25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:00 AM WIB

Kran Turis Domestik Dibuka, Pelaku Wisata Siap Ikuti Protokol Covid-19

DENPASAR – Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) mengguncang dunia pariwisata yang menjadi denyut nadi utama perekonomian Provinsi Bali.

Pemerintah Provinsi Bali hingga Senin (15/6) belum membuka “kran” masuknya wisatawan mancanegara maupun domestik.

Melonjaknya jumlah kasus transmisi lokal Covid-19 menjadi salah satu pertimbangan serius Gubernur Bali Wayan Koster.

Tidak sedikit pengusaha hotel, restoran, dan kafe yang “mengeluh” serta berharap agar pariwisata Bali segera dibuka.

Namun, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace justru meminta semua pihak untuk bersabar.

Bagaimanakah aspirasi para pekerja pariwisata? Kepada Radarbali.id, Senin (15/6), Ketua Pengurus Daerah Federasi Serikat Pekerja Pariwisata Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PD FSP-Par SPSI)

Provinsi Bali, Putu Satyawira Marhaendra menyebut Gubernur Bali Wayan Koster tentu perlu garansi atau jaminan untuk membuka kran pariwisata Bali.

Ungkapnya, semakin lama pariwisata ditutup, maka semakin besar dan mahal biaya yang dibutuhkan untuk bangkit dan berkreasi.

“Kalau dibuka di bulan Juni 2020, Bali tak usah bermimpi dikunjungi wisatawan asing karena semua negara memproteksi warganya masing-masing.

Yang perlu dilakukan saya pikir bagaimana masing-masing pulau di Indonesia, termasuk Bali siap menerima kunjungan

wisatawan dalam negeri. Tentunya semua provinsi harus satu kata atau sepakat dalam penerapan protap Covid-19,” ujarnya.

Satyawira menyebut wisatawan domestik sangat banyak yang merindukan Bali. Mereka mengaku perlu relaksasi, rileks, mengobati stres akibat pandemi, melepaskan kepenatan dan ketegangan.

“Mereka ingin berwisata dan datang ke Bali,” ujarnya sembari mengatakan warga negara yang baik tentu harus menaati intruksi presiden dan gubernur.

“Tentu tidak ada pemimpin yang ingin menyengsarakan rakyatnya. Pariwisata dibuka setelah Bali sehat adalah upaya gubernur untuk melindungi masyarakat.

Kini, rakyat yang dilindungilah wajib meyakinkan gubernur bahwa pariwisata siap dibuka mengacu pada protokol kesehatan.

Kalau ada masalah nanti kami tidak akan menyalahkan Bapak Gubernur Bali. Begitulah kira-kira,” tandasnya.

Dia juga menilai kecemasan berlebihan bisa lebih berbahaya dari virus corona. Bila pariwisata Bali dibuka, ulangnya, tentu gubernur perlu jaminan.

Termasuk kesiapan dunia usaha dan pekerja harus siap menunjang keberlangsungan pariwisata di era new normal.

“Masyarakat siap nggak? Sebab ada dua kubu saya pikir: kubu pro kesehatan dan pro bisnis. Sebagai pekerja kami selalu menegaskan siap mengikuti protokol kesehatan.

Semakin cepat dibuka, semakin baik. Pokoknya jangan sampai lewat bulan Juni 2020,” harap Putu Satyawira.

Satyawira optimis perekonomian Bali akan berangsur membaik bila kran wisatawan domestik dibuka. Yang penting, terangnya protap kesehatan di bandara dijaga.

Termasuk protap kesehatan di pintu laut dan di seluruh objek wisata di Pulau Dewata. “Kami, pekerja pariwisata yang tergabung di SP Par-SPSI Bali siap bekerja dengan standar kesehatan tertinggi,” ungkapnya.

DENPASAR – Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) mengguncang dunia pariwisata yang menjadi denyut nadi utama perekonomian Provinsi Bali.

Pemerintah Provinsi Bali hingga Senin (15/6) belum membuka “kran” masuknya wisatawan mancanegara maupun domestik.

Melonjaknya jumlah kasus transmisi lokal Covid-19 menjadi salah satu pertimbangan serius Gubernur Bali Wayan Koster.

Tidak sedikit pengusaha hotel, restoran, dan kafe yang “mengeluh” serta berharap agar pariwisata Bali segera dibuka.

Namun, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace justru meminta semua pihak untuk bersabar.

Bagaimanakah aspirasi para pekerja pariwisata? Kepada Radarbali.id, Senin (15/6), Ketua Pengurus Daerah Federasi Serikat Pekerja Pariwisata Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PD FSP-Par SPSI)

Provinsi Bali, Putu Satyawira Marhaendra menyebut Gubernur Bali Wayan Koster tentu perlu garansi atau jaminan untuk membuka kran pariwisata Bali.

Ungkapnya, semakin lama pariwisata ditutup, maka semakin besar dan mahal biaya yang dibutuhkan untuk bangkit dan berkreasi.

“Kalau dibuka di bulan Juni 2020, Bali tak usah bermimpi dikunjungi wisatawan asing karena semua negara memproteksi warganya masing-masing.

Yang perlu dilakukan saya pikir bagaimana masing-masing pulau di Indonesia, termasuk Bali siap menerima kunjungan

wisatawan dalam negeri. Tentunya semua provinsi harus satu kata atau sepakat dalam penerapan protap Covid-19,” ujarnya.

Satyawira menyebut wisatawan domestik sangat banyak yang merindukan Bali. Mereka mengaku perlu relaksasi, rileks, mengobati stres akibat pandemi, melepaskan kepenatan dan ketegangan.

“Mereka ingin berwisata dan datang ke Bali,” ujarnya sembari mengatakan warga negara yang baik tentu harus menaati intruksi presiden dan gubernur.

“Tentu tidak ada pemimpin yang ingin menyengsarakan rakyatnya. Pariwisata dibuka setelah Bali sehat adalah upaya gubernur untuk melindungi masyarakat.

Kini, rakyat yang dilindungilah wajib meyakinkan gubernur bahwa pariwisata siap dibuka mengacu pada protokol kesehatan.

Kalau ada masalah nanti kami tidak akan menyalahkan Bapak Gubernur Bali. Begitulah kira-kira,” tandasnya.

Dia juga menilai kecemasan berlebihan bisa lebih berbahaya dari virus corona. Bila pariwisata Bali dibuka, ulangnya, tentu gubernur perlu jaminan.

Termasuk kesiapan dunia usaha dan pekerja harus siap menunjang keberlangsungan pariwisata di era new normal.

“Masyarakat siap nggak? Sebab ada dua kubu saya pikir: kubu pro kesehatan dan pro bisnis. Sebagai pekerja kami selalu menegaskan siap mengikuti protokol kesehatan.

Semakin cepat dibuka, semakin baik. Pokoknya jangan sampai lewat bulan Juni 2020,” harap Putu Satyawira.

Satyawira optimis perekonomian Bali akan berangsur membaik bila kran wisatawan domestik dibuka. Yang penting, terangnya protap kesehatan di bandara dijaga.

Termasuk protap kesehatan di pintu laut dan di seluruh objek wisata di Pulau Dewata. “Kami, pekerja pariwisata yang tergabung di SP Par-SPSI Bali siap bekerja dengan standar kesehatan tertinggi,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/