34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 14:18 PM WIB

Ribuan Pengungsi Turun Gunung, Setelah Aman Kembali Pulang Kampung

AMLAPURA – Warga Kabupaten Karangasem yang tinggal dekat Gunung Agung satu persatu mulai mengungsi sejak Senin malam (2/7) hingga kemarin (3/7).

Ini terjadi setelah Gunung Agung mengalami erupsi strombolian yang melontarkan lava pijar sehingga menyebabkan kebakaran hutan dan menimbulkan kepanikan warga, Senin malam (2/7) lalu.

Sejumlah warga Karangasem yang mengungsi mencapai ribuan orang dan tinggal di sejumlah tempat pengungsian di wilayah Karangasem.

Salah seorang pengungsi asal Desa Pakraman  Telung Buana, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kadek Rai di Desa Rendang, kemarin mengungkapkan, setelah melihat erupsi Gunung Agung yang menimbulkan kebakaran hutan, ia dan seluruh keluarga besarnya panik.

Mereka semua yang berjumlah lima kepala keluarga (KK), segera melakukan persiapan dan mengungsi ke Desa Rendang.

“Sebelumnya saya pernah mengungsi ke sini, jadi tadi malam saya dan keluarga mengungsi ke sini lagi,” ungkapnya.

Karena terlalu panik, ia mengaku hanya membawa beberapa potong pakaian dan selimut serta karpet mengingat ia memiliki anak yang masih cukup kecil.

Karena saking paniknya, menurutnya ada keluarganya hanya membawa pakaian yang melekat di badan sehingga tidak bisa tidur karena kedinginan di tempat pengungsian.

“Sudah kadung panik dan ketakutan. Rumah saya empat kilometer dari puncak Gunung Agung. Jadi dengar suara pas Meletus langsung ketakutan,” katanya.

Tidak hanya mengungsi di wilayah Kabupaten Karangasem, 10 warga Karangasem juga sempat mengungsi di Kabupaten Klungkung.

Bahkan, satu diantaranya adalah bayi berumur seminggu yang merupakan anak dari pasangan suami istri Made Agus Astawa, 27 dan Ni Wayan Suartini 25, warga Lingkungan Pati Kala, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem.

Awalnya 10 orang warga Karangasem ini mengungsi di Balai Budaya Ida I Dewa Agung Istri Kanya, Klungkung, Senin (2/7) sekitar pukul 00.45.

Oleh pihak BPBD Klungkung, 10 pengungsi ini kemudian dievakuasi ke Kantor BPBD Klungkung melihat jumlah pengungsi yang tidak banyak dan ada seorang bayi.

“Ini sebagai langkah awal penanganan pengungsi untuk mendapatkan tempat dan pelayanan yang layak. Apalagi ada seorang bayi berusia seminggu dan ibu hamil,” ungkap Kalak BPBD Klungkung I Putu Widiada.

Namun, Selasa pagi (3/7) kemarin, sebagian pengungsi itu memutuskan untuk kembali ke kediamannya masing-masing setelah mendapat informasi jika kondisi di tempat tinggalnya aman.

Beberapa di antaranya pulang secara mandiri menggunakan sepeda motor, sedangkan bayi berumur seminggu itu dan keluarganya diantar petugas BPDB Klungkung menggunakan mobil dinas.

“Pemerintah Kabupaten Klungkung sudah siap menerima pengungsi. Bahkan Senin malam, kami sudah bersiap di GOR Swecapura untuk melayani warga Karangasem yang mungkin akan mengungsi ke Kabupaten Klungkung,” tandasnya.

 

AMLAPURA – Warga Kabupaten Karangasem yang tinggal dekat Gunung Agung satu persatu mulai mengungsi sejak Senin malam (2/7) hingga kemarin (3/7).

Ini terjadi setelah Gunung Agung mengalami erupsi strombolian yang melontarkan lava pijar sehingga menyebabkan kebakaran hutan dan menimbulkan kepanikan warga, Senin malam (2/7) lalu.

Sejumlah warga Karangasem yang mengungsi mencapai ribuan orang dan tinggal di sejumlah tempat pengungsian di wilayah Karangasem.

Salah seorang pengungsi asal Desa Pakraman  Telung Buana, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kadek Rai di Desa Rendang, kemarin mengungkapkan, setelah melihat erupsi Gunung Agung yang menimbulkan kebakaran hutan, ia dan seluruh keluarga besarnya panik.

Mereka semua yang berjumlah lima kepala keluarga (KK), segera melakukan persiapan dan mengungsi ke Desa Rendang.

“Sebelumnya saya pernah mengungsi ke sini, jadi tadi malam saya dan keluarga mengungsi ke sini lagi,” ungkapnya.

Karena terlalu panik, ia mengaku hanya membawa beberapa potong pakaian dan selimut serta karpet mengingat ia memiliki anak yang masih cukup kecil.

Karena saking paniknya, menurutnya ada keluarganya hanya membawa pakaian yang melekat di badan sehingga tidak bisa tidur karena kedinginan di tempat pengungsian.

“Sudah kadung panik dan ketakutan. Rumah saya empat kilometer dari puncak Gunung Agung. Jadi dengar suara pas Meletus langsung ketakutan,” katanya.

Tidak hanya mengungsi di wilayah Kabupaten Karangasem, 10 warga Karangasem juga sempat mengungsi di Kabupaten Klungkung.

Bahkan, satu diantaranya adalah bayi berumur seminggu yang merupakan anak dari pasangan suami istri Made Agus Astawa, 27 dan Ni Wayan Suartini 25, warga Lingkungan Pati Kala, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem.

Awalnya 10 orang warga Karangasem ini mengungsi di Balai Budaya Ida I Dewa Agung Istri Kanya, Klungkung, Senin (2/7) sekitar pukul 00.45.

Oleh pihak BPBD Klungkung, 10 pengungsi ini kemudian dievakuasi ke Kantor BPBD Klungkung melihat jumlah pengungsi yang tidak banyak dan ada seorang bayi.

“Ini sebagai langkah awal penanganan pengungsi untuk mendapatkan tempat dan pelayanan yang layak. Apalagi ada seorang bayi berusia seminggu dan ibu hamil,” ungkap Kalak BPBD Klungkung I Putu Widiada.

Namun, Selasa pagi (3/7) kemarin, sebagian pengungsi itu memutuskan untuk kembali ke kediamannya masing-masing setelah mendapat informasi jika kondisi di tempat tinggalnya aman.

Beberapa di antaranya pulang secara mandiri menggunakan sepeda motor, sedangkan bayi berumur seminggu itu dan keluarganya diantar petugas BPDB Klungkung menggunakan mobil dinas.

“Pemerintah Kabupaten Klungkung sudah siap menerima pengungsi. Bahkan Senin malam, kami sudah bersiap di GOR Swecapura untuk melayani warga Karangasem yang mungkin akan mengungsi ke Kabupaten Klungkung,” tandasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/