RadarBali.com – Gunung Agung menunjukkan perkembangan fluktuatif. Sempat terjadi erupsi besar, gunung tertinggi di Bali ini beberapa hari terakhir menunjukkan penurunan aktivitas.
Lantas, kapan diprediksi terjadi puncak erupsi? Narasumber Kebencanaan dan Mitigasi Bencana Kementerian Pekerjaan Umum Lesto Prabahncana mengatakan untuk saat ini menilai belum bisa memprediksi secara nyata.
Sebab, gempa yang terekam sifatnya fluktuatif atau naik turun. “Selama masih ada gempa vulkanik dangkal dan dalam, artinya masih terjadi migrasi magma dari sumbernya (dapur magma)
menuju kantong magma, dari kantong magma menuju pipa magma lalu ke permukaan,” jelas Lesto. Perlu dingat aliran migrasi magma ini tidaklah selancar aliran pipa PDAM.
Di sisi lain, berdasar data yang dirangkum Jawa Pos Radar Bali dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) selama 18 jam terakhir pada periode 2 Desember 2017,
gempa hembusan: 1; vulkanik dangkal: 9; vulkanik dalam: 6; tremor menerus: 3; low frekuensi: 2. Yang menjadi catatan, gempa tremor terjadi pukul 14.22 – 15.45.
Sementara gempa tremor overscale terjadi selama 22 menit, pukul 14.36 – 14.58. Saat sore hari tampak asap kawah bertekanan sedang berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tebal, ketinggian 1.000 – 1.500 di atas puncak.
Masyarakat, wisatawan, atau siapapun di sekitar Gunung Agung tidak melakukan aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya dalam radius 8 kilometer
dari kawah ditambah perluasan sektoral arah utara, timur laut, tenggara, selatan dan barat daya sejauh 10 kilometer dari Gunung Agung