31.4 C
Jakarta
26 April 2024, 13:03 PM WIB

Pelebon Dihadiri Menteri, Bade Istri Raja Ubud Sabet Rekor MURI

UBUD – Puncak palebon atau upacara pembakaran jenazah mendiang istri raja Ubud, Anak Agung Niang Agung berlangsung Jumat siang (2/3) pukul 12.30.

Pelayat datang dari pejabat pusat, seperti sejumlah menteri, pejabat daerah termasuk tokoh dan masyarakat umum ikut mengantarkan jasad mendiang ke setra dalem puri.

Penggarapan bade tumpang 9 ini mencatat sejarah, karena meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri).

Sebelum bade dan lembu hitam berjalan ke setra, dari pihak Muri mengumumkan jika bade ini disebut tertinggi di Indonesia bahkan tertinggi di dunia.

Dari pihak puri, perwakilan keluarga puri, Tjokorda “Ace” Artha Ardana Sukawati, menyampaikan rasa terima kasih atas penghargaan yang diberikan oleh Muri.

Setelah penyerahan Muri, jasad mendiang dari rumah duka dinaikkan ke tragtag, semacam tangga tinggi.

Jasad dinaikkan ke atas bade yang menurut Muri setinggi 27,5 meter, dengan berat 11 ton. Bade diusung oleh 3910 orang.

Warga yang mengusung bade dari puri ke setra dalem puri ini dibagi menjadi 8 estafet. Pertama, iring-iringan megayot dua putri puri diangkat menuju setra.

Disusul pasukan yang membawa tombak. Selanjutnya, bade warna hitam yang ditunggangi Cok “Wah” Suyadnya diusung menuju setra. Di bagian akhir, bade diusung ratusan warga.

Iring-iringan palebon ini pun menarik perhatian dari masyarakat dan turis asing. Karena penasaran banyak masyarakat yang naik ke atas bangunan untuk menonton prosesi palebon dengan bade tertinggi itu.

Saking tinggi dan besar, bade itu sempat rusak di bagian sayap. Kerusakan akibat sayap mengenai pohon. Sampai di setra dalem puri, bade sempat terhenti karena terhalang pohon besar.

Warga yang mengusung membelokkan bade sedikit untuk menghindari pohon. Di setra dalem puri, Tjokorda Gede Putra Sukawati, yang naik berada di atas bade sempat pingsan ketika tiba di setra.

Cokde-sapaan akrabnya, langsung diturunkan digotong oleh masyarakat menuju tempat teduh.

Cucu mendiang, Tjokorda Ichiro Sukawati, menyatakan pamannya Cokde itu sempat lemas ketika sampai di setra.

“Itu bentuk rasa bahagia, terharu, suka cita,” ujarnya. Kini kondisi Cokde yang naik di bade itu sudah membaik. Jasad mendiang pun langsung dikremasi di setra. 

UBUD – Puncak palebon atau upacara pembakaran jenazah mendiang istri raja Ubud, Anak Agung Niang Agung berlangsung Jumat siang (2/3) pukul 12.30.

Pelayat datang dari pejabat pusat, seperti sejumlah menteri, pejabat daerah termasuk tokoh dan masyarakat umum ikut mengantarkan jasad mendiang ke setra dalem puri.

Penggarapan bade tumpang 9 ini mencatat sejarah, karena meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri).

Sebelum bade dan lembu hitam berjalan ke setra, dari pihak Muri mengumumkan jika bade ini disebut tertinggi di Indonesia bahkan tertinggi di dunia.

Dari pihak puri, perwakilan keluarga puri, Tjokorda “Ace” Artha Ardana Sukawati, menyampaikan rasa terima kasih atas penghargaan yang diberikan oleh Muri.

Setelah penyerahan Muri, jasad mendiang dari rumah duka dinaikkan ke tragtag, semacam tangga tinggi.

Jasad dinaikkan ke atas bade yang menurut Muri setinggi 27,5 meter, dengan berat 11 ton. Bade diusung oleh 3910 orang.

Warga yang mengusung bade dari puri ke setra dalem puri ini dibagi menjadi 8 estafet. Pertama, iring-iringan megayot dua putri puri diangkat menuju setra.

Disusul pasukan yang membawa tombak. Selanjutnya, bade warna hitam yang ditunggangi Cok “Wah” Suyadnya diusung menuju setra. Di bagian akhir, bade diusung ratusan warga.

Iring-iringan palebon ini pun menarik perhatian dari masyarakat dan turis asing. Karena penasaran banyak masyarakat yang naik ke atas bangunan untuk menonton prosesi palebon dengan bade tertinggi itu.

Saking tinggi dan besar, bade itu sempat rusak di bagian sayap. Kerusakan akibat sayap mengenai pohon. Sampai di setra dalem puri, bade sempat terhenti karena terhalang pohon besar.

Warga yang mengusung membelokkan bade sedikit untuk menghindari pohon. Di setra dalem puri, Tjokorda Gede Putra Sukawati, yang naik berada di atas bade sempat pingsan ketika tiba di setra.

Cokde-sapaan akrabnya, langsung diturunkan digotong oleh masyarakat menuju tempat teduh.

Cucu mendiang, Tjokorda Ichiro Sukawati, menyatakan pamannya Cokde itu sempat lemas ketika sampai di setra.

“Itu bentuk rasa bahagia, terharu, suka cita,” ujarnya. Kini kondisi Cokde yang naik di bade itu sudah membaik. Jasad mendiang pun langsung dikremasi di setra. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/