28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:20 AM WIB

Cok Raka Bawa Kerajinan Topeng Barong, Media Gratis Promosi ke LN

Event IMF – World Bank di Nusa Dua, Bali, jadi etalase gratis bagi seniman untuk promosi. Seperti itu yang dilakukan Cok Raka Bawa. Seperti apa?

 

 

 

ZULFIKA RAHMAN, Nusa Dua

COK Raka Bawa sedang asik memainkan pahat di atas tikar pandan. Suasana Indonesia Pavilion saat itu masih sepi ketika itu.

Di hadapannya ada topeng Barong yang sudah selesai dan ada yang masih setengah jadi. Indonesia Pavilion adalah salah satu bagian kegiatan ramah tamah dari tuan rumah dalam rangkaian acara Annual Meetings IMF-World Bank Group 2018.

Di tempat ini, berbagai pameran tersaji, mulai dari pameran hasil pembangunan infrastruktur, ragam capaian dari BUMN-BUMN Tanah Air hingga pameran seni dan budaya seperti topi Barong milik Cok Raka ini.

Cok Raka Bawa bercerita, dia sudah menghidupi diri dengan pahat sejak tahun 1976, ketika usianya masih sekitar 16 tahun.

Semua berawal menjadi pematung garuda khas Bali dan berbagai bentuk lainnya. Begitu katanya. Dia mengatakan, ketika itu menjadi pematung sungguhlah nikmat, baik bagi jiwa maupun untuk mendapatkan materi.

Namun karena satu dan lain hal, sejak tahun 1999 dia mengubah haluan menjadi pengrajin topeng Barong.

Pelatih Tari Barong Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar ini bercerita, pembuatan topeng Barong tak bisa sembarangan dan bisa membutuhkan waktu yang lama.

Menyelesaikan satu topeng saja, Cok Raka Bawa membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Ia dimulai dari pemahatan, pengecatan, hingga penyelesaian aksesoris yang melekat pada barong. 

“Setiap perajin topeng Barong itu memiliki identitas sendiri, topeng Barong menjadi gambaran jiwa pembuatnya. Ada yang matanya menyala ada yang sayu,” ujar Cok Raka.

Cok Raka Bawa bisa menampilkan keahliannya di Indonesia Pavilion ini setelah mendapatkan tawaran dari Badan Ekonomi Kreatif  (Bekraf) untuk mengisi workshop selama seminggu.

Tanpa pikir panjang Cok Raka Bawa menerima kesempatan langka tersebut. “Pertemuan IMF-WBG 2018 inikan tidak dilaksanakan setiap tahun di Indonesia, dan turis mancanegara juga akan datang sangat banyak sekali.

Informasi yang saya dapatkan lebih dari 10 ribu peserta akan datang. Jadi ini penghargaan besar bagi saya sebagai seniman dan saya berharap agar budaya tradisional terus dilestarikan,” katanya.

Menurut seniman berusia 56 tahun tersebut, Topeng Bali dapat dibagi kedalam dua garis besar. Pertama, topeng yang disakralkan, di mana proses pembuatannya harus melalui upacara adat.

Upacara itu bahkan dilakukan dilakukan sejak itu dari penebangan pohon, hingga selesai menjadi sebuah topeng. Topeng yang disakralkan tidak diperjualbelikan dan hanya digunakan dalam upacara adat dan tarian.

Sedangkan topeng yang dijadikan sebagai hiasan tidak perlu melalui berbagai upacara adat dan biasanya banyak diperjualbelikan di pasar seni atau toko-toko pusat oleh-oleh. 

Cok Raka Bawa tidak hanya sendiri. Bersama rekannya mereka hadir mengenalkan Indonesia lewat topeng Barong kepada dunia di momen Annual Meetings 2018 di Nusa Dua, Bali.

Tidak kurang dari 34 ribu partisipan hadir di acara yang dimulai sejak kemarin hingga tanggal 14 Oktober mendatang. 

