SINGARAJA – Kenikmatan bermain layang-layang di setiap daerah memang berbeda. Jika di wilayah Denpasar dan Badung menikmati layang-layang dengan keindahan dan gerakannya, maka tak demikian di Buleleng.
Kenikmatan bermain layangan justru dari semangat mengadu layang-layang di udara, atau yang biasa disebut mekorot.
Seolah tak mau kalah dengan festival layang-layang yang digelar di Denpasar, warga Buleleng juga menggelar festival layangan yang diberi nama Mekorot Festival.
Festival itu diselenggarakan oleh Junior Chamber Indonesia (JCI) Chapter Singaraja. Festival itu dilangsungkan di Pantai Kaliasem, Sabtu (28/9) pagi.
Lebih dari 200 orang petarung layangan, ikut serta dalam kompetisi tersebut. Para peserta benar-benar memperhitungkan hembusan dan arah angin.
Keseimbangan dan kekuatan benang pun dihitung sedetail mungkin, agar bisa merebut gelar jawara. Lokal Presiden JCI Singaraja Gede Suparman mengatakan, pihaknya sengaja menggelar kompetisi itu untuk memfasilitasi hobi masyarakat.
“Terutama di musim angin seperti sekarang ini, banyak sekali yang mekorot di rumah. Kami coba fasilitasi lewat kompetisi resmi,” kata Suparman.
Menurutnya mekorot sudah jadi keseharian masyarakat Buleleng. Bahkan bisa disebut sebagai tradisi. Sebab penggemarnya sangat banyak.
Ajang mekorot pun bisa dilangsungkan dimana saja, entah itu di lapangan, sawah, termasuk di taman kota.
Kompetisi sendiri dibagi dalam dua babak.
Yakni babak penyisihan dan babak eleminasi. Pada babak penyisihan, sebanyak 25 orang petarung akan berhadapan demi mencari seorang pemenang.
Setelah mendapat delapan petarung terbaik, dilakukan babak eleminasi dengan sistem head to head. Juara dalam kompetisi tahun ini, akan bertarung dengan juara pada kompetisi tahun lalu.
Para jawara ini akan adu keahlian dalam mekorot demi memperebutkan bungkung pekorot. Bungkung alias cincin itu, merupakan piala bergilir yang sangat bergengsi di kalangan pecinta mekorot.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, mekorot merupakan salah satu atraksi otentik yang ada di Buleleng.
Kebiasan bermain layangan itu pun akan dijaga dan dipromosikan semaksimal mungkin.“Mekorot ini mungkin di kalangan kita, dianggap biasa. Tapi sebenarnya ini atraksi yang luar biasa bagi wisatawan. Jadi ini harus dijaga betul,” kata Sutrisna.