NEGARA – Kabupaten Jembrana memiliki ragam budaya, salah satunya budaya dari masyarakat Loloan, baik Loloan Timur dan Loloan Barat.
Dalam upaya melestarikan budaya tersebut digelar Festival Budaya Loloan yang digelar selama tiga hari, dimulai kemarin (5/9) malam dengan ditandai dengan pawai obor.
Ketua Panitia Festival Budaya Loloan Muhammad Iqbal Nur mengatakan, festival yang digelar saat ini merupakan ketiga kalinya.
Terselenggaranya festival dengan tema: menjaga tradisi merajut silaturahmi, digelar dalam rangka memperingati tahun baru 1 Muharram 1441 Hijriah.
Kegiatan festival ini juga dikemas dengan festival budaya Loloan jaman lame atau zaman lama. “Kami ingin mengenalkan budaya Loloan yang mungkin anak muda sekarang mulai lupa, kita ingatkan lagi,” jelasnya.
Menurutnya, festival ini bertujuan untuk pelestarian budaya agar tidak dilupakan generasi muda, khususnya warga Jembrana.
“Festival ini sebagai salah satu daya tarik juga yang berpotensi untuk menjadi salah satu daya tarik wisata. Karena Loloan memiliki kekhasan budaya sendiri di Bali,” ungkapnya.
Festival yang digelar hingga Sabtu (7/9) mendatang, mendapat dukungan penuh dari pemerintah kabupaten Jembrana melalui
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang memberikan bantuan dana dan bantuan lain, baik dari promosi dan dukungan untuk melestarikan budaya Loloan.
“Kami ucapkan terima kasih pada pemerintah kabupaten Jembrana karena sudah men-support penuh kegiatan festival ini,” tandasnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana Nengah Alit mengatakan, Loloan yang terbagi dalam Kelurahan Loloan Timur dan Loloan Barat,
memiliki kekhasan budaya yang berbeda dan menjadi khazanah budaya Jembrana yang harus dilestarikan.
“Loloan memiliki potensi kekayaan budaya sehingga perlu dilestarikan,” ungkapnya. Menurutnya, budaya Loloan mulai dari arsitektur rumah, bahasa, kuliner dan herbal.
Potensi besar tersebut harus dilestarikan karena merupakan khazanah budaya Jembrana. Pemerintah Kabupaten Jembrana mendukung penuh festival budaya karena sebagai bentuk revitalisasi budaya yang sudah hampir punah dan yang sudah punah.
Dengan kegiatan tersebut, sejumlah budaya yang hampir punah dan punah diharapkan direvitalisasi lagi dan selanjutnya dilestarikan.
Karena dasar dari kegiatan ini sebagai upaya revitalisasi, pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan, serat pembinaan kebudayaan.
“Kami memfasilitasi kegiatan tersebut karena dalam rangka pelestarian dan revitalisasi budaya. Kekayaan budaya tersebut juga berpotensi besar untuk dijadikan pariwisata. Karena pariwisata bali adalah budayanya,” terangnya.
Kepala Bidang Pariwisata Kadek Mirah Ananta Sukma Dewi menambahkan, pada festival budaya Loloan selama tiga hari digelar sejumlah kegiatan, mulai dari pelepasan pawai obor sebagai pembuka festival.
Dalam pawai obor ini dimeriahkan drum band, cikar-cikaran, tradisi nganten khas Loloan, parade kostum jaman lame dan masyarakat.
Dalam kegiatan tersebut, juga diselenggarakan kegiatan keagamaan dan festival kuliner jajanan kuno yang diikuti oleh warga dan pelaku UMKM.
Pada hari terakhir, Sabtu (7/9), kegiatan digelar mulai dari penjemputan bupati dengan dokar hias di kantor bupati Jembrana.
“Bupati Nantinya disambut dengan kolaborasi jegog dan hadrah sebagai bentuk akulturasi dan keharmonisan budaya di Jembrana,” ujarnya.
Selama kunjungan ke festival tersebut, bupati akan menggunakan pakaian adat madya kemudian mengunjungi stand-stand acara.
Dalam kegiatan tersebut juga dimeriahkan drama menyame braye dari sanggar Pilot. “Pada akhir acara nanti akan ada megesah yang akan membahas mengenai sejarah dan buaya,” tandasnya. (rba)