31.8 C
Jakarta
19 November 2024, 21:55 PM WIB

Diterjang Aliran Lahar, Akses Dua Banjar di Desa Duda Putus

RadarBali.com – Warga Banjar Geriana Kangin dan Geriana Kauh mulai merasakan dampak erupsi Gunung Agung.

Ini setelah aliran lahar dari lereng Gunung Agung menerjang sungai yang biasa digunakan sebagai akses di kedua banjar.

Walhasil, warga desa yang berada 8 kilometer dari puncak Gunung Agung itu harus berputar mencari jalan lebih jauh.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali di lapangan, air yang mengalir berwarna cokelat keruh. Material vulkanik berupa abu bercampur dengan tanah memenuhi sungai.

Aliran lahar itu juga membuat jebol tempat usaha batu paras milik warga. Jawa Pos Radar Bali sempat mengambil lumpur yang sudah mengendap.

Hasilnya, dalam waktu sekitar 5 menit lumpur langsung mengering. Dari yang semula berwarna cokelat pekat berubah menjadi abu-abu seperti semen.

Tidak seperti tanah liat, saat dipegang lumpur yang sudah kering menjadi lembut menyerupai abu. Informasi dari warga setempat, sungai tersebut memang berhulu di Gunung Agung.

Saat erupsi Gunung Agung 1963, banjir lahar dingin membuat sungai menjadi dangkal dan mengecil.

“Ada empat sungai yang berhubungan langsung dengan Gunung Agung. Sungai Bangbangbiaung, Sungai Langon, Sungai Barak dan Sungai Esah. Semua berhulu di Gunung Agung,” ujar Wayan Kartika, 51, salah satu warga Duda.

Menurut Kartika, sungai di Kecamatan Selat memang menjadi langganan lahar dingin sejak 1963. Warga pun tidak kaget, jutsru menjadikan lahar dingin sebagai tontonan.

RadarBali.com – Warga Banjar Geriana Kangin dan Geriana Kauh mulai merasakan dampak erupsi Gunung Agung.

Ini setelah aliran lahar dari lereng Gunung Agung menerjang sungai yang biasa digunakan sebagai akses di kedua banjar.

Walhasil, warga desa yang berada 8 kilometer dari puncak Gunung Agung itu harus berputar mencari jalan lebih jauh.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali di lapangan, air yang mengalir berwarna cokelat keruh. Material vulkanik berupa abu bercampur dengan tanah memenuhi sungai.

Aliran lahar itu juga membuat jebol tempat usaha batu paras milik warga. Jawa Pos Radar Bali sempat mengambil lumpur yang sudah mengendap.

Hasilnya, dalam waktu sekitar 5 menit lumpur langsung mengering. Dari yang semula berwarna cokelat pekat berubah menjadi abu-abu seperti semen.

Tidak seperti tanah liat, saat dipegang lumpur yang sudah kering menjadi lembut menyerupai abu. Informasi dari warga setempat, sungai tersebut memang berhulu di Gunung Agung.

Saat erupsi Gunung Agung 1963, banjir lahar dingin membuat sungai menjadi dangkal dan mengecil.

“Ada empat sungai yang berhubungan langsung dengan Gunung Agung. Sungai Bangbangbiaung, Sungai Langon, Sungai Barak dan Sungai Esah. Semua berhulu di Gunung Agung,” ujar Wayan Kartika, 51, salah satu warga Duda.

Menurut Kartika, sungai di Kecamatan Selat memang menjadi langganan lahar dingin sejak 1963. Warga pun tidak kaget, jutsru menjadikan lahar dingin sebagai tontonan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/