DENPASAR – Ada wacana pembukaan pariwisata Bali baru dilakukan pada 17 Agustus mendatang. Selain itu ada kabar yang menyebutkan bahwa Tiongkok mulai membuka akses untuk perjalanan wisata pada pertengahan tahun ini.
Langkah antisipasi pun langsung dilakukan. Salah satunya adalah wisata dirgantara yang mulai melakukan konsolidasi.
Pengprov FASI Bali langsung bergerak cepat. Mereka melakukan pertemuan di Pantai Mertasari, Sanur, Depasar kemarin.
Tujuannya adalah untuk menyatukan visi – misi agar kedepannya lebih baik lagi. Di Pantai Mertasari ada empat paramotor yang dipersiapkan.
“Kegiatan yang kami lakukan sekarang untuk mengetes anggota. Kebetulan, kami difasilitasi oleh TNI AU. Kami pilih saat hari kerja
di Mertasari karena sepi,” terang Ketua Pengprov Persatuan Gantole dan Paralayang Indonesia Bali (PGPI) Rizky Widiantara kemarin.
“Istilahnya ini latihan bersama dengan para anggota,” tambahnya. Di samping itu mereka juga mempersiapkan diri untuk menyambut wisatawan yang datang tahun ini.
Pengprov FASI Bali mencoba untuk mendukung agar pariwisata Bali kembaki hidup. “Sebelum pandemi, paralayang menjadi salah satu primadona wisatawan Tiongkok. Paralayang menjadi andalan wisata dirgantara,” ucapnya.
Meskipun masih sebatas rencana, Rizky mengungkapkan jika mereka akan menggelar kejuaraan paralayang Asia Cup 2021.
Pantai Pandawa dipersiapkan untuk menjadi venue pertandingan. Namun, lanjut Rizky, lokasi lain masih dipertimbangkan.
“Kami masih melihat alternatif lain di Bukit Buluh, Klungkung. Tapi kejuaraan masih rencana. Masih perlu berbagai pertimbangan yang banyak,” jelasnya.
Di sisi lain salah satu penerbang paramotor asal Swiss yang ikut dalam latihan bersama kemarin, Bruno Hopff mengatakan, dari pantauannya, potensi wisata dirgantara Bali dikatakan cukup besar dibanding dengan daerah lain di Indonesia.
“Potensinya bagus sekali. Tapi, sekarang saya sedih karena wisata di Bali sedang mati. Banyak teman-teman operator paralayang yang menutup kegiatan sementara waktu.
Kebetulan saya juga memiliki usaha wisata menyelam yang tidak beroperasi juga selama pandemi ini,” beber Bruno yang sudah 17 tahun menetap di Bali tersebut.