Semoga, apa yang menjadi harapan Cok Raka Bawa menjadi kenyataan, sebagaimana harapan bangsa Indonesia agar momen Annual Meetings 2018 menjadi momentum kebangkitan Indonesia, utamanya dunia pariwisata Indonesia.(

Event IMF – World Bank di Nusa Dua, Bali, jadi etalase gratis bagi seniman untuk promosi. Seperti itu yang dilakukan Cok Raka Bawa. Seperti apa?

 

 

 

ZULFIKA RAHMAN, Nusa Dua

COK Raka Bawa sedang asik memainkan pahat di atas tikar pandan. Suasana Indonesia Pavilion saat itu masih sepi ketika itu.

Di hadapannya ada topeng Barong yang sudah selesai dan ada yang masih setengah jadi. Indonesia Pavilion adalah salah satu bagian kegiatan ramah tamah dari tuan rumah dalam rangkaian acara Annual Meetings IMF-World Bank Group 2018.

Di tempat ini, berbagai pameran tersaji, mulai dari pameran hasil pembangunan infrastruktur, ragam capaian dari BUMN-BUMN Tanah Air hingga pameran seni dan budaya seperti topi Barong milik Cok Raka ini.

Cok Raka Bawa bercerita, dia sudah menghidupi diri dengan pahat sejak tahun 1976, ketika usianya masih sekitar 16 tahun.

Semua berawal menjadi pematung garuda khas Bali dan berbagai bentuk lainnya. Begitu katanya. Dia mengatakan, ketika itu menjadi pematung sungguhlah nikmat, baik bagi jiwa maupun untuk mendapatkan materi.

Namun karena satu dan lain hal, sejak tahun 1999 dia mengubah haluan menjadi pengrajin topeng Barong.

Pelatih Tari Barong Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar ini bercerita, pembuatan topeng Barong tak bisa sembarangan dan bisa membutuhkan waktu yang lama.

Menyelesaikan satu topeng saja, Cok Raka Bawa membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Ia dimulai dari pemahatan, pengecatan, hingga penyelesaian aksesoris yang melekat pada barong. 

“Setiap perajin topeng Barong itu memiliki identitas sendiri, topeng Barong menjadi gambaran jiwa pembuatnya. Ada yang matanya menyala ada yang sayu,” ujar Cok Raka.

Cok Raka Bawa bisa menampilkan keahliannya di Indonesia Pavilion ini setelah mendapatkan tawaran dari Badan Ekonomi Kreatif  (Bekraf) untuk mengisi workshop selama seminggu.

Tanpa pikir panjang Cok Raka Bawa menerima kesempatan langka tersebut. “Pertemuan IMF-WBG 2018 inikan tidak dilaksanakan setiap tahun di Indonesia, dan turis mancanegara juga akan datang sangat banyak sekali.

Informasi yang saya dapatkan lebih dari 10 ribu peserta akan datang. Jadi ini penghargaan besar bagi saya sebagai seniman dan saya berharap agar budaya tradisional terus dilestarikan,” katanya.

Menurut seniman berusia 56 tahun tersebut, Topeng Bali dapat dibagi kedalam dua garis besar. Pertama, topeng yang disakralkan, di mana proses pembuatannya harus melalui upacara adat.

Upacara itu bahkan dilakukan dilakukan sejak itu dari penebangan pohon, hingga selesai menjadi sebuah topeng. Topeng yang disakralkan tidak diperjualbelikan dan hanya digunakan dalam upacara adat dan tarian.

Sedangkan topeng yang dijadikan sebagai hiasan tidak perlu melalui berbagai upacara adat dan biasanya banyak diperjualbelikan di pasar seni atau toko-toko pusat oleh-oleh. 

Cok Raka Bawa tidak hanya sendiri. Bersama rekannya mereka hadir mengenalkan Indonesia lewat topeng Barong kepada dunia di momen Annual Meetings 2018 di Nusa Dua, Bali.

Tidak kurang dari 34 ribu partisipan hadir di acara yang dimulai sejak kemarin hingga tanggal 14 Oktober mendatang. 

Semoga, apa yang menjadi harapan Cok Raka Bawa menjadi kenyataan, sebagaimana harapan bangsa Indonesia agar momen Annual Meetings 2018 menjadi momentum kebangkitan Indonesia, utamanya dunia pariwisata Indonesia.(

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/