33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:50 PM WIB

Rumah Rata Tanah, Belasan Warga Korban Gempa Lombok Terpaksa Mengungsi

PAKISAN – Sedikitnya lima unit rumah warga di Banjar Dinas Klandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, roboh dan rata dengan tanah.

Rumah itu roboh setelah diguncang gempa berkekuatan 7.0 skala richter yang berpusat di Pulau Lombok, Minggu (5/8) malam lalu.

Tak ada korban jiwa, namun belasan orang harus mengungsi untuk sementara waktu karena tak lagi memiliki hunian.

Kondisi terparah dialami keluarga Gede Sidimantra, 29, dan Jro Mangku Ketut Rentana, 48, keduanya tinggal di Tempekan Mabun, Banjar Dinas Klandis.

Rumah yang ditinggali dua kepala keluarga itu benar-benar rata dengan tanah. Bahkan, salah seorang kerabatnya, Wayan Madri, 70, kini dalam kondisi kritis dan menjalani perawatan intensif di RS Sanglah Denpasar.

Gede Sidimantra mengaku tak ada harta benda yang bisa diselamatkan. Seluruh barang elektronik dan kendaraan bermotor, tertimpa rumah.

Hanya ada bunga cengkih yang bisa diselamatkan. Itu pun harus mengais terlebih dulu diantara reruntuhan.

Malam hari pasca gempa, kedua keluarga ini hanya bisa ditinggal di halaman rumah dengan beratapkan terpal.

“Tempat tinggal sudah habis, barang-barang rusak semua. Ada cengkih tidak seberapa. Babi dan ayam juga mati semua.

Ini juga sementara mengungsi di halaman rumah, dibuatkan terpal sama keluarga. Mudah-mudahan dari pemerintah bisa membantu,” kata Sidi.

Selain rumah kedua keluarga tersebut, ada pula rumah milik Wayan Redana, 38. Bangunan dapur, kamar mandi, dan bak penampungan air roboh rata dengan tanah.

Sementara rumahnya dalam kondisi retak dan rusak parah, sehingga tak layak huni. Hal serupa dialami keluarga Nengah Anggriana, 35, serta Gede Masia, 42.

Rumah mereka rusak parah dan tidak bisa dihuni lagi. Kini kelima keluarga ini bersama anggota keluarganya terpaksa mengungsi ke tempat yang aman.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Ida Bagus Suadnyana mengatakan, pihaknya masih melakukan pendataan kerusakan akibat gempa yang terjadi pada Minggu malam lalu.

Sejauh ini kerusakan dilaporkan terjadi di lima kecamatan, yakni Buleleng, Sawan, Sukasada, Kubutambahan, dan Tejakula.

Sejauh ini baru ada lima rumah yang dinyatakan rata tanah dan ratusan bangunan lainnya mengalami kerusakan.

“Skala kerusakannya macam-macam. Ada yang gentengnya melorot, ada yang temboknya retak, candi bentar yang rusak, termasuk pelinggih.

Kami masih melakukan pendataan untuk kepastian jumlah kerusakan. Tapi sejauh ini yang kami lihat, khusus di Kabupaten Buleleng kerusakan terparah ada di Banjar Dinas Klandis Desa Pakisan ini,” kata Suadnyana.

Selain  itu, sejumlah warga juga memutuskan mengungsi dari rumah mereka. Seperti yang terjadi di Kelurahan Kampung Anyar,

puluhan warga memutuskan mengungsi di SDN 3 Kampung Anyar pada Minggu malam, karena tak berani tidur di dalam rumah.

Khusus di wilayah Klandis, Suadnyana menyebut ada belasan orang yang harus mengungsi ke sanak keluarga terdekat.

“Untuk di Klandis, kami akan suplai beberapa barang kebutuhan. Termasuk tenda dan peralatan masak. Ada tiga keluarga yang tinggal berdekatan, yaitu keluarga Gede Sidimantra,

Jro Mangku Rentana, dan Wayan Redana. Kebetulan di rumah Wayan Redana ada lantai jemur cengkih, jadi kami akan mendirikan satu tenda disana. Sehingga tiga keluarga ini untuk sementara bisa mengungsi disana,” tandas Suadnyana.

