30.2 C
Jakarta
29 April 2024, 22:13 PM WIB

Turis Tiongkok Turun 29 %, Dubes Djauhari: Manfaatkan Momen Trade War!

DENPASAR – Pelaku wisata di Bali mengeluhkan turunnya kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali pada kwartal pertama 2019 sebesar 29 persen.

Keluhan itu diutarakan di hadapan Dubes RI untuk RRT di Beijing, Djauhari Oratmangun,  di kantor Bali Tourism Board, Jumat (21/6).

Penurunan ini imbas dari penutupan toko-toko jaringan mafia Tiongkok di Bali yang melakukan praktik  usaha tidak sehat yang terjadi pada tahun lalu.

Kendati demikian, pelaku usaha menyadari bahwa aturan ini dibuat untuk mendapatkan wisatawan yang berkualitas, bukan menjual wisata ke Bali di bawah harga murah.  

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, A.A. Gede Yuniartha Putra berharap dengan  BTB yang akan melaksanakan sales mission ke Beijing, Juli mendatang bisa menaikkan wisatawan Tiongkok ke Bali.

Mengingat, Beijing juga merupakan pusat pemerintahan di Tiongkok. Stakeholder pariwisata Bali dapat bertemu stakeholder pariwisata setempat sekaligus pemerintahnya.

Hal ini dinilai positif untuk lebih mempromosikan pariwisata Bali. Disisi lain, pihaknya juga mengusulkan agar MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) bisa lebih banyak digelar di Pulau Dewata.

Duta Besar RI untuk RRT di Beijing, Djauhari Oratmangun mengatakan, Bali sejatinya cukup dikenal di Tiongkok.

Surve kecil yang dilakukan KBRI, rata-rata masyarakat negeri Tirai Bambu itu mempunyai keinginan luar biasa untuk berkunjung ke Bali.

Nah, adanya trade war antara Amerika dan Tiongkok bisa menjadi salah satu peluang bagi Pulau Dewata. Sebab, pemerintah Tiongkok kini mengeluarkan travel warning ke negara adidaya tersebut.

“Ini peluang karena turis yang ke Amerika kan rata-rata mid class keatas. Outbound itu diperkirakan 180 juta,” ujarnya.

Menurut Djauhari, kerjasama perlu dijalin antara Bali dan Indonesia dengan kota-kota di Tiongkok melalui strategi komunikasi.

Termasuk konektivitas lewat penerbangan langsung yang mesti lebih digalakkan lagi. Selain itu, pihaknya juga akan melakukan pendekatan dengan media, terutama surat kabar harian People’s Daily di Tiongkok. 

Ketua Bali Tourism Board (BTB), I.B. Agung Partha Adnyana mengatakan, pariwisata tidak bisa hanya sekedar untuk bisnis jual-beli.

Tapi harus ada ikatan emosional yang dibangun. “Jangan difikir orang Tiongkok itu tahu Bali. Mungkin kecil sekali. Orang Tiongkok butuh produk knowledge buat datang ke Bali lebih banyak,” ujarnya. 

DENPASAR – Pelaku wisata di Bali mengeluhkan turunnya kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali pada kwartal pertama 2019 sebesar 29 persen.

Keluhan itu diutarakan di hadapan Dubes RI untuk RRT di Beijing, Djauhari Oratmangun,  di kantor Bali Tourism Board, Jumat (21/6).

Penurunan ini imbas dari penutupan toko-toko jaringan mafia Tiongkok di Bali yang melakukan praktik  usaha tidak sehat yang terjadi pada tahun lalu.

Kendati demikian, pelaku usaha menyadari bahwa aturan ini dibuat untuk mendapatkan wisatawan yang berkualitas, bukan menjual wisata ke Bali di bawah harga murah.  

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, A.A. Gede Yuniartha Putra berharap dengan  BTB yang akan melaksanakan sales mission ke Beijing, Juli mendatang bisa menaikkan wisatawan Tiongkok ke Bali.

Mengingat, Beijing juga merupakan pusat pemerintahan di Tiongkok. Stakeholder pariwisata Bali dapat bertemu stakeholder pariwisata setempat sekaligus pemerintahnya.

Hal ini dinilai positif untuk lebih mempromosikan pariwisata Bali. Disisi lain, pihaknya juga mengusulkan agar MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) bisa lebih banyak digelar di Pulau Dewata.

Duta Besar RI untuk RRT di Beijing, Djauhari Oratmangun mengatakan, Bali sejatinya cukup dikenal di Tiongkok.

Surve kecil yang dilakukan KBRI, rata-rata masyarakat negeri Tirai Bambu itu mempunyai keinginan luar biasa untuk berkunjung ke Bali.

Nah, adanya trade war antara Amerika dan Tiongkok bisa menjadi salah satu peluang bagi Pulau Dewata. Sebab, pemerintah Tiongkok kini mengeluarkan travel warning ke negara adidaya tersebut.

“Ini peluang karena turis yang ke Amerika kan rata-rata mid class keatas. Outbound itu diperkirakan 180 juta,” ujarnya.

Menurut Djauhari, kerjasama perlu dijalin antara Bali dan Indonesia dengan kota-kota di Tiongkok melalui strategi komunikasi.

Termasuk konektivitas lewat penerbangan langsung yang mesti lebih digalakkan lagi. Selain itu, pihaknya juga akan melakukan pendekatan dengan media, terutama surat kabar harian People’s Daily di Tiongkok. 

Ketua Bali Tourism Board (BTB), I.B. Agung Partha Adnyana mengatakan, pariwisata tidak bisa hanya sekedar untuk bisnis jual-beli.

Tapi harus ada ikatan emosional yang dibangun. “Jangan difikir orang Tiongkok itu tahu Bali. Mungkin kecil sekali. Orang Tiongkok butuh produk knowledge buat datang ke Bali lebih banyak,” ujarnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/