26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:58 AM WIB

Punya Peluang Pasar, Pangan Lokal Masih Terkendala Kemasan

SINGARAJA – Pemasaran panganan lokal produk Buleleng, masih terkendala kemasan. Akibatnya banyak panganan lokal, hanya tembus pasar lokal saja.

Pemerintah mengklaim telah menyiapkan skema, guna mengatasi masalah kemasan pangan tersebut. Panganan lokal itu kebanyakan diproduksi Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kabupaten Buleleng.

Kini di Kabupaten Buleleng, tercatat ada 270 kelompok wanita tani yang terdaftar. Namun yang eksis menjalankan produksi secara kontinu, hanya 90 KWT. Itu pun hanya eksis di pedesaan.

Puluhan KWT itu kini didorong menembus pasar yang lebih luas. Mereka difasilitasi berjualan di Taman Kota Singaraja sebulan sekali lewat ajang Pasar Pangan Lokal.

Harapannya mereka bisa menembus pasar baru, dan bisa mendorong masyarakat beralih dari panganan beras menjadi panganan non beras.

Dalam pasar tersebut, KWT menghadirkan sejumlah produk olahan non beras. Rata-rata menggunakan bahan dasar talas, ubi kayu, kentang, serta jagung.

Bahan dasar itu dianggap memiliki kadar karbohidrat yang cukup tinggi. Tak kalah dibandingkan beras.

“Kami memang mendorong kelompok wanita tani memproduksi produk-produk olahan non beras. Harapannya kan nanti masyarakat tidak hanya mengandalkan sumber karbohidrat dari beras.

Padahal ada sumber lain, misalnya dari ubi atau kentang,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Buleleng, drh. Nyoman Surya Temaja.

Sayangnya dalam pasar kemarin, masih banyak produk olahan yang dikemas dalam kemasan yang kurang menarik.

Meski memiliki kualitas yang baik, namun produk-produk itu kurang menarik minat konsumen. Hanya gara-gara kemasan yang kurang menarik.

Surya Temaja pun tak menampik hal tersebut. Menurutnya secara bertahap pihaknya akan melakukan pembinaan pada para pedagang.

Mereka diharapkan tak hanya menghasilkan produk olahan non beras yang berkualitas, namun juga dikemas dalam wadah yang menarik.

“Kami sadari masalah kemasan itu. Nanti kami rancang ada semacam industri kemasan yang melayani KWT maupun usaha kecil di Buleleng.

Kalau kelompok buat satu-satu kan biaya tinggi. Kalau dikumpulkan jadi satu, tentu bisa menekan ongkos produksi. Nanti kami upayakan selesaikan masalah kemasan ini,” tandasnya

SINGARAJA – Pemasaran panganan lokal produk Buleleng, masih terkendala kemasan. Akibatnya banyak panganan lokal, hanya tembus pasar lokal saja.

Pemerintah mengklaim telah menyiapkan skema, guna mengatasi masalah kemasan pangan tersebut. Panganan lokal itu kebanyakan diproduksi Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kabupaten Buleleng.

Kini di Kabupaten Buleleng, tercatat ada 270 kelompok wanita tani yang terdaftar. Namun yang eksis menjalankan produksi secara kontinu, hanya 90 KWT. Itu pun hanya eksis di pedesaan.

Puluhan KWT itu kini didorong menembus pasar yang lebih luas. Mereka difasilitasi berjualan di Taman Kota Singaraja sebulan sekali lewat ajang Pasar Pangan Lokal.

Harapannya mereka bisa menembus pasar baru, dan bisa mendorong masyarakat beralih dari panganan beras menjadi panganan non beras.

Dalam pasar tersebut, KWT menghadirkan sejumlah produk olahan non beras. Rata-rata menggunakan bahan dasar talas, ubi kayu, kentang, serta jagung.

Bahan dasar itu dianggap memiliki kadar karbohidrat yang cukup tinggi. Tak kalah dibandingkan beras.

“Kami memang mendorong kelompok wanita tani memproduksi produk-produk olahan non beras. Harapannya kan nanti masyarakat tidak hanya mengandalkan sumber karbohidrat dari beras.

Padahal ada sumber lain, misalnya dari ubi atau kentang,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Buleleng, drh. Nyoman Surya Temaja.

Sayangnya dalam pasar kemarin, masih banyak produk olahan yang dikemas dalam kemasan yang kurang menarik.

Meski memiliki kualitas yang baik, namun produk-produk itu kurang menarik minat konsumen. Hanya gara-gara kemasan yang kurang menarik.

Surya Temaja pun tak menampik hal tersebut. Menurutnya secara bertahap pihaknya akan melakukan pembinaan pada para pedagang.

Mereka diharapkan tak hanya menghasilkan produk olahan non beras yang berkualitas, namun juga dikemas dalam wadah yang menarik.

“Kami sadari masalah kemasan itu. Nanti kami rancang ada semacam industri kemasan yang melayani KWT maupun usaha kecil di Buleleng.

Kalau kelompok buat satu-satu kan biaya tinggi. Kalau dikumpulkan jadi satu, tentu bisa menekan ongkos produksi. Nanti kami upayakan selesaikan masalah kemasan ini,” tandasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/