25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:31 AM WIB

Klaim Sumbang Grab Rp 1,5 M, Holo: Tak Punya Hati Perusahaan Asing Ini

DENPASAR – 175 driver Grab yang beroperasi di Bandara I Gusti Ngurah Rai yang bernaung di bawah Koperasi Resimen Sunda Kecil (RSK)  mendemo kantor Grab  di Jalan Gatsu Barat, Denpasar,  Jumat kemarin (10/1).

Kedatangan mereka untuk mempertanyakan aplikasi Grab Bandara yang dimatikan oleh pihak Grab tanpa sebab. Dengan mematikan aplikasi Grab Bandara, mereka tentu saja tidak bisa mencari penumpang.

Apalagi kemarin merupakan high session. Lazimnya wisatawan atau penumpang lebih banyak karena mendekati  hari libur.

Seharusnya para sopir itu bisa menarik penumpang dari Bandara Ngurah Rai atau sebaliknya. Tapi, tenaga dan waktu mereka kemarin digunakan untuk mendemo kantor Grab.

“Tidak ada informasi sebelumnya, jam 06.00 satu persatu akun kami dihilangkan. Tidak punya hati perusahaan asing ini.

Kita ini orang yang tidak punya uang dan berusaha bekerja kasih makan anak istri sampai harus berkelahi dengan sopir konvensional di bandara.

Tapi, kenapa kami mengeluarkan semuanya, sampai 12 jam per hari melayani penumpang,  harus dengan bintang-bintang, tapi gini perlakuannya terhadap kami,” kesal  Wakil Ketua operasional Grab Airport Resimen Sunda Kecil (RSK), Yohanes Holo Kurniawan

Pengorbanan Holo bekerja di sopir Grab ini pun tak sedikit. Mobil yang digunakan mesti baru, minimal dikeluarkan tahun 2015.

Serta harus memenuhi perizinan angkutan yang diminta mengurus sendiri. Bahkan, diakuinya untuk bisa menarik penumpang di bandara dengan Grab, para sopir ini diminta bernaung dalam koperasi.

“Ya, mohon maklumi keadaan kami dan tidak punya pekerjaan lain, semua sudah kami keluarkan mobil- mobil ini, kami minta pertanggung jawaban sama Grab,” ucapnya. 

Sementara itu, salah seorang sopir Grab menyatakan pendapatannya sehari bisa Rp 500 ribu sampai  Rp 700 ribu dalam waktu sehari.

Apalagi akhir pekan seperti ini. “Sebenarnya, kalau kami cari penumpang sudah dapat pemasukan sekitar itu, ” ucapnya. 

Kemudian, Ketua RSK, I Wayan Sugiartana mengatakan para sopir RSK menyumbang keuntungan per hari mencapai Rp 1,5 miliar.

Dengan dimatikannya aplikasi Bandara membuat para sopir tak bisa mencari nafkah. Jadi, kalau setengah hari tidak mencari penumpang, RSK taksir kerugian sekitar Rp 100 jutaan. 

” Belum saya hitung kerugiannya.  Setiap hari beda-beda. Tapi, hari ini (kemarin, red) high session. Kalau Jumat, kedatangan tamu sangat banyak.

Mohon catat, kami memberikan keuntungan kepada Grab Rp 1,5 miliar sehari dari 20 persennya tahu sendiri lah ya. Akumulasi ratusan juta,” ucap Sugiarta.

Untuk tindak lanjutnya, pihak sopir dari RSK akan berkoordinasi jika belum diaktifkan akun para sopir. Sugiartana menginginkan para sopir  harus secepatnya kembali bekerja.

Karena ini menyangkut mata pencaharian mereka dan akan  berdampak pada kehidupan keluarganya.

“Aksi ini karena menyangkut kehidupan dan anak istri kami, bukan sekadar pekerjaan sambilan,” bebernya.

 

DENPASAR – 175 driver Grab yang beroperasi di Bandara I Gusti Ngurah Rai yang bernaung di bawah Koperasi Resimen Sunda Kecil (RSK)  mendemo kantor Grab  di Jalan Gatsu Barat, Denpasar,  Jumat kemarin (10/1).

Kedatangan mereka untuk mempertanyakan aplikasi Grab Bandara yang dimatikan oleh pihak Grab tanpa sebab. Dengan mematikan aplikasi Grab Bandara, mereka tentu saja tidak bisa mencari penumpang.

Apalagi kemarin merupakan high session. Lazimnya wisatawan atau penumpang lebih banyak karena mendekati  hari libur.

Seharusnya para sopir itu bisa menarik penumpang dari Bandara Ngurah Rai atau sebaliknya. Tapi, tenaga dan waktu mereka kemarin digunakan untuk mendemo kantor Grab.

“Tidak ada informasi sebelumnya, jam 06.00 satu persatu akun kami dihilangkan. Tidak punya hati perusahaan asing ini.

Kita ini orang yang tidak punya uang dan berusaha bekerja kasih makan anak istri sampai harus berkelahi dengan sopir konvensional di bandara.

Tapi, kenapa kami mengeluarkan semuanya, sampai 12 jam per hari melayani penumpang,  harus dengan bintang-bintang, tapi gini perlakuannya terhadap kami,” kesal  Wakil Ketua operasional Grab Airport Resimen Sunda Kecil (RSK), Yohanes Holo Kurniawan

Pengorbanan Holo bekerja di sopir Grab ini pun tak sedikit. Mobil yang digunakan mesti baru, minimal dikeluarkan tahun 2015.

Serta harus memenuhi perizinan angkutan yang diminta mengurus sendiri. Bahkan, diakuinya untuk bisa menarik penumpang di bandara dengan Grab, para sopir ini diminta bernaung dalam koperasi.

“Ya, mohon maklumi keadaan kami dan tidak punya pekerjaan lain, semua sudah kami keluarkan mobil- mobil ini, kami minta pertanggung jawaban sama Grab,” ucapnya. 

Sementara itu, salah seorang sopir Grab menyatakan pendapatannya sehari bisa Rp 500 ribu sampai  Rp 700 ribu dalam waktu sehari.

Apalagi akhir pekan seperti ini. “Sebenarnya, kalau kami cari penumpang sudah dapat pemasukan sekitar itu, ” ucapnya. 

Kemudian, Ketua RSK, I Wayan Sugiartana mengatakan para sopir RSK menyumbang keuntungan per hari mencapai Rp 1,5 miliar.

Dengan dimatikannya aplikasi Bandara membuat para sopir tak bisa mencari nafkah. Jadi, kalau setengah hari tidak mencari penumpang, RSK taksir kerugian sekitar Rp 100 jutaan. 

” Belum saya hitung kerugiannya.  Setiap hari beda-beda. Tapi, hari ini (kemarin, red) high session. Kalau Jumat, kedatangan tamu sangat banyak.

Mohon catat, kami memberikan keuntungan kepada Grab Rp 1,5 miliar sehari dari 20 persennya tahu sendiri lah ya. Akumulasi ratusan juta,” ucap Sugiarta.

Untuk tindak lanjutnya, pihak sopir dari RSK akan berkoordinasi jika belum diaktifkan akun para sopir. Sugiartana menginginkan para sopir  harus secepatnya kembali bekerja.

Karena ini menyangkut mata pencaharian mereka dan akan  berdampak pada kehidupan keluarganya.

“Aksi ini karena menyangkut kehidupan dan anak istri kami, bukan sekadar pekerjaan sambilan,” bebernya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/