29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:19 AM WIB

Sempat Kagok, Ras Muhammad Bangga Pakai Busana Etnik Nusantara

DENPASAR – Duta reggae Indonesia, Ras Muhammad mendapat pengalaman yang takkan terlupakan selama hidupnya.

Disela-sela menggarap album barunya di Jerman, penyanyi reggae yang kini menetap di Bali itu mendadak didapuk tampil

sebagai peragawan di acara Panorama Wolrd Cup Fashion Show, yang dihelat di Millenium Center Budapest, Hongaria, 19 Mei lalu.

Ras yang biasa tampil energik di atas panggung, harus berjalan kalem di atas catwalk.

“Perasaan saya sebelum naik panggung sangat grogi. Ini perdana dan sangat asing bagi saya tampil di catwalk. Saya harus mengecek di youtube dan banyak bertanya

pada model-model perempuan yang akan tampil,” tutur Ras kepada Jawa Pos Radar Bali melalui sambungan ponselnya Selasa (22/5).

Ras yang masih menjalani tur di Jerman itu menceritakan, event tersebut diadakan setiap tahun hasil kerja sama KBRI dengan melibatkan beberapa fashion desainer Hongaria dan Indonesia.

Ajang tersebut merupakan sarana KBRI di Hongaria mempersembahkan karya desainer-desainer dari Indonesia.

Nah, kebetulan ibunda Ras menjabat sebagai seorang dubes di KBRI Hongaria melihat model yang akan tampil dengan busana Indonesia hampir semua perempuan.

Akhirnya Ras ditawari menampilkan busana pria Indonesia. Karena menyangkut promosi budaya nusantara, Ras menyanggupi.

Yang menarik, Ras tidak tahu harus pakai busana seperti apa. Sang ibu pun meminta Ras menampilkan busana koleksi pribadi yang dimiliki Ras.

Ras sendiri sempat dipusingkan karena ada tiga pilihan koleksi pribadi. Pemilik asli nama Muhammad Egar itu ingin membuat kesan mendalam bagi hadirin.

Setelah meminta pertimbangan ibunya, staff dan panitia, akhirnya Ras menampilkan busana yang pas. Baju yang dipakai perpaduan budaya nusantara.

Ras mengombinasikan baju adat Jawa, bagian bawahan mengenakan kamen khas Bali, sedangkan bagian kepala dipilih kopyah bercorak Kalimantan.

Ras juga mengenakan destar atau udeng Bali. “Fashion yang ditampilkan kebaya kontemporer dan elegen.

Kalau (busana) saya ada etnik tradisional, ada bumbu reggae culture, serta ada unsur urbannya,” jelas pria kelahiran Jakarta 29 Oktober 1982 itu.

Meski sempat nervous berat, Ras mengaku penampilannya tertolong biasa tampil di atas panggung. Saat bernyanyi Ras terbiasa dengan bahasa tubuh untuk mengungkapkan sebuah ekspresi.

Selain itu dia juga terbiasa dengan kamera karena terbias syuting video klip. “Saya berjalan sekitar 1 menit karena catwalk cukup besar. Sangat grogi, sudah deh sudah deh paling cepat paling oke deh,” kenangnya lantas tertawa.

Ada rasa bangga ketika bisa menampilkan budaya nusantara. Saat ditanya apakah mau tampil lagi sebegai peragawan, Ras tegas mengatakan tidak tertarik kembali tampil, kecuali fashion yang ditampilkan mengangkat budaya.

Dia juga harus melihat misi desainernya terlebih dahulu. “Kalau misi desainernya misi pribadi tidak ada hubungannya dengan nuansa budaya dan etnik atau lintas budaya saya kurang tertarik.

Tapi, kalau ada tawaran lagi, koleksinya dari mereka, jangan dari saya karena itu cukup memusingkan,” seloroh musisi yang menghabiskan masa remajanya di Amerika Serikat itu.

Sementara KBRI Budapest berhasil memboyong lima karya perancang busana kenamaan Indonesia, seperti Itank Yunasz, Poppy Karim dan Handy Hartono. Karya yang ditampilkan seperti batik, tenun, tas etnik dan kebaya berhasil memukau penonton.

