SINGARAJA – Keberadaan jalur shortcut Singaraja-Denpasar, dikhawatirkan akan memukul industri pariwisata di Buleleng.
Badan Pengurus Cabang Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (BPC PHRI) Buleleng berpendapat, jalur itu akan membuat tingkat hunian hotel di Buleleng menjadi lesu.
PHRI Buleleng mencatat, lama masa menginap wisatawan di Buleleng kini terus mengalami penurunan.
Pada awal 1990-an, rata-rata lama menginap wisatawan bisa mencapai lebih dari sepekan. Sejak lima tahun terkahir, lama rata-rata menginap tak lebih dari 3 hari.
Keberadaan jalur shortcut justru dikhawatirkan membuat tingkat hunian semakin lesu. Wisatawan yang ingin melihat atraksi lumba-lumba, biasanya menyempatkan diri menginap di Buleleng.
“Kami khawatir dengan adanya jalan baru ini, jangan-jangan wisatawan jadi tidak menginap. Mereka menginapnya tetap di Ubud atau di Kuta.
Pagi datang, lihat dolphin, setelah itu balik lagi,” kata Ketua PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, penurunan masa menginap wisatawan di hotel, tak bisa menjadi patokan penurunan tingkat kunjungan.
Sebaliknya, angka kunjungan wisatawan di Buleleng, klaim Sutrisna, justru mengalami peningkatan.
“Kami justru melihat ada pergeseran perilaku wisatawan. Kalau dulu wisatawan menginap di hotel, tapi sekarang mencari fasilitas-fasilitas yang ada di aplikasi itu,” kata Sutrisna.