31.6 C
Jakarta
25 November 2024, 15:16 PM WIB

Sekolah-Sekolah Mulai Lakukan UTS, Orang Tua di Buleleng Kebingungan

SINGARAJA – Sejumlah sekolah di Kabupaten Buleleng disebut mulai melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS).

Pelaksanaan UTS itu pun turut membuat orang tua siswa kebingungan. Sebab selama ini siswa melaksanakan pembelajaran secara terbatas.

Saat materi belum dikuasai sepenuhnya, siswa tiba-tiba sudah dihadapkan pada proses evaluasi.

Salah seorang orang tua siswa mengaku materi-materi yang disampaikan pada siswa belum begitu dapat dipahami.

Sebab pembelajaran daring selama ini dipandang tak begitu efektif. Utamanya bagi siswa sekolah dasar. Tak seluruh materi dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik.

Kondisi lebih berat juga dialami siswa yang masih duduk di kelas 1 sekolah dasar. “Membaca saja belum terlalu lancar. Sekarang sudah UTS. Makanya stress juga jadinya,” keluh orang tua siswa yang minta namanya tak dimediakan.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Made Astika yang dikonfirmasi, mengakui beberapa sekolah sudah mulai melakukan evaluasi terhadap kemampuan siswa.

Made Astika menolak bila proses evaluasi itu disebut sebagai UTS. Ia menyebutnya sebagai proses assessment.

“Ini bagian dari evaluasi sekolah terhadap proses pembelajaran. Sejauh mana materi yang disampaikan diserap oleh siswa.

Kalau belum sesuai dengan kompetensi minimal, akan dievaluasi oleh sekolah, dimana kendalanya. Sehingga sisa waktu sampai akhir semester akan dilakukan pembenahan,” kata Astika.

Menurut Astika, UTS selama ini lebih menakankan pada output nilai siswa. Dalam ujian, biasanya siswa hanya dituntut menjawab soal dengan benar.

Namun, dalam proses assessment, ada proses timbal balik yang didapat. Antara siswa dengan guru.

“Asesment itu menuntut siswa memahami sebuah kasus. Kemudian yang dilihat output bagaimana siswa itu menyelesaikan sebuah masalah.

Sehingga dapat merangsang kreatifitas. Kalau memang kemampuan problem solving-nya masih belum muncul, itu yang akan dievaluasi oleh guru. Sehingga bisa masuk dalam kompetensi minimal pada akhir semester nanti,” jelasnya.

Pelaksanaan tes assessment itu dianggap lebih panjang dan rinci, bila dibandingkan dengan pelaksanaan UTS konvensional. Sebab ada evaluasi kemampuan literasi, numerasi, serta survei pendidikan karakter yang harus dipantau.

Astika pun meminta orang tua tak perlu khawatir dengan pelaksanaan tes itu. Sebab hal itu justru menjadi evaluasi dalam penyempurnaan proses pendidikan selama masa pandemi.

“Bukan semata-mata untuk mencari nilai untuk isi rapor siswa. Bukan itu outputnya. Tapi evaluasi terhadap proses pembelajaran sejak awal semester. Terutama saat masa pandemi ini,” tandas Astika. 

SINGARAJA – Sejumlah sekolah di Kabupaten Buleleng disebut mulai melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS).

Pelaksanaan UTS itu pun turut membuat orang tua siswa kebingungan. Sebab selama ini siswa melaksanakan pembelajaran secara terbatas.

Saat materi belum dikuasai sepenuhnya, siswa tiba-tiba sudah dihadapkan pada proses evaluasi.

Salah seorang orang tua siswa mengaku materi-materi yang disampaikan pada siswa belum begitu dapat dipahami.

Sebab pembelajaran daring selama ini dipandang tak begitu efektif. Utamanya bagi siswa sekolah dasar. Tak seluruh materi dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik.

Kondisi lebih berat juga dialami siswa yang masih duduk di kelas 1 sekolah dasar. “Membaca saja belum terlalu lancar. Sekarang sudah UTS. Makanya stress juga jadinya,” keluh orang tua siswa yang minta namanya tak dimediakan.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Made Astika yang dikonfirmasi, mengakui beberapa sekolah sudah mulai melakukan evaluasi terhadap kemampuan siswa.

Made Astika menolak bila proses evaluasi itu disebut sebagai UTS. Ia menyebutnya sebagai proses assessment.

“Ini bagian dari evaluasi sekolah terhadap proses pembelajaran. Sejauh mana materi yang disampaikan diserap oleh siswa.

Kalau belum sesuai dengan kompetensi minimal, akan dievaluasi oleh sekolah, dimana kendalanya. Sehingga sisa waktu sampai akhir semester akan dilakukan pembenahan,” kata Astika.

Menurut Astika, UTS selama ini lebih menakankan pada output nilai siswa. Dalam ujian, biasanya siswa hanya dituntut menjawab soal dengan benar.

Namun, dalam proses assessment, ada proses timbal balik yang didapat. Antara siswa dengan guru.

“Asesment itu menuntut siswa memahami sebuah kasus. Kemudian yang dilihat output bagaimana siswa itu menyelesaikan sebuah masalah.

Sehingga dapat merangsang kreatifitas. Kalau memang kemampuan problem solving-nya masih belum muncul, itu yang akan dievaluasi oleh guru. Sehingga bisa masuk dalam kompetensi minimal pada akhir semester nanti,” jelasnya.

Pelaksanaan tes assessment itu dianggap lebih panjang dan rinci, bila dibandingkan dengan pelaksanaan UTS konvensional. Sebab ada evaluasi kemampuan literasi, numerasi, serta survei pendidikan karakter yang harus dipantau.

Astika pun meminta orang tua tak perlu khawatir dengan pelaksanaan tes itu. Sebab hal itu justru menjadi evaluasi dalam penyempurnaan proses pendidikan selama masa pandemi.

“Bukan semata-mata untuk mencari nilai untuk isi rapor siswa. Bukan itu outputnya. Tapi evaluasi terhadap proses pembelajaran sejak awal semester. Terutama saat masa pandemi ini,” tandas Astika. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/