GEROKGAK – Kendati pengelola objek wisata air panas Banyuwedang, Desa Pejarakan, Gerokgak telah mengantongi sertifikat dan membuka bisnis pariwisata mereka, namun jumlah kunjungan ke wisata air panas tersebut masih sepi.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali di wisata pemandian air panas Banyuwedang, hanya segelintir pengunjung terlihat.
Biasanya dalam sehari air panas Banyuwedang dikunjungi 100-150 orang. Namun, saat ini sehari hanya mampu dikunjungi 10-15 orang pengujung.
Ketua Pengelola Air Panas Banyuwedang Komang Sudiasa Artawan mengaku, pemasukan desa dari wisata air saat ini benar-benar turun drastis.
Tidak seperti tahun sebelumnya. Padahal, bulan-bulan ini sedang begitu ramai tamu mancanegara yang berkunjung ke air panas Banyuwedang.
“Dulu dari setiap hari hampir 100 lembar tiket ludes terjual. Dengan harga tiket Rp 10 ribu untuk lokal dan Rp 20 ribu bagi mancanegara. Sekarang hanya 10 tiket, ya paling banyak 20 tiket,” ungkapnya.
Artawan memperkirakan sepinya jumlah pengunjung ke Air Panas Banyuwedang bisa terjadi sampai akhir penghujung tahun 2020.
Dengan kondisi seperti ini pihaknya tak berbuat banyak. Yang bisa dilakukan tetap menunggu situasi pariwisata Bali secara umum kembali normal.
“Kalau pengunjung kami masih warga lokal wilayah Kecamatan Gerokgak saja,” ujar Komang Sudiasa Artawan.
Hal senada diungkap Manajer Operasional Wisata Air Panas Banjar Ida Made Tamu. Dia mengatakan, kunjungan wisatawan masih sepi.
“Kuota kunjungan kami 50 setiap hari. Tapi, hanya tercapai 20 orang setiap harinya,” tuturnya. Pihaknya sendiri menerapkan protokol kesehatan untuk memberi kenyamanan kepada wisatawan.
“Kami hanya bisa pasrah dengan kondisi pariwisata Bali yang masih sepi. Mudah-mudah secepatnya kondisi kembali pulih,” pungkasnya.