26.6 C
Jakarta
21 November 2024, 2:58 AM WIB

Arca Ganesha dari Abad ke 12, Menasa Jadi Kota Pesisir Zaman Bali Kuna

SAWAN – Para peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar, mendatangi Pura Agung Menasa, Jumat (13/12) siang lalu.

Para peneliti melakukan identifikasi awal terhadap arca, relief, maupun artefak yang ada di pura tersebut.

Proses identifikasi itu juga diharapkan bisa membuka tabir sejarah di Pura Menasa, yang selama ini masih belum terang benderang.

Dalam penelitian itu, tim peneliti menemukan sejumlah fakta yang unik dan menarik. Salah satunya temuan arca Dewa Ganesha yang ada di mandala utama pura.

Arca itu diduga berasal dari abad ke-12, atau pada awal abad ke-13. Tepatnya pada masa Bali Kuna. Bukan hanya dari segi usia saja yang dianggap menarik. Namun juga bentuk arcanya.

Diduga bentuk arca itu, hanya ada di Pura Menasa. “Arca Ganesha itu tampak menggendong lingga, duduk di Padma ganda dengan

mahkota gelungan rambut mapusung ke atas. Belum pernah kami tempukan di tempat lain,” kata Kepala Balai Arkeologi Denpasar, I Gusti Made Suarbawa.

Suarbawa mengatakan, bila merujuk sejumlah prasasti yang pernah diteliti arkeolog, Menasa diduga sebuah kota pesisir yang sudah ada sejak abad ke-10.

Menasa bahkan sudah disebut dalam beberapa prasasti, seperti Prasasti Julah, Prasasti Kintamani, Prasasti Bulian, dan Prasasti Tamblingan.

Dari fakta-fakta itu, tak menutup kemungkinan dulunya Menasa bukan sebuah kerajaan. Melainkan kota pesisir yang cukup besar dan penting posisinya pada masa tersebut.

Pada tahap awal, kemungkinan wilayah ini membentang hingga Desa Kerobokan dan Desa Sangsit. Seiring berjalannya waktu, kota pesisir ini pun terus mengalami pemekaran wilayah.

Diduga tonggak awal pembangunan Pura Agung Menasa berawa dari tiga buah batu yang berasal dari zaman megalitikum. Batu itu berada di hulu pelinggih Ganesha, yang memang ada di areal mandala utama pura.

“Kami menduga itu tonggak awal tempat suci ini. Seiring perkembangan, dibuatkan pelinggih, arca, dan lingga yoni juga. Seiring waktu juga ada proses perluasan dan terus dilakukan penambahan,” jelasnya.

Sementara dari segi relief, Suarbawa menyabut Pura Agung Menasa pada masanya telah menerima pengaruh dari luar. Terutama dari Eropa dan Tiongkok.

Hal itu terlihat dari temuan batu padas yang berisi sifat-sifat dasar dalam budhisme. Selain gaya ukirannya juga tetap mempertanahkan identitas Bali Utara.

Uniknya lagi pada bagian paduraksa pura, ditemukan ukiran sosok rama yang duduk di atas gajah sambil menarik busur panah dan disebelahnya terdapat seekor burung.

Diduga relief itu bukan sekadar ukiran biasa, melainkan sebuah kronogram atau angka tahun yang disimbolkan dengan gambar. Ukiran itu merujuk tahun 1581 caka atau 1659 masehi.

“Ini salah satu kekuatan dasar ukiran di Buleleng sebenarnya. Motifnya dinamis, terbuka, dan tegas. Termasuk terbuka dengan pengaruh-pengaruh dari luar, tapi identitasnya tetap terjaga,” tegasnya. 

SAWAN – Para peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar, mendatangi Pura Agung Menasa, Jumat (13/12) siang lalu.

Para peneliti melakukan identifikasi awal terhadap arca, relief, maupun artefak yang ada di pura tersebut.

Proses identifikasi itu juga diharapkan bisa membuka tabir sejarah di Pura Menasa, yang selama ini masih belum terang benderang.

Dalam penelitian itu, tim peneliti menemukan sejumlah fakta yang unik dan menarik. Salah satunya temuan arca Dewa Ganesha yang ada di mandala utama pura.

Arca itu diduga berasal dari abad ke-12, atau pada awal abad ke-13. Tepatnya pada masa Bali Kuna. Bukan hanya dari segi usia saja yang dianggap menarik. Namun juga bentuk arcanya.

Diduga bentuk arca itu, hanya ada di Pura Menasa. “Arca Ganesha itu tampak menggendong lingga, duduk di Padma ganda dengan

mahkota gelungan rambut mapusung ke atas. Belum pernah kami tempukan di tempat lain,” kata Kepala Balai Arkeologi Denpasar, I Gusti Made Suarbawa.

Suarbawa mengatakan, bila merujuk sejumlah prasasti yang pernah diteliti arkeolog, Menasa diduga sebuah kota pesisir yang sudah ada sejak abad ke-10.

Menasa bahkan sudah disebut dalam beberapa prasasti, seperti Prasasti Julah, Prasasti Kintamani, Prasasti Bulian, dan Prasasti Tamblingan.

Dari fakta-fakta itu, tak menutup kemungkinan dulunya Menasa bukan sebuah kerajaan. Melainkan kota pesisir yang cukup besar dan penting posisinya pada masa tersebut.

Pada tahap awal, kemungkinan wilayah ini membentang hingga Desa Kerobokan dan Desa Sangsit. Seiring berjalannya waktu, kota pesisir ini pun terus mengalami pemekaran wilayah.

Diduga tonggak awal pembangunan Pura Agung Menasa berawa dari tiga buah batu yang berasal dari zaman megalitikum. Batu itu berada di hulu pelinggih Ganesha, yang memang ada di areal mandala utama pura.

“Kami menduga itu tonggak awal tempat suci ini. Seiring perkembangan, dibuatkan pelinggih, arca, dan lingga yoni juga. Seiring waktu juga ada proses perluasan dan terus dilakukan penambahan,” jelasnya.

Sementara dari segi relief, Suarbawa menyabut Pura Agung Menasa pada masanya telah menerima pengaruh dari luar. Terutama dari Eropa dan Tiongkok.

Hal itu terlihat dari temuan batu padas yang berisi sifat-sifat dasar dalam budhisme. Selain gaya ukirannya juga tetap mempertanahkan identitas Bali Utara.

Uniknya lagi pada bagian paduraksa pura, ditemukan ukiran sosok rama yang duduk di atas gajah sambil menarik busur panah dan disebelahnya terdapat seekor burung.

Diduga relief itu bukan sekadar ukiran biasa, melainkan sebuah kronogram atau angka tahun yang disimbolkan dengan gambar. Ukiran itu merujuk tahun 1581 caka atau 1659 masehi.

“Ini salah satu kekuatan dasar ukiran di Buleleng sebenarnya. Motifnya dinamis, terbuka, dan tegas. Termasuk terbuka dengan pengaruh-pengaruh dari luar, tapi identitasnya tetap terjaga,” tegasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/