TABANAN – Sejumlah pengerajin ukir pintu gebyog Bali tampak sibuk di sebuah tempat usaha kerajinan ukir bernama Eka Jaya di Desa Batannyuh, Marga, Tabanan.
Kerajinan ukir tersebut kini kebanjiran pesanan. Pesanan bukan hanya datang dari wilayah Bali Bali. Melainkan dipesan oleh konsumen dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara.
Karena banyak orderan membuat pemilik usaha pintu gebyog membatalkan sejumlah pesanan dari konsumen.
“Kami kewalahan pemesan mulai dari bulan Januari hingga Februari tahun 2019. Sehingga beberapa konsumen kami batalkan pemesanan,” ucap I Nyoman Triana, pemilik dari usaha ukir pintu gebyog Bali.
Meski pemesanan terus berdatangan, sayangnya dirinya saat ini terkendala pengerajin ukir. Seiring berjalannya waktu generasi pengukir khususnya di Desa Batannyuh sudah mulai berkurang.
“Saat ini cukup sulit mencari regenerasi pengukir, mungkin generasi saat ini sudah kurang tertarik mengambil pekerjaan jadi tukang ukir. Pemuda desa lebih banyak lari ke bidang pariwisata,” ujarnya.
Dikatakan Triana, usaha pintu gebyog miliknya membuat ukiran pintu gebyog khas Bali. Rata-rata harga untuk pintu gebyog Bali berkisar dari Rp 20-30 juta ke atas.
Bahkan, sampai Rp 50 Juta. Sejatinya harga pintu gebyog bergantung kualitas kayu dan keistimewaan ukiran.
“Kami disini jual kualitas sehingga banyak dari daerah luar Bali yang memesan pintu gebyog. Beberapa waktu lalu bule dari Jerman datang kesini langsung untuk membeli pintu gebyog,” ucap pemilik usaha kerajinan ukir, I Nyoman Triana.
Pria berusia 42 tahun ini menambahkan bahan baku pintu yakni jati yang diambil langsung dari daerah Bojonegoro.
Satu pintu gebyog pengerjaannya bisa diselesaikan sekitar 4-5 hari tergantung dari ukuran dan tingkat kerumitan ukiran.
“Sejauh ini kami ada sekitar 15 karyawan yang sebagai besar tukang ukir diambil dari desa Bantanyuh. Itu pun masih kurang mengingat banyaknya pesanan.
Sebulan pesanan konsumen mampu sampai 10 pintu gebyog. Namun, pekerja kurang hanya mampu 6-7 pintu gebyog dapat diselesai sebulannya,” terangnya.
Triana merintis usaha pintu gebyog Bali mulai dari tahun 1996 silam. Bakat seni memang sudah menempel sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Lambat laun akhirnya bisa mandiri dan terus belajar hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka usaha.
“Selain juga menggarap pintu gebyog. Kami juga terima pesanan bale gede, bale gong dan lain sebagainya sesuai dengan pesanan konsumen,” pungkasnya.