KUTA – Tidak hanya jalanan protokol di Kota Denpasar yang lengang, objek wisata seperti Pantai Kuta di Kabupaten Badung saat Galungan kemarin juga terlihat sangat sepi.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali di Pantai Kuta, turis asing yang melintas tidak sampai sepuluh orang.
Selain sepi turis asing, pantai yang terkenal dengan ombaknya cocok untuk belajar surfing itu juga sepi dari kunjungan turis domestik.
Menurut Arifin, salah satu juru parkir di Pantai Kuta, sejak pandemi Covid-19 Pantai Kuta sudah sepi.
“Hari ini (kemarin) kebetulan barengan sama Galungan, jadi makin sepi,” ujar Arifin kemarin.
Sepinya Kuta ini terasa sejak memasuki Jalan Legian. Jalan yang biasanya saat sore hari mulai ramai dengan bule dan dentuman musik dari diskotek itu berubah menjadi jalan mati.
Hanya satu dua kendaraan yang melintas. Saking sepinya jalan, sejumlah pengendara berani melawan arah.
Hampir semua toko dan tempat usaha tutup. Sebagian toko dipasangi tulisan dikontrakkan atau dijual. “Pariwisata benar-benar hancur,” imbuh Arifin.
Menurut Arifin, jika situasi normal dirinya dan jukir lainnya kewalahan mengatur parkir di Pantai Kuta. Namun, sudah setahun ini dirinya santai. Pluit yang dibawa jarang bunyi.
“Kalau dulu jangan harap bisa parkir mobil di sini. Apalagi pas weekend. Sekarang sampean bisa lihat, parkir kosong,” tukasnya.
Tidak hanya tukang parkir, sepinya Pantai Kuta juga dirasakan para penyedia jasa papan surfing. Mereka lebih banyak tiduran di atas pasir daripada menawarkan papan surfing.
Maklum, olahraga surfing banyak digemari turis asing. Ketika turis asing sepi, maka sewa papan juga ikut sepi.
Kondisi serupa dirasakan pedagang asongan dan ibu-ibu tukang kelabang rambut. Mereka duduk santai sambil berbincang menunggu pelanggan datang.