SINGARAJA – Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng meyakini vaksinasi massal yang kini tengah berjalan, menjadi kunci penanggulangan covid-19.
Dengan program vaksinasi, diharapkan pandemi dapat segera berakhir. Sehingga perekonomian masyarakat dapat segera pulih.
Kasus covid-19 pertama di Buleleng sebenarnya dilaporkan terjadi pada 19 Maret 2020 lalu. Berselang 17 hari sejak kasus covid-19 pertama kali ditemukan di Jakarta.
Hampir setahun berlalu, belum ada tanda-tanda kapan kasus covid-19 di Buleleng akan melandai.
Mengacu data dari Satgas Covid-19 Buleleng, hingga kemarin (3/3) secara kumulatif ditemukan 2.381 kasus terkonfirmasi positif covid-19 di Buleleng.
Sebanyak 2.129 orang telah dinyatakan sembuh dan 95 orang lainnya meninggal. Sementara kasus aktif yang masih dalam perawatan mencapai 157 orang.
Wakil Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG mengatakan, kasus covid-19 di Buleleng sangat fluktuaktif.
Biasanya kasus meningkat pada saat masa liburan panjang maupun saat berlangsung upacara adat atau upacara keagamaan yang melibatkan banyak orang. Sehingga terbentuk klaster baru.
“Momen-momen itu yang sering memicu klaster baru. Belum lama ini kan ada klaster setelah upacara 3 bulanan. Memang kasusnya masih sangat fulktuaktif,” kata Wabup Sutjidra.
Dengan fluktuasi kasus yang terbilang tinggi, Buleleng hingga kini masih bertahan berada pada zona oranye. Peringkat itu sedikit merosot.
Mengingat pada bulan November hingga Desember lalu, Buleleng sempat berada pada zona kuning. Namun sejak awal tahun, posisinya merosot ke zona oranye.
Wabup Sutjidra mengklaim satgas telah melakukan upaya semaksimal mungkin. Mulai dari melakukan sosialisasi.
Melakukan tracing yang lebih masif, pengujian sampel yang lebih banyak, serta perawatan yang lebih komprehensif.
Selain itu penyemprotan disinfektan di lokasi publik juga terus dilakukan. Dengan harapan penyebaran covid-19 dapat ditekan.
Lebih lanjut Sutjidra mengatakan, satgas akan menggandeng tokoh masyarakat, tokoh adat, maupun tokoh agama dalam proses vaksinasi massal.
Diharapkan mereka bersedia menjadi contoh bagi masyarakat. Sehingga cakupan vaksinasi di masyarakat menjadi lebih luas lagi.
“Vaksinasi itu 80 persen mencegah kita dari covid-19. Kalau para tokoh menjadi covid, harapan kami masyarakat umum juga bersedia.
Kalau sudah 70 persen masyarakat mendapat vaksinasi, akan terbentuk kekebalan kelompok. Saya yakin ini akan memicu penurunan kasus yang sangat signifikan.
Kami yakin vaksinasi ini menjadi kunci utama kita untuk berinteraksi seperti semula dan memulihkan kembali kondisi ekonomi kita,” tukas Sutjidra.