AMLAPURA-Meski diakui cukup tinggi, namun Dinas Kesehatan Karangasem menyebut jika banyaknya balita penderita gizi buruk di Karangasem bukan karena factor pangan.
Sebaliknya, dari hasil pendataan dan temuan di lapangan, Diskes menemukan penyebab penderita balita gizi buruk karena bayi mengalami kelainan.
“Diantaranya ada yang mengidap kelainan down syndrome, kelainan jantung, pneumonia(radang paru-paru, epilepsi, serebral palsi, maupun terlahir prematur, dan lainnya,”terangnya.
Dicontohkan, kasus balita gizi buruk akibat mengalami kelainan salah satunya seperti dialami penderita gizi buruk asal Tianyar Tengah Nengah Pait.
Hasil pemeriksaan, bayi gizi buruk ini diketahui mengalami kelainan akibat infeksi di bagian tenggorokan. “Sehingga makanan susah masuk ke lambung si bayi,”terangnya.
Gizi buruk karena kelainan menurut Pertama lebih sulit di sembuhkan dari pada yang diakibatkan kekurangan pangan. Kekurangan pangan karena ekonomi dan salah pola asuh lebih gampang di sembuhkan.
Sementara langkah yang dilakukan Dinas Kesehatan adalah dengan melakukan intervensi gizi.
Diantaranya dengan memberikan makanan tambahan seperti susu, makanan cair yang sudah mengandung karbohidrat, protein, dan kandungan lainnya.
“Selain itu bisa juga diberikan biskuit dengan kandungan tertentu seperti mengandung vitamin khusus,”tambahnya.
Pemberian makanan tambahan diawali selama 90 hari.
Penderita setiap bulanya selalu dibantu dan dipantau tenaga pelaksana gizi.
Mereka secara aktif mendatangi rumah penderita.
Selaian itu juga secara pasif saat di Posyandu.
“Jika selama 90 hari telah diberikan makanan tambahan belum juga ada perbaikan maka akan dilanjutkan selama 90 hari lagi.
Jika sudah membaik maka pemberian makanan tambahan akan dihentikan,”terangnya.
Menurutnya, status gizi penderita bisa dilihat dari berat badan, tinggi badan, dan jenis kelamin.
Sementara status gizi buruk juga dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni buruk, kurang, dan baik.