29.7 C
Jakarta
19 April 2024, 21:34 PM WIB

Urai Kepadatan Pengunjung Pasar, Usulkan Pembatasan Pengunjung Pasar

SINGARAJA – Anggota DPRD Bali, I Gusti Ayu Aries Sujati, mengusulkan agar pemerintah menerapkan pembatasan jumlah pengunjung di pasar tradisional.

Pembatasan jumlah pengunjung, diharapkan bisa mengurangi potensi munculnya klaster penularan covid-19 di pasar tradisional.

Pasar tradisional memang sangat berpotensi menjadi lokasi klaster penyebaran covid-19. Pasar pertama yang menjadi klaster adalah Pasar Desa Bondalem.

Dampaknya, pemerintah melakukan karantina desa di Bondalem selama dua pekan. Selain di Bondalem, Pasar Galiran di Klungkung dan Pasar Kumbasari di Denpasar, juga menjadi klaster penyebaran covid.

Anggota Komisi IV DPRD Bali Aries Sujati mengungkapkan, idealnya pasar tradisional direlokasi ke tempat yang lebih lapang. Hanya saja keterbatasan lahan, menyebabkan langkah itu sulit dipenuhi.

Di Desa Adat Buleleng misalnya. Di wewidangan Desa Adat Buleleng, tercatat ada empat pasar tradisional. Masing-masing Pasar Anyar Buleleng, Pasar Buleleng, Pasar Kampung Tinggi, dan Pasar Kampung Bugis.

“Karena pasar itu jadi tempat penyebaran tertinggi untuk covid-19. Idealnya memang ada tanah kosong untuk jadikan pasar. Kalau misalnya tidak ada lahan, mungkin manajemennya yang diatur,” kata Aries.

Pengaturan pembeli itu, kata Aries, bisa dilakukan dengan langkah sederhana. Misalnya jumlah pembeli yang beraktifitas di dalam pasar dalam satu waktu, agar dibatasi.

“Misalnya kalau kapasitas pasar maksimal untuk 100 pembeli, ya dibatasi segitu saja. Kalau ada yang sudah selesai belanja, kasih lagi yang lain masuk. Biar di dalam nggak desak-desakan,” jelasnya.

Aries menyebut kondisi pasar tradisional di Buleleng, sebagian besar masih belum memiliki sanitasi dan ventilasi yang baik.

Alhasil cukup banyak lapak dalam kondisi lembab. Hal itu akan berdampak pada usia virus yang bisa bertahan lebih lama.

Sementara itu, Bendesa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, ketersediaan lahan sebenarnya sangat terbatas.

Alhasil pihaknya bersama dengan Satgas Gotong Royong di Desa Adat Buleleng, lebih mengedepankan langkah edukasi pada para pedagang dan pembeli.

Sehingga potensi penyebaran covid dapat ditekankan.

“Kami sadar di wewidangan kami ada banyak pasar, termasuk Pasar Anyar yang pasar terbesar di Buleleng. Makanya kami kedepankan langkah pencegahan, seperti edukasi,” kata Sutrisna. 

SINGARAJA – Anggota DPRD Bali, I Gusti Ayu Aries Sujati, mengusulkan agar pemerintah menerapkan pembatasan jumlah pengunjung di pasar tradisional.

Pembatasan jumlah pengunjung, diharapkan bisa mengurangi potensi munculnya klaster penularan covid-19 di pasar tradisional.

Pasar tradisional memang sangat berpotensi menjadi lokasi klaster penyebaran covid-19. Pasar pertama yang menjadi klaster adalah Pasar Desa Bondalem.

Dampaknya, pemerintah melakukan karantina desa di Bondalem selama dua pekan. Selain di Bondalem, Pasar Galiran di Klungkung dan Pasar Kumbasari di Denpasar, juga menjadi klaster penyebaran covid.

Anggota Komisi IV DPRD Bali Aries Sujati mengungkapkan, idealnya pasar tradisional direlokasi ke tempat yang lebih lapang. Hanya saja keterbatasan lahan, menyebabkan langkah itu sulit dipenuhi.

Di Desa Adat Buleleng misalnya. Di wewidangan Desa Adat Buleleng, tercatat ada empat pasar tradisional. Masing-masing Pasar Anyar Buleleng, Pasar Buleleng, Pasar Kampung Tinggi, dan Pasar Kampung Bugis.

“Karena pasar itu jadi tempat penyebaran tertinggi untuk covid-19. Idealnya memang ada tanah kosong untuk jadikan pasar. Kalau misalnya tidak ada lahan, mungkin manajemennya yang diatur,” kata Aries.

Pengaturan pembeli itu, kata Aries, bisa dilakukan dengan langkah sederhana. Misalnya jumlah pembeli yang beraktifitas di dalam pasar dalam satu waktu, agar dibatasi.

“Misalnya kalau kapasitas pasar maksimal untuk 100 pembeli, ya dibatasi segitu saja. Kalau ada yang sudah selesai belanja, kasih lagi yang lain masuk. Biar di dalam nggak desak-desakan,” jelasnya.

Aries menyebut kondisi pasar tradisional di Buleleng, sebagian besar masih belum memiliki sanitasi dan ventilasi yang baik.

Alhasil cukup banyak lapak dalam kondisi lembab. Hal itu akan berdampak pada usia virus yang bisa bertahan lebih lama.

Sementara itu, Bendesa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, ketersediaan lahan sebenarnya sangat terbatas.

Alhasil pihaknya bersama dengan Satgas Gotong Royong di Desa Adat Buleleng, lebih mengedepankan langkah edukasi pada para pedagang dan pembeli.

Sehingga potensi penyebaran covid dapat ditekankan.

“Kami sadar di wewidangan kami ada banyak pasar, termasuk Pasar Anyar yang pasar terbesar di Buleleng. Makanya kami kedepankan langkah pencegahan, seperti edukasi,” kata Sutrisna. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/