29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:15 AM WIB

Nekat Bertahan di Radius 3,17 Km Demi Sang Adik Disabilitas, Untung…

RadarBali.com – Dua orang lansia yang kemarin dievakuasi tim gabungan, selama ini memilih bertahan di kaki Gunung Agung karena alasan perawatan pada penyandang disabilitas.

Keduanya diketahui tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III yang berjarak 3,17 km dari puncak Gunung Agung.

I Ketut Yaksi, tak tega meninggalkan adik perempuannya, Ni Wayan Sari, mengingat adiknya mengalami disabilitas mental.

Saat proses evakuasi kemarin, Yaksi sempat meminta kepada tim agar diizinkan tinggal di rumah. Dia juga berharap bisa mendapat bantuan sembako secara rutin, seperti yang dilakukan pengungsi lainnya.

Setelah diyakinkan, akhirnya Yaksi bersedia dievakuasi. Yaksi mengaku tak pernah mengungsi. Pun saat ada himbauan mengungsi pada 22 September lalu, ia memilih bertahan di rumahnya.

Padahal anak dan menantunya, I Wayan Suata dan Ni Wayan Saring, sudah mengungsi di rumah kerabat di Desa Tianyar. Namun Yaksi bersikeras bertahan di rumah.

“Saya bukannya tidak mau mengungsi. Tapi saya berat dengan adik saya ini. Sempat saya mau ajak mengungsi naik sepeda motor, tapi terus saja menjatuhkan diri.

Makanya susah saya mengungsi. Tidak mungkin saya meninggalkan adik saya sendirian,” kata Yaksi dengan Bahasa Bali halus.

Yaksi akhirnya luluh dan bersedia dievakuasi setelah dijemput tim evakuasi. “Maunya, kapan nanti ada hujan pasir, baru saya jalan keluar desa. Sekarang sudah mau dijemput bapak-bapak pemerintah, ya saya menurut saja,” imbuhnya.

Sebenarnya Yaksi sudah dua kali menyaksikan fenomena alam di Gunung Agung. Dulu pada tahun 1963, ia sempat menyaksikan letusan Gunung Agung.

Ketika itu ia mengungsi ke Tabanan saat keluar asap hitam dari dalam kawah. Saat itu adiknya belum lahir, sehingga proses evakuasi terbilang mudah.

Setelah dievakuasi ke Pos Aju Les, kedua lansia itu dibawa ke Panti Jompo Jara Mara Pati. Untuk sementara waktu, mereka akan dirawat di sana.

Begitu kondisi Gunung Agung dinyatakan normal, keduanya akan dijemput kembali dan diantar pulang.

“Disabilitas ini kan perlu penanganan khusus. Kami ini belum punya tim penanganan disabilitas untuk dewasa. Kalau untuk anak-anak, usia di bawah 18 tahun masih ada.

Kalau sudah dewasa tidak punya. Makanya sementara kami titipkan di panti jompo dulu,” jelas Kadinsos Buleleng Gede Komang. 

RadarBali.com – Dua orang lansia yang kemarin dievakuasi tim gabungan, selama ini memilih bertahan di kaki Gunung Agung karena alasan perawatan pada penyandang disabilitas.

Keduanya diketahui tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III yang berjarak 3,17 km dari puncak Gunung Agung.

I Ketut Yaksi, tak tega meninggalkan adik perempuannya, Ni Wayan Sari, mengingat adiknya mengalami disabilitas mental.

Saat proses evakuasi kemarin, Yaksi sempat meminta kepada tim agar diizinkan tinggal di rumah. Dia juga berharap bisa mendapat bantuan sembako secara rutin, seperti yang dilakukan pengungsi lainnya.

Setelah diyakinkan, akhirnya Yaksi bersedia dievakuasi. Yaksi mengaku tak pernah mengungsi. Pun saat ada himbauan mengungsi pada 22 September lalu, ia memilih bertahan di rumahnya.

Padahal anak dan menantunya, I Wayan Suata dan Ni Wayan Saring, sudah mengungsi di rumah kerabat di Desa Tianyar. Namun Yaksi bersikeras bertahan di rumah.

“Saya bukannya tidak mau mengungsi. Tapi saya berat dengan adik saya ini. Sempat saya mau ajak mengungsi naik sepeda motor, tapi terus saja menjatuhkan diri.

Makanya susah saya mengungsi. Tidak mungkin saya meninggalkan adik saya sendirian,” kata Yaksi dengan Bahasa Bali halus.

Yaksi akhirnya luluh dan bersedia dievakuasi setelah dijemput tim evakuasi. “Maunya, kapan nanti ada hujan pasir, baru saya jalan keluar desa. Sekarang sudah mau dijemput bapak-bapak pemerintah, ya saya menurut saja,” imbuhnya.

Sebenarnya Yaksi sudah dua kali menyaksikan fenomena alam di Gunung Agung. Dulu pada tahun 1963, ia sempat menyaksikan letusan Gunung Agung.

Ketika itu ia mengungsi ke Tabanan saat keluar asap hitam dari dalam kawah. Saat itu adiknya belum lahir, sehingga proses evakuasi terbilang mudah.

Setelah dievakuasi ke Pos Aju Les, kedua lansia itu dibawa ke Panti Jompo Jara Mara Pati. Untuk sementara waktu, mereka akan dirawat di sana.

Begitu kondisi Gunung Agung dinyatakan normal, keduanya akan dijemput kembali dan diantar pulang.

“Disabilitas ini kan perlu penanganan khusus. Kami ini belum punya tim penanganan disabilitas untuk dewasa. Kalau untuk anak-anak, usia di bawah 18 tahun masih ada.

Kalau sudah dewasa tidak punya. Makanya sementara kami titipkan di panti jompo dulu,” jelas Kadinsos Buleleng Gede Komang. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/