34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 15:00 PM WIB

Jelang Nyepi, Krama Nagasepaha Gelar Medungdung, Megibung di Pura

NAGASEPAHA – Jelang hari raya Nyepi, sejumlah desa pakraman mulai menggelar sejumlah ritual dan tradisi. Salah satunya adalah Desa Pakraman Nagasepaha.

Krama setempat menggelar tradisi medungdung yang dipusatkan di Pura Dalem Desa Pakraman Nagasepaha.

Tradisi ini diawali dengan pecaruan panca sanak medurga dewi di pura dalem setempat. Upacara mecaru menggunakan sarana sapi, babi, anjing hitam legam, ayam berbulu hitam, serta bebek dengan bulu hitam.

Setelah dihaturkan pada Bhatara dan diberikan pada bhuta kala, sejumlah sarana diambil oleh krama saye.

Sarana caru yang diambil adalah babi dan sapi. Sarana itu kemudian disiapkan oleh krama saye untuk dijadikan bahan santapan.

Biasanya dalam tradisi itu, krama akan melakukan acara megibung di pura dalem. Selain itu krama saye juga menyiapkan 18 bungkus makanan.

Belasan bungkus makanan ini diletakkan sesuai empat arah penjuru mata angin. Selanjutnya belasan bungkus makanan itu akan diperebutkan oleh para krama. 

Krama yang berhasil mendapat makanan itu akan dibawa pulang dan disantap bersama keluarga, sebagai simbol berkah yang diterima.

Kelian Desa Pakraman Nagasepaha I Gusti Ngurah Supena mengatakan, tradisi itu digelar sebagai bentuk rasa syukur krama atas berkah dari Sang Hyang Widhi yang diberikan pada masyarakat.

“Ini sudah kami lakukan rutin dari tahun ke tahun. Warisan leluhur kami seperti ini. Jadi kalau di desa kami ini,

Nyepi itu bisa tiga kali mecaru. Sebelum nyepi sekali, saat tawur kesanga sekali, nanti sesudah Nyepi juga ada,” kata Supena.

Selain melakukan tradisi medungdung, krama juga menggelar tradisi ngutang reged pada hari yang sama. Krama akan menghanyutkan perahu yang terbuat dari batang pisang.

Perahu itu akan diisi sesaji berupa ayam dan bebek hitam. Selanjutnya perahu itu diarak dari Pura dalem menuju sungai, dan dihanyutkan di sungai tersebut. 

NAGASEPAHA – Jelang hari raya Nyepi, sejumlah desa pakraman mulai menggelar sejumlah ritual dan tradisi. Salah satunya adalah Desa Pakraman Nagasepaha.

Krama setempat menggelar tradisi medungdung yang dipusatkan di Pura Dalem Desa Pakraman Nagasepaha.

Tradisi ini diawali dengan pecaruan panca sanak medurga dewi di pura dalem setempat. Upacara mecaru menggunakan sarana sapi, babi, anjing hitam legam, ayam berbulu hitam, serta bebek dengan bulu hitam.

Setelah dihaturkan pada Bhatara dan diberikan pada bhuta kala, sejumlah sarana diambil oleh krama saye.

Sarana caru yang diambil adalah babi dan sapi. Sarana itu kemudian disiapkan oleh krama saye untuk dijadikan bahan santapan.

Biasanya dalam tradisi itu, krama akan melakukan acara megibung di pura dalem. Selain itu krama saye juga menyiapkan 18 bungkus makanan.

Belasan bungkus makanan ini diletakkan sesuai empat arah penjuru mata angin. Selanjutnya belasan bungkus makanan itu akan diperebutkan oleh para krama. 

Krama yang berhasil mendapat makanan itu akan dibawa pulang dan disantap bersama keluarga, sebagai simbol berkah yang diterima.

Kelian Desa Pakraman Nagasepaha I Gusti Ngurah Supena mengatakan, tradisi itu digelar sebagai bentuk rasa syukur krama atas berkah dari Sang Hyang Widhi yang diberikan pada masyarakat.

“Ini sudah kami lakukan rutin dari tahun ke tahun. Warisan leluhur kami seperti ini. Jadi kalau di desa kami ini,

Nyepi itu bisa tiga kali mecaru. Sebelum nyepi sekali, saat tawur kesanga sekali, nanti sesudah Nyepi juga ada,” kata Supena.

Selain melakukan tradisi medungdung, krama juga menggelar tradisi ngutang reged pada hari yang sama. Krama akan menghanyutkan perahu yang terbuat dari batang pisang.

Perahu itu akan diisi sesaji berupa ayam dan bebek hitam. Selanjutnya perahu itu diarak dari Pura dalem menuju sungai, dan dihanyutkan di sungai tersebut. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/