentuk, gerabah itu dikeringkan dan dibakar selama lima jam. Setelah itu gerabah yang kering tinggal diwarnai menggunakan cat tembok dengan teknik pointilis.

Setelah siap, kerajinan itu tinggal dipasarkan dalam bentuk souvenir. “Saat kami coba dan latih, ternyata respons perajin sangat bagus. Bahkan anak-anak juga bisa.

Kendalanya hanya dalam proses pewarnaan saja, karena belum terbiasa. Tapi lama kelamaan kami yakin mereka semakin terampil,” kata Suartini disela-sela pameran produk gerabah di Ruang Pameran Seni Rupa FBS Undiksha, Rabu (3/10) pagi.

Menurut Suartini, dengan teknik cetak tekan, perajin lebih gampang menghasilkan produk. Dalam sehari, seorang perajin bisa menghasilkan 200 buah souvenir gerabah.

Produk itu pun bisa dijual dengan harga relatif lebih mahal. Yakni Rp 20ribu hingga Rp 25ribu per item.

“Sekarang mereka lebih tertarik membuat produk seperti ini. Saat ini pasarnya memang masih terbatas. Tapi dalam waktu setahun kedepan kami upayakan perluas promosi,

membuka pasar, dan perluas produksi. Sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi perajin gerabah Banyuning,” tandasnya. 

SINGARAJA – Produk kerajinan gerabah di Kelurahan Banyuning, kini diproyeksikan menjadi souvenir khas Buleleng.

Kerajinan memiliki peluang sangat besar untuk mengisi pasar. Terlebih hingga kini belum ada produk kerajinan yang menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Buleleng.

Selama ini perajin gerabah di Banyuning lebih banyak memproduksi produk kerajinan berupa pot bunga, gentong, serta payuk kedas. Nilai produk-produk itu pun tak terlalu signifikan.

Tim Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P2M) Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha (FBS Undiksha) kemudian melakukan proses penelitian.

Tim yang dipimpin Luh Suartini dengan anggota Hardiman serta Gusti Nengah Sura Ardana itu mendorong perajin gerabah melakukan diversifikasi produk.

Kelompok perajin diajak membuat souvenir sederhana dengan bahan dasar tanah liat. Souvenir itu berupa hiasan kulkas maupun patung mini.

Bentuknya bermacam-macam, mulai dari ikan, kura-kura, bunga kamboja, bintang laut, mas-masan, kepiting, serta kelinci.

Ada pula produk gerabah yang identik dengan ikon Buleleng, yakni lumba-lumba serta singa. Produk yang dihasilkan pun layak dijadikan benda koleksi.

Ketua Tim P2M, Luh Suartini mengatakan, ide itu berawal dari pemikiran yang sangat sederhana. Selama ini banyak wisatawan yang menanyakan produk kerajinan khas Buleleng.

Faktanya belum ada produk kerajinan yang benar-benar menjadi souvenir khas. Pihaknya pun melakukan pemetaan dan melirik potensi Kelurahan Banyuning sebagai sentra gerabah.

Tim mulai melakukan pendekatan pada tiga kelompok perajin di Lingkungan Banyuning Tengah. Mereka dilatih membuat produk gerabah dengan teknik cetak tekan.

Setelah terbentuk, gerabah itu dikeringkan dan dibakar selama lima jam. Setelah itu gerabah yang kering tinggal diwarnai menggunakan cat tembok dengan teknik pointilis.

Setelah siap, kerajinan itu tinggal dipasarkan dalam bentuk souvenir. “Saat kami coba dan latih, ternyata respons perajin sangat bagus. Bahkan anak-anak juga bisa.

Kendalanya hanya dalam proses pewarnaan saja, karena belum terbiasa. Tapi lama kelamaan kami yakin mereka semakin terampil,” kata Suartini disela-sela pameran produk gerabah di Ruang Pameran Seni Rupa FBS Undiksha, Rabu (3/10) pagi.

Menurut Suartini, dengan teknik cetak tekan, perajin lebih gampang menghasilkan produk. Dalam sehari, seorang perajin bisa menghasilkan 200 buah souvenir gerabah.

Produk itu pun bisa dijual dengan harga relatif lebih mahal. Yakni Rp 20ribu hingga Rp 25ribu per item.

“Sekarang mereka lebih tertarik membuat produk seperti ini. Saat ini pasarnya memang masih terbatas. Tapi dalam waktu setahun kedepan kami upayakan perluas promosi,

membuka pasar, dan perluas produksi. Sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi perajin gerabah Banyuning,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/