29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:32 AM WIB

Ini Rentetan Ritual Ngerebek yang Perlu Anda Ketahui

GIANYAR – Ritual enam bulanan, Ngerebeg, kembali digelar warga di tujuh Banjar di Desa Pakraman Tegalalang di Kecamatan Tegalalang.

Ritual yang jatuh setiap Buda Kliwon Pahang atau saat Pegat Uwakan, kemarin berlangsung Rabu siang (6/12).

Warga menghias diri mereka bak wong samar atau penghuni dunia lain. Tujuannya tak lain untuk memohon keselamatan dan berharap wong samar ikut menjaga desa.

Ritual Ngerebek ini dimulai dalam beberapa rentetan. Pertama dilakukan Pacaruan di Pura Duur Bingin.

Lalu dilanjutkan menghaturkan paica alit, yakni warga memohon ajengan  berupa makanan yang berisi nasi dan lawar. Ajengan ini langsung dinikmati bersama di halaman Pura Duur Bingin.

Kemudian dilanjutkan dengan Ngamedalang (Mengeluarkan) Ida Sasuhunan Pura Duur Bingin. Barulah kemudian peserta Ngerebeg yang didominasi anak-anak dan remaja putra ini melakukan ritual jalan kaki keliling desa dengan hiasan tubuh menyeramkan.

Selama berjalan kaki, warga yang berhias seram ini juga membawa hiasan gantung-gantungan dan ada hiasan menyerupai penjor.

Saat warga keliling desa, warga dewasa menghaturkan sesaji di setiap pura dan setra (kuburan) yang dilewati.

Setelah keliling desa dengan melewati setiap pura dan setra, perjalanan ratusan peserta Ngerebeg kembali ke areal Pura Duur Bingin.

Para pengayah dengan dandanan menyeramkan,  berjalan kaki keliling desa sejauh 6 kilometer. Mereka sambil membawa pelbagai hiasan dari pelepah busung (janur) dan pelepah daun jaka (aren),

juga lelontek, kober (bendera suci), dan penjor. Bahkan, ada pula penjor yang terbuat dari batang pohon salak ikut diarak.

Salah satu warga, Putu Arya Seva, 12, mengaku senang berhias seram walau harus keliling desa dengan jalan kaki sejauh 6 kilo meter.

“Saya sudah sering ikut. Saya senang ramai-ramai. Apalagi saat magibung (makan bersama, red),” tukasnya. 

GIANYAR – Ritual enam bulanan, Ngerebeg, kembali digelar warga di tujuh Banjar di Desa Pakraman Tegalalang di Kecamatan Tegalalang.

Ritual yang jatuh setiap Buda Kliwon Pahang atau saat Pegat Uwakan, kemarin berlangsung Rabu siang (6/12).

Warga menghias diri mereka bak wong samar atau penghuni dunia lain. Tujuannya tak lain untuk memohon keselamatan dan berharap wong samar ikut menjaga desa.

Ritual Ngerebek ini dimulai dalam beberapa rentetan. Pertama dilakukan Pacaruan di Pura Duur Bingin.

Lalu dilanjutkan menghaturkan paica alit, yakni warga memohon ajengan  berupa makanan yang berisi nasi dan lawar. Ajengan ini langsung dinikmati bersama di halaman Pura Duur Bingin.

Kemudian dilanjutkan dengan Ngamedalang (Mengeluarkan) Ida Sasuhunan Pura Duur Bingin. Barulah kemudian peserta Ngerebeg yang didominasi anak-anak dan remaja putra ini melakukan ritual jalan kaki keliling desa dengan hiasan tubuh menyeramkan.

Selama berjalan kaki, warga yang berhias seram ini juga membawa hiasan gantung-gantungan dan ada hiasan menyerupai penjor.

Saat warga keliling desa, warga dewasa menghaturkan sesaji di setiap pura dan setra (kuburan) yang dilewati.

Setelah keliling desa dengan melewati setiap pura dan setra, perjalanan ratusan peserta Ngerebeg kembali ke areal Pura Duur Bingin.

Para pengayah dengan dandanan menyeramkan,  berjalan kaki keliling desa sejauh 6 kilometer. Mereka sambil membawa pelbagai hiasan dari pelepah busung (janur) dan pelepah daun jaka (aren),

juga lelontek, kober (bendera suci), dan penjor. Bahkan, ada pula penjor yang terbuat dari batang pohon salak ikut diarak.

Salah satu warga, Putu Arya Seva, 12, mengaku senang berhias seram walau harus keliling desa dengan jalan kaki sejauh 6 kilo meter.

“Saya sudah sering ikut. Saya senang ramai-ramai. Apalagi saat magibung (makan bersama, red),” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/