GIANYAR – Kamis kemarin (11/10) warga Desa Pakraman Batuan Kecamatan Sukawati ngayah (kerja adat) di Pura Desa Batuan menjelang rahinan Saraswati Sabtu (13/10) besok.
Warga melangsungkan mebat atau memasak untuk sarana upacara banten. Nah, tradisi mebat yang sudah berjalan turun temurun itu menjadi daya tarik bagi delegasi International Monetary Fund World Bank (IMF-WB).
Bendesa Pakraman Batuan I Made Djabur, menyatakan aktivitas budaya ini bertepatan dengan upacara Saraswati di Pura Desa Batuan.
“Ini memang tampak alami. Memang sedang ngayah untuk persiapan upacara,” ujar Djabur, kemarin.
Menurutnya, ada banyak rangkaian menyiapkan upacara dilakukan. Warga lelaki menyiapkan perangkat upacara dari bambu hingga memasak sarana upacara.
“Kami di desa pakraman memang sedang persiapan upakara. Jadi aktivitas ngayah ini menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan,” jelasnya.
Lanjut Djabur, Pura Desa Batuan yang terletak di Banjar Tengah Batuan itu merupakan salah satu pura tertua yang ada di Bali.
Diperkirakan, pura itu dibangun pada caka 944 atau pada tahun 1022 Masehi. Setiap harinya, banyak turis mancanegara melihat pura yang kental dengan arsitektur Bali kuno itu.
“Tingkat kunjungan wisman ke Pura Desa Batuan saat ini rata-rata 2000 orang per hari, masih dominan wisatawan Tiongkok,” tukas Djabur.
Salah satu delegasi IMF-WB asal Amerika Serikat, Marie Louise mengaku baru pertama kali ke Bali.
Di sela-sela mengikuti sidang IMF, dia telah berkesempatan mengunjungi destinasi wisata dan atraksi budaya di Bali.
Marie mengaku kagum melihat kehidupan sehari-hari masyarakat Bali yang dibalut dengan nuansa budaya.