28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:37 AM WIB

Keistimewaan Ki Baru Semang: Geser Kapal Karam dan Hentikan Hujan Abu

SINGARAJA – Konon pawisik yang diperoleh Wakil Bupati Karangasem Wayan Artha Dipa ada tiga benda pusaka di Bali yang diyakini secara niskala dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Tiga benda istimewa itu tersebar di tiga kabupaten di Bali. Yakni keris pusaka Ki Baru Semang di Puri Gede Buleleng, keris Ki Tunjung Tutur di Puri Blahbatuh Gianyar, dan keris Ki Sudamala Karangasem.

Konon ketiga benda pusaka itu harus diwangsuh (cuci), lalu airnya dijadikan satu dan dibawa ke Pura Bhur Bwah Swah, di Desa Seraya, Karangasem.

Air cucian tiga benda pusaka itu akan dijadikan tirta, lalu disebarkan di seluruh desa pakraman di Bali untuk menangkal penyebaran virus corona.

Seperti diberitakan, Wakil Bupati Karangasem Wayan Artha Dipa bersama dengan Kepala Biro Kesra Pemprov Bali, Wabup Artha Dipa nangkil ke Puri Agung Buleleng.

Kedatangan rombongan diterima langsung oleh Ketua Paguyuban Eka Sthana Dharma Puri Buleleng AA Wiranata Kusuma dan penglingsir Puri Agung Buleleng AA Ngurah Parwata Panji.

Di Puri Agung Buleleng, Wabup Karangasem dan rombongan menggelar persembahyangan bersama di Pemerajan Agung. Baru kemudian dilakukan nunas wangsuhpada dari Keris Pusaka Ki Baru Semang

Penglingsir Puri Gede Buleleng AA Ngurah Parwata Panji menuturkan, keris yang ada di Puri Gede Buleleng ini merupakan milik Raja Buleleng, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti, yang sering dibawa saat berkuasa.

Keris ini sudah ada sejak 1855. Banyak sekali pengalaman mistis dari keris ini yang diluar nalar dan logika manusia.

Mulai dari sebuah kapal yang karam di Pantai Penimbangan bisa bergeser ke tengah laut sehingga mampu berlayar kembali.

Selain itu keanehan lainnya pada saat meletus Gunung Agung tahun 1963 yang banyak korban jiwa dan hujan abu hampir berada di seluruh wilayah Bali.

Kala itu datang seorang penglisir memohon keris Ki Baru Semang untuk ditancapkan ke tanah. Seketika hujan abu vulkanik di Buleleng menghilang.

Hal lainnya ketika masa Bupati Buleleng Bagiada yang sempat adanya wabah hama ulat bulu. Wangsuhan (basuhan) air keris itu diminta dan disebarkan ke seluruh desa yang ada di Buleleng. Hama ulat pun nyaris tak ada lagi di Buleleng.

“Kami berharap apa yang dilakukan secara jalur niskala dapat membantu mempercepat penanganan virus corona,” tandasnya. 

SINGARAJA – Konon pawisik yang diperoleh Wakil Bupati Karangasem Wayan Artha Dipa ada tiga benda pusaka di Bali yang diyakini secara niskala dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Tiga benda istimewa itu tersebar di tiga kabupaten di Bali. Yakni keris pusaka Ki Baru Semang di Puri Gede Buleleng, keris Ki Tunjung Tutur di Puri Blahbatuh Gianyar, dan keris Ki Sudamala Karangasem.

Konon ketiga benda pusaka itu harus diwangsuh (cuci), lalu airnya dijadikan satu dan dibawa ke Pura Bhur Bwah Swah, di Desa Seraya, Karangasem.

Air cucian tiga benda pusaka itu akan dijadikan tirta, lalu disebarkan di seluruh desa pakraman di Bali untuk menangkal penyebaran virus corona.

Seperti diberitakan, Wakil Bupati Karangasem Wayan Artha Dipa bersama dengan Kepala Biro Kesra Pemprov Bali, Wabup Artha Dipa nangkil ke Puri Agung Buleleng.

Kedatangan rombongan diterima langsung oleh Ketua Paguyuban Eka Sthana Dharma Puri Buleleng AA Wiranata Kusuma dan penglingsir Puri Agung Buleleng AA Ngurah Parwata Panji.

Di Puri Agung Buleleng, Wabup Karangasem dan rombongan menggelar persembahyangan bersama di Pemerajan Agung. Baru kemudian dilakukan nunas wangsuhpada dari Keris Pusaka Ki Baru Semang

Penglingsir Puri Gede Buleleng AA Ngurah Parwata Panji menuturkan, keris yang ada di Puri Gede Buleleng ini merupakan milik Raja Buleleng, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti, yang sering dibawa saat berkuasa.

Keris ini sudah ada sejak 1855. Banyak sekali pengalaman mistis dari keris ini yang diluar nalar dan logika manusia.

Mulai dari sebuah kapal yang karam di Pantai Penimbangan bisa bergeser ke tengah laut sehingga mampu berlayar kembali.

Selain itu keanehan lainnya pada saat meletus Gunung Agung tahun 1963 yang banyak korban jiwa dan hujan abu hampir berada di seluruh wilayah Bali.

Kala itu datang seorang penglisir memohon keris Ki Baru Semang untuk ditancapkan ke tanah. Seketika hujan abu vulkanik di Buleleng menghilang.

Hal lainnya ketika masa Bupati Buleleng Bagiada yang sempat adanya wabah hama ulat bulu. Wangsuhan (basuhan) air keris itu diminta dan disebarkan ke seluruh desa yang ada di Buleleng. Hama ulat pun nyaris tak ada lagi di Buleleng.

“Kami berharap apa yang dilakukan secara jalur niskala dapat membantu mempercepat penanganan virus corona,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/