 

PAKISAN – Sedikitnya lima unit rumah warga di Banjar Dinas Klandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, roboh dan rata dengan tanah.

Rumah itu roboh setelah diguncang gempa berkekuatan 7.0 skala richter yang berpusat di Pulau Lombok, Minggu (5/8) malam lalu.

Tak ada korban jiwa, namun belasan orang harus mengungsi untuk sementara waktu karena tak lagi memiliki hunian.

Kondisi terparah dialami keluarga Gede Sidimantra, 29, dan Jro Mangku Ketut Rentana, 48, keduanya tinggal di Tempekan Mabun, Banjar Dinas Klandis.

Rumah yang ditinggali dua kepala keluarga itu benar-benar rata dengan tanah. Bahkan, salah seorang kerabatnya, Wayan Madri, 70, kini dalam kondisi kritis dan menjalani perawatan intensif di RS Sanglah Denpasar.

Gede Sidimantra mengaku tak ada harta benda yang bisa diselamatkan. Seluruh barang elektronik dan kendaraan bermotor, tertimpa rumah.

Hanya ada bunga cengkih yang bisa diselamatkan. Itu pun harus mengais terlebih dulu diantara reruntuhan.

Malam hari pasca gempa, kedua keluarga ini hanya bisa ditinggal di halaman rumah dengan beratapkan terpal.

“Tempat tinggal sudah habis, barang-barang rusak semua. Ada cengkih tidak seberapa. Babi dan ayam juga mati semua.

Ini juga sementara mengungsi di halaman rumah, dibuatkan terpal sama keluarga. Mudah-mudahan dari pemerintah bisa membantu,” kata Sidi.

Selain rumah kedua keluarga tersebut, ada pula rumah milik Wayan Redana, 38. Bangunan dapur, kamar mandi, dan bak penampungan air roboh rata dengan tanah.

Sementara rumahnya dalam kondisi retak dan rusak parah, sehingga tak layak huni. Hal serupa dialami keluarga Nengah Anggriana, 35, serta Gede Masia, 42.

Rumah mereka rusak parah dan tidak bisa dihuni lagi. Kini kelima keluarga ini bersama anggota keluarganya terpaksa mengungsi ke tempat yang aman.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Ida Bagus Suadnyana mengatakan, pihaknya masih melakukan pendataan kerusakan akibat gempa yang terjadi pada Minggu malam lalu.

Sejauh ini kerusakan dilaporkan terjadi di lima kecamatan, yakni Buleleng, Sawan, Sukasada, Kubutambahan, dan Tejakula.

Sejauh ini baru ada lima rumah yang dinyatakan rata tanah dan ratusan bangunan lainnya mengalami kerusakan.

“Skala kerusakannya macam-macam. Ada yang gentengnya melorot, ada yang temboknya retak, candi bentar yang rusak, termasuk pelinggih.

Kami masih melakukan pendataan untuk kepastian jumlah kerusakan. Tapi sejauh ini yang kami lihat, khusus di Kabupaten Buleleng kerusakan terparah ada di Banjar Dinas Klandis Desa Pakisan ini,” kata Suadnyana.

Selain  itu, sejumlah warga juga memutuskan mengungsi dari rumah mereka. Seperti yang terjadi di Kelurahan Kampung Anyar,

puluhan warga memutuskan mengungsi di SDN 3 Kampung Anyar pada Minggu malam, karena tak berani tidur di dalam rumah.

Khusus di wilayah Klandis, Suadnyana menyebut ada belasan orang yang harus mengungsi ke sanak keluarga terdekat.

“Untuk di Klandis, kami akan suplai beberapa barang kebutuhan. Termasuk tenda dan peralatan masak. Ada tiga keluarga yang tinggal berdekatan, yaitu keluarga Gede Sidimantra,

Jro Mangku Rentana, dan Wayan Redana. Kebetulan di rumah Wayan Redana ada lantai jemur cengkih, jadi kami akan mendirikan satu tenda disana. Sehingga tiga keluarga ini untuk sementara bisa mengungsi disana,” tandas Suadnyana.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/