DENPASAR – RSUP Sanglah kini menjadi rumah sakit paling sibuk untuk menangani para pasien yang positif Covid-19 di Bali.
Terlebih belakangan ini ada trend peningkatan yang cukup tinggi di Bali. Resiko kerja dari para petugas RSUP Sanglah pun mesti menjadi perhatian khusus.
Sebab, setiap hari mereka berhadapan dengan para pasien yang memiliki penyakit menular dan bisa mematikan.
Alat Pelindung Diri (APD) pun menjadi “senjata” untuk pertahanan diri para petugas di RSUP Sanglah.
“Ini menjadi perhatian kami yang utama, bagaimana tenaga itu bisa bekerja dengan aman dan nyaman,” ujar Direktur RSUP Sanglah, dr I Wayan Sudana M.Kes.
Dokter Sudana mengakui bahwa virus ini berkembang begitu cepat. Sementara APD yang dimiliki cukup terbatas.
Maka dia harus menggunakan secara maksimal mungkin APD tersebut untuk menekan resiko para petugas medisnya.
Karena adanya keterbatasan APD, maka RSUP Sanglah membuat konsep pengananan dengan membagi 4 zona yang berisiko. Mereka membagi dan menyebut zona merah, zona kuning dan zona hijau.
“Ini dalam rangka memetakan dan melindungan tenaga kami supaya aman saat bekerja,” ujar dr. Wayan Sudana.
Dijelaskan, zonasi yang merah itu diperuntukkan keoada para tenaga medis yang menangani pasien di ruangan isolasi para pasien positif.
Di RSUP Sanglah, ruang isolasi itu ada di ruangan Nusa Indah, Mawar, Lely dan Kamboja. Disini, para petugas yang berada di ruangan isolasi itu menggunakan perlindungan APD yang maksimal atau mereka sebut APD level 3.
Pakaiannya lengkap seperti robot dan sekali pakai. Selanjutnya, ada zona kuning dan zona hijau. Nah, disini sudah mulai ada pengurangan perlengkapan APD.
Di zona hijau atau memiliki resiko ringan ini tetap menggunakan APD, seperti masker bedah ataupun cukup masker kain.
Melihat kondisi seperti itu, mengapa masih ada dokter yang terpapar Covid-19? “Nah ini, kami tak bisa 100 persen. Tetap ada resiko.
Mereka sudah ada perlindungan, tetapi kan tidak semua perlindungan itu level 3. Bisa jadi jalan-jalan ke sebelah ada kontak.
Atau sebaliknya ada juga masa inkubasi yang kenanya tidak disini. Bisa di pasar, di rumah, pasar ata lainnya. Kita kan berperang dengan benda yang tak terlihatlah,”jawabnya.
Selain menggunakan APD, ada juga bentuk perlindungan lain yang dilakukan oleh pihak RSUP Sanglah. Yakni melakukan rapid test dan juga swab untuk memproteksi para tenaga medis di RSUP Sanglah.
“Iya, kami mempersiapkan perlindungan dengan memberikan pemeriksaan lab baik rapid test dan swab secara rutin,” ujarnya.
Seberapa rutin? “Ini masih sedang terus dilakukan. Karena keterbatasan alat. Di RSUP Sanglah ada 2 alat dengan kemampuan sekitar 400 orang.
Yang zonasi merah itu setiap 2 minggu di cek karena ada tingkat resiko. Semakin beresiko, semakin sering di cek,” lanjutnya.