UBUD – Sektor hotel dan restoran di kawasan Ubud memasuki masa kritis. Bulan April ini, okupansi hotel sudah menyentuh angka nol persen atau kosong tanpa pengunjung.
Bahkan, sebagian besar restoran memilih tutup. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar, Pande Mahayana Adityawarman, mengatakan,
penurunan kunjungan turis sudah terjadi sejak terbitnya surat dari Kementerian Luar Negeri terkait larangan wisatawan datang ke Indonesia.
Sejak saat itu langsung berdampak pada akomodasi wisata. “Pariwisata yang paling awal kena dampak. Saat ini untuk hotel, okupansi rata-rata hampir nol persen,” ujar Pande Adityawarman.
Menurut pria yang akrab disapa Pande Adit, ini, di beberapa hotel masih ada turis yang bertahan. Itu pun jumlah yang terisi hanya 1-2 kamar.
“Bisa dihitung dengan jari. April terutama memang hampir menyentuh nol persen,” jelasnya. Untuk Mei mendatang, masih menunggu instruksi pemerintah.
Apakah akan membuka kunjungan dari luar negeri atau tidak. Namun Adit Pande mengakui kalangan pariwisata sudah memahami kondisi saat ini.
Bahwa seluruh dunia sedang berupaya memutus penyebaran Covid-19 dengan sosial distancing.
“Walaupun ada yang mau ke Indonesia kan tidak bisa, disatu sisi misal beberapa negara di Eropa masih lock down, artinya kedua pihak melarang adanya mobilisasi untuk keluar dan masuk,” terangnya.
Tidak hanya hotel. Saat ini rata-rata restoran di seputaran Ubud juga sudah tutup, bahkan restoran yang tutup berkisar 70 hingga 80 persen.
“Karena kan juga untuk mengikuti aturan pemerintah mengenai sosial distancing, kan takut stafnya interaksi langsung dengan banyak orang, lebih memilih tutup sementara tamu juga tidak ada,” ungkapnya.
Mengenai nasib pekerja restoran, dikembalikan ke masing-masing pemilik restoran. Yang jelas karyawan restoran ada yang dirumahkan.
“Ada yang dikasih uang makan saja. Dalam arti beberapa dikasih sekedar menyambung hidup. Jadi kayaknya belum ada pemberlakuan PHK, kapan situasi membaik pasti akan dipangil lagi,” jelasnya.
Hal serupa juga berlaku bagi karyawan hotel. Walaupun ada beberapa hotel tutup, tetapi stafnya tetap berkerja.
“Sementara hanya diatur jam kerja saja, tidak ada full bekerja, pekerjaan tidak ada, jadi ada yang bekerja setengah bulan,” jelasnya.
Pihaknya berharap ada stimulus dari pemerintah. Misalnya dari sisi pembiayaan listrik atau keringanan pembayaran asuransi BPJS.
“Membantu memberi keringanan, atau mungkin dari BPJS bagiamana memberi keringanan. Misalnya sekarang
dipekerjakan setengah bulan, tapi hitungan BPJS masih full, jadi kami harapkan ada keringanan,” pungkasnya.