SEMARAPURA – Komisi II DPRD Klungkung turun melakukan observasi terhadap proyek infrastruktur jalan tahun 2019 yang ada di Kecamatan Nusa Penida, kemarin.
Observasi ini dilakukan salah satunya untuk menindaklanjuti keluhan warga Nusa Penida terhadap kualitas proyek jalan yang dikatakan cukup rendah.
Di mana ada ruas jalan yang sudah berlubang meski baru saja diselesaikan pengerjaannya. Beberapa proyek jalan di Kecamatan Nusa Penida yang diobservasi rombongan
anggota Komisi II DPRD Klungkung dipimpin langsung Ketua Komisi II DPRD Klungkung I Wayan Misna, di antaranya proyek jalan Pondokhe, Desa Bunga Mekar-Senangka, Desa Sakti, dan Ambengan-Pelilit.
Berdasar observasi yang dilakukan terhadap proyek jalan di Nusa Penida itu, menurut anggota Komisi II DPRD Klungkung Gde Artison Andarawata,
Komisi II DPRD Klungkung menemukan pengerjaan jalan Ambengan-Pelilit baru terealisasi 90 persen.
Tidak hanya itu, kualitas pasir yang dipergunakan juga tidak bagus.
“Kami melihat pasir yang digunakan tercampur tanah. Komisi II berharap agar kualitas bahan menjadi perhatian pelaksana ke depan. Kami juga berharap agar kualitas beton pengancing bisa ditingkatkan,” ujarnya.
Sebagai catatan, proyek jalan Pondokhe, Desa Bunga Mekar-Senangka, Desa Sakti dikeluhkan tokoh masyarakat Nusa Penida, Nengah Setar lantaran sudah berlubang meski baru saja proyek jalan itu diselesaikan pengerjaannya.
Lantaran kecewa terhadap kualitas jalan tersebut membuat Setar nekat menulisi jalan yang berlubang itu dengan tulisan “Pak Star Pengaspa”.
Menurut pria yang akrab disapa Soni itu, Komisi II DPRD Klungkung telah meminta Setar untuk bertemu di ruas jalan yang dimaksud.
“Dari pertemuan di lokasi, ditemukan pelaksana telah melakukan perbaikan terhadap jalan tersebut,” terangnya.
Lebih lanjut pihaknya mengaku akhirnya mengetahui penyebab jalan tersebut bisa mengalami kerusakan meski baru saja selesai dikerjakan.
Menurutnya, jalan menanjak seperti yang ada di ruang jalan Pondokhe, Desa Bunga Mekar-Senangka, Desa Sakti membutuhkan proses pengerasan yang lebih lama hingga aspal siap untuk dilalui.
Namun, karena ruas jalan tersebut merupakan jalur menuju salah satu objek wisata yang arus lalu lintasnya cukup padat, membuat pelaksana proyek tidak bisa melakukan penutupan jalan saat pengaspalan dilakukan.
Sehingga kondisi itu membuat kualitas aspal turun drastis. “Kalau boleh dan masyarakat merelakan sebenarnya bisa dikerjakan saat malam hari.
Hanya saja ada beberapa tempat yang tidak memperkenankan pengerjaan dilakukan lewat dari pukul 22.00,” jelasnya.
Sementara itu Nengah Setar yang dikonfirmasi terpisah mengungkapkan pihaknya nekat melakukan vandalisme terhadap ruas jalan Pondokhe, Desa Bunga Mekar-Senangka, Desa Sakti karena rasa kecewanya terhadap kualitas jalan tersebut.
Menurutnya jalan tersebut baru saja selesai dikerjakan 1,5 bulan yang lalu, namun jalan tersebut sudah berlubang.
“Aspalnya tipis. Tadi pemborongnya bilang siap (memperbaiki, Red). Betul atau tidak (diperbaiki, Red). Kalau tidak ditindak lanjuti, saya akan kirim surat ke pusat nanti,” katanya.
Terkait aksi vandalismenya yang berpotensi membuat dia dilaporkan dengan tuduhan melakukan pengerusakan terhadap fasilitas umum.
Dia mengaku siap untuk dilaporkan kepada pihak yang berwajib terhadap aksinya itu. “Saya siap dipenjarakan. Apapun saya siap demi untuk masyarakat. Karena pengerjaannya sudah tidak baik,” tandasnya.