31.3 C
Jakarta
21 September 2024, 10:18 AM WIB

Pariwisata Bisa Hancur, Asita: Tiru Thailand, Pemerintah Harus Tegas

DENPASAR – Industri pariwisata Bali harus segera dibenahi jika tak ingin dipenuhi wisatawan dengan kantong tipis.

Pasalnya, bukannya mendatangkan gemerincing dollar, wisatawan cekak yang mayoritas datang dari Tiongkok ini bisa mendatangkan masalah bagi pariwisata Bali secara keseluruhan.

Betapa tidak, hanya dengan modal Rp 600 ribu, wisatawan Tiongkok bisa dapat tiket ke Bali dan balik lagi ke Tiongkok. Dapat makan dan hotel selama 5 hari 4 malam.

“Yang menjadi pertanyaan saat ini, kenapa sampai bisa dengan harga seperti ini? Istilah kami zero tour fee (perjalanan biaya murah),” kata Ketua Bali Liang (Komite Tiongkok Asita Daerah Bali) Elsye Deliana.

Ironisnya, banyaknya wisatawan Tiongkok yang berlibur ke Bali mendatangkan masalah lagi yang harus segera diatasi pemerintah.

Misalnya, terkait keberadaan guide ilegal, travel agent ilegal, fotografer pre wedding di Bali yang menggunakan visa wisata namun bekerja, termasuk juga toko – toko jaringan yang mensubsidi wisatawan murah itu.

“Ini yang harus dituntaskan oleh pemerintah. Mesti dipastikan mana yang legal dan mana yang illegal,” tutur Sekretaris Bali Liang (Komite Tiongkok Nasional) Herman.

Menurut Herman, keberadaan guide ilegal dan travel agent ilegal akan sangat merugikan Bali ke depan.

Bahkan, Bali yang begitu hebat di mata dunia menjadi sangat tidak menarik bagi wisatawan Tiongkok yang merasakan permainan ini.

Herman mengatakan, fenomena ini juga terjadi di Thailand dan Vietnam, namun saat ini pemerintah kedua negara itu sudah mulai tegas dengan melakukan perbaikan – perbaikan.

“Jika tidak membawa uang sekitar Rp 5 juta, dalam rekening tidak diberikan masuk di Thailand untuk wisatawan Tiongkok,” ujar Anggota Komite Tiongkok Asita Chandra Salim.

Ketua Komite Tiongkok DPP Asita Herry Sudiarto juga meminta ketegasan pemerintah sebelum semakin parah praktek – praktek yang terjadi di dunia pariwisata Bali khususnya terkait pangsa Tiongkok.

“Pemerintah mesti berani tegas, untuk bisa Bali lebih bagus. Jika dibiarkan seperti ini jelas, akan semakin parah ke depannya.

Mesti dibuatkan regulasi yang kuat, untuk bisa melindungi yang legal dan menertibkan yang illegal,”  tandasnya. 

DENPASAR – Industri pariwisata Bali harus segera dibenahi jika tak ingin dipenuhi wisatawan dengan kantong tipis.

Pasalnya, bukannya mendatangkan gemerincing dollar, wisatawan cekak yang mayoritas datang dari Tiongkok ini bisa mendatangkan masalah bagi pariwisata Bali secara keseluruhan.

Betapa tidak, hanya dengan modal Rp 600 ribu, wisatawan Tiongkok bisa dapat tiket ke Bali dan balik lagi ke Tiongkok. Dapat makan dan hotel selama 5 hari 4 malam.

“Yang menjadi pertanyaan saat ini, kenapa sampai bisa dengan harga seperti ini? Istilah kami zero tour fee (perjalanan biaya murah),” kata Ketua Bali Liang (Komite Tiongkok Asita Daerah Bali) Elsye Deliana.

Ironisnya, banyaknya wisatawan Tiongkok yang berlibur ke Bali mendatangkan masalah lagi yang harus segera diatasi pemerintah.

Misalnya, terkait keberadaan guide ilegal, travel agent ilegal, fotografer pre wedding di Bali yang menggunakan visa wisata namun bekerja, termasuk juga toko – toko jaringan yang mensubsidi wisatawan murah itu.

“Ini yang harus dituntaskan oleh pemerintah. Mesti dipastikan mana yang legal dan mana yang illegal,” tutur Sekretaris Bali Liang (Komite Tiongkok Nasional) Herman.

Menurut Herman, keberadaan guide ilegal dan travel agent ilegal akan sangat merugikan Bali ke depan.

Bahkan, Bali yang begitu hebat di mata dunia menjadi sangat tidak menarik bagi wisatawan Tiongkok yang merasakan permainan ini.

Herman mengatakan, fenomena ini juga terjadi di Thailand dan Vietnam, namun saat ini pemerintah kedua negara itu sudah mulai tegas dengan melakukan perbaikan – perbaikan.

“Jika tidak membawa uang sekitar Rp 5 juta, dalam rekening tidak diberikan masuk di Thailand untuk wisatawan Tiongkok,” ujar Anggota Komite Tiongkok Asita Chandra Salim.

Ketua Komite Tiongkok DPP Asita Herry Sudiarto juga meminta ketegasan pemerintah sebelum semakin parah praktek – praktek yang terjadi di dunia pariwisata Bali khususnya terkait pangsa Tiongkok.

“Pemerintah mesti berani tegas, untuk bisa Bali lebih bagus. Jika dibiarkan seperti ini jelas, akan semakin parah ke depannya.

Mesti dibuatkan regulasi yang kuat, untuk bisa melindungi yang legal dan menertibkan yang illegal,”  tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/