SINGARAJA – Sebanyak 12 unit intensity meter kini dipasang di Kabupaten Buleleng. Alat merupakan alat pengukur kekuatan getaran akibat gempa yang terjadi di lempeng bumi.
Alat-alat tersebut hanya dipasang beberapa pekan setelah gempa terjadi di Seririt. Alat-alat itu dipasang sejak Sabtu (30/11) dini hari lalu.
Total ada 12 lokasi yang dipasangi alat tersebut. Keberadaan alat itu diharapkan bisa membuat pemerintah mengetahui kekuatan getaran gempa secara lebih cepat.
Bahkan, bisa memungkinkan pemerintah mempercepat upaya-upaya evakuasi bila dibutuhkan.
Alat-alat itu rencananya akan dipasang di Kantor BPBD Buleleng, Kantor Camat Banjar, Kantor Camat Tejakula, Kantor Camat Kubutambahan, Kantor Camat Busungbiu, Kantor Perbekel Wanagiri,
Kantor Perbekel Sepang Kelod, Kantor Perbekel Tukad Sumaga, Kantor Perbekel Musi, Kantor Perbekel Pemuteran, Kantor Perbekel Pejarakan, dan Kantor Perbekel Sumberklampok.
“Dari total 50 titik pemasangan intensity meter, 12 titik itu ada di Buleleng. Alat-alat ini bantuan dari BMKG. Jadi ketika ada gempa, kita bisa ketahui kekuatan getaran secara real time.
Nanti alat-alat ini juga akan terkoneksi dengan BMKG, BNPB, dan BPBD Bali,” kata Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Ida Bagus Suadnyana.
Menurut Suadnyana, pemasangan alat itu memang cukup banyak terpasang di Buleleng. Salah satu pertimbangannya, adalah hasil survei Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) pada tahun 2017 lalu.
Dalam survei itu disebutkan ada tiga patahan yang ada di Bali Utara. masing-masing lempeng patahan di Gerokgak, lempeng patahan di Seririt, dan lempeng patahan di Tejakula.
“Kalau seandainya ada gempa dengan kekuatan besar, kemudian diduga berpeluang terjadi tsunami, kami bisa melakukan prosedur
evakuasi dengan lebih cepat. Kami optimistis alat ini bisa mempermudah proses mitigasi bencana di Buleleng,” tukasnya.