DENPASAR – Duta reggae Indonesia, Ras Muhammad mendapat pengalaman yang takkan terlupakan selama hidupnya.

Disela-sela menggarap album barunya di Jerman, penyanyi reggae yang kini menetap di Bali itu mendadak didapuk tampil

sebagai peragawan di acara Panorama Wolrd Cup Fashion Show, yang dihelat di Millenium Center Budapest, Hongaria, 19 Mei lalu.

Ras yang biasa tampil energik di atas panggung, harus berjalan kalem di atas catwalk.

“Perasaan saya sebelum naik panggung sangat grogi. Ini perdana dan sangat asing bagi saya tampil di catwalk. Saya harus mengecek di youtube dan banyak bertanya

pada model-model perempuan yang akan tampil,” tutur Ras kepada Jawa Pos Radar Bali melalui sambungan ponselnya Selasa (22/5).

Ras yang masih menjalani tur di Jerman itu menceritakan, event tersebut diadakan setiap tahun hasil kerja sama KBRI dengan melibatkan beberapa fashion desainer Hongaria dan Indonesia.

Ajang tersebut merupakan sarana KBRI di Hongaria mempersembahkan karya desainer-desainer dari Indonesia.

Nah, kebetulan ibunda Ras menjabat sebagai seorang dubes di KBRI Hongaria melihat model yang akan tampil dengan busana Indonesia hampir semua perempuan.

Akhirnya Ras ditawari menampilkan busana pria Indonesia. Karena menyangkut promosi budaya nusantara, Ras menyanggupi.

Yang menarik, Ras tidak tahu harus pakai busana seperti apa. Sang ibu pun meminta Ras menampilkan busana koleksi pribadi yang dimiliki Ras.

Ras sendiri sempat dipusingkan karena ada tiga pilihan koleksi pribadi. Pemilik asli nama Muhammad Egar itu ingin membuat kesan mendalam bagi hadirin.

Setelah meminta pertimbangan ibunya, staff dan panitia, akhirnya Ras menampilkan busana yang pas. Baju yang dipakai perpaduan budaya nusantara.

Ras mengombinasikan baju adat Jawa, bagian bawahan mengenakan kamen khas Bali, sedangkan bagian kepala dipilih kopyah bercorak Kalimantan.

Ras juga mengenakan destar atau udeng Bali. “Fashion yang ditampilkan kebaya kontemporer dan elegen.

Kalau (busana) saya ada etnik tradisional, ada bumbu reggae culture, serta ada unsur urbannya,” jelas pria kelahiran Jakarta 29 Oktober 1982 itu.

Meski sempat nervous berat, Ras mengaku penampilannya tertolong biasa tampil di atas panggung. Saat bernyanyi Ras terbiasa dengan bahasa tubuh untuk mengungkapkan sebuah ekspresi.

Selain itu dia juga terbiasa dengan kamera karena terbias syuting video klip. “Saya berjalan sekitar 1 menit karena catwalk cukup besar. Sangat grogi, sudah deh sudah deh paling cepat paling oke deh,” kenangnya lantas tertawa.

Ada rasa bangga ketika bisa menampilkan budaya nusantara. Saat ditanya apakah mau tampil lagi sebegai peragawan, Ras tegas mengatakan tidak tertarik kembali tampil, kecuali fashion yang ditampilkan mengangkat budaya.

Dia juga harus melihat misi desainernya terlebih dahulu. “Kalau misi desainernya misi pribadi tidak ada hubungannya dengan nuansa budaya dan etnik atau lintas budaya saya kurang tertarik.

Tapi, kalau ada tawaran lagi, koleksinya dari mereka, jangan dari saya karena itu cukup memusingkan,” seloroh musisi yang menghabiskan masa remajanya di Amerika Serikat itu.

Sementara KBRI Budapest berhasil memboyong lima karya perancang busana kenamaan Indonesia, seperti Itank Yunasz, Poppy Karim dan Handy Hartono. Karya yang ditampilkan seperti batik, tenun, tas etnik dan kebaya berhasil memukau penonton.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/