29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:20 AM WIB

Langka dan Unik, Tanaman Janda Bolong Paling Diburu Saat Pandemi

TABANAN – Musim Pandemi Covid-19, perburuan tanaman hias justru marak di kalangan masyarakat pencinta tanaman indoor. Bahkan permintaannya terus naik. 

Salah satunya tanaman yang paling diminati adalah “Janda Bolong”. Tumbuhan spesies Monstera Adansonii Variegated ini selalu menjadi incaran hingga sejumlah penjual tanaman hias yang ada di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Tabanan kehabisan stok. 

“Banyak yang cari janda bolong sekarang. Saya sampai kehabisan stok,” kata pemilik bisnis tanaman hias Luh Dhyona ditemui garden tanaman hias yang penuh dengan demplot aneka bibit tanaman hias dan gundukan pukul kandang, Jumat (6/11).

Luh Dhyona tidak mengetahui secara pasti, mengapa tanaman ini banyak dicari. Karena sepengetahuan dia, tanaman ini tidak istimewa. Bahkan perawatan juga tidak sulit. 

“Mungkin karena banyak orang-orang kaya yang menjadikan tanaman ini sebagai hiasan di rumah, jadi banyak yang kepingin. Kalau difoto memang kelihatan bagus,” ujarnya. 

Selain itu, kata Dhyona, kemungkinan tanaman ini dianggap unik oleh banyak orang karena di bagian daunnya memiliki lubang alami yang menjari sesuai tulang daun. