28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:51 AM WIB

Jejak Sejarah Belum Jelas, Koleksi Museum Semarajaya Belum Dipajang

SEMARAPURA – Museum Semarajaya yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemkab Klungkung memiliki berbagai macam koleksi benda bersejarah.

Hanya saja belum semua koleksi museum tersebut bisa dipajang. Selain karena keterbatasan ruang, sejumlah koleksi jejak sejarahnya belum jelas.

Seperti tiga mata tombak dan satu keris pemberian sebuah yayasan berpusat di Belanda yang hingga saat ini belum bisa dipajang karena jejak sejarahnya belum jelas.

Kepala UPTD Museum Semarajaya, Cokorda Gede Nala Rukmaja, mengungkapkan, Museum Semarajaya memiliki ribuan koleksi.

Beberapa di antaranya merupakan sumbangan dari masyarakat yang secara sukarela menyerahkan benda-benda bersejarah milik mereka untuk menjadi koleksi museum.

Hanya saja belum semua koleksi museum telah dipajang untuk diperlihatkan kepada para pengunjung.

Cukup banyak koleksi museum masih tersimpan di tempat penyimpanan lantaran keterbatasan ruangan.

“Selain itu ada yang proses pembuatan dan jejak sejarahnya belum jelas sehingga harus dilakukan kajian,” terangnya.

Adapun koleksi yang sampai saat ini belum dipajang lantaran proses pembuatan dan jejak sejarahnya belum jelas adalah tiga mata tombak

dan satu keris pemberian sebuah yayasan berpusat di Belanja yang penyerahannya dilakukan Oktober 2019 lalu dan April 2020 lalu.

Menurutnya, koleksi benda bersejarah yang dipajang di museum harus memiliki narasi yang jelas literaturnya.

Sehingga untuk koleksi-koleksi yang belum jelas jejak sejarahnya harus dilakukan kajian dengan melibatkan tim ahli dari Balai Pelestarian Cagar Budaya.

“Rencananya setelah wabah Covid-19 ini berlalu baru akan kembali dibicarakan kapan akan dilakukan kajian terhadap pusaka-pusaka tersebut,” katanya.

Sebab untuk melakukan kajian, anggarannya tidaklah sedikit. Pihaknya memperkirakan anggaran yang dibutuhkan

untuk melakukan kajian terhadap tiga mata tombak dan satu keris dari yayasan asal Belanda itu membutuhkan anggaran sekitar Rp 30 juta lebih.

“Anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan kajian memang cukup besar. Karena melibatkan tim ahli,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Museum Semarajaya yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemkab Klungkung memiliki berbagai macam koleksi benda bersejarah.

Hanya saja belum semua koleksi museum tersebut bisa dipajang. Selain karena keterbatasan ruang, sejumlah koleksi jejak sejarahnya belum jelas.

Seperti tiga mata tombak dan satu keris pemberian sebuah yayasan berpusat di Belanda yang hingga saat ini belum bisa dipajang karena jejak sejarahnya belum jelas.

Kepala UPTD Museum Semarajaya, Cokorda Gede Nala Rukmaja, mengungkapkan, Museum Semarajaya memiliki ribuan koleksi.

Beberapa di antaranya merupakan sumbangan dari masyarakat yang secara sukarela menyerahkan benda-benda bersejarah milik mereka untuk menjadi koleksi museum.

Hanya saja belum semua koleksi museum telah dipajang untuk diperlihatkan kepada para pengunjung.

Cukup banyak koleksi museum masih tersimpan di tempat penyimpanan lantaran keterbatasan ruangan.

“Selain itu ada yang proses pembuatan dan jejak sejarahnya belum jelas sehingga harus dilakukan kajian,” terangnya.

Adapun koleksi yang sampai saat ini belum dipajang lantaran proses pembuatan dan jejak sejarahnya belum jelas adalah tiga mata tombak

dan satu keris pemberian sebuah yayasan berpusat di Belanja yang penyerahannya dilakukan Oktober 2019 lalu dan April 2020 lalu.

Menurutnya, koleksi benda bersejarah yang dipajang di museum harus memiliki narasi yang jelas literaturnya.

Sehingga untuk koleksi-koleksi yang belum jelas jejak sejarahnya harus dilakukan kajian dengan melibatkan tim ahli dari Balai Pelestarian Cagar Budaya.

“Rencananya setelah wabah Covid-19 ini berlalu baru akan kembali dibicarakan kapan akan dilakukan kajian terhadap pusaka-pusaka tersebut,” katanya.

Sebab untuk melakukan kajian, anggarannya tidaklah sedikit. Pihaknya memperkirakan anggaran yang dibutuhkan

untuk melakukan kajian terhadap tiga mata tombak dan satu keris dari yayasan asal Belanda itu membutuhkan anggaran sekitar Rp 30 juta lebih.

“Anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan kajian memang cukup besar. Karena melibatkan tim ahli,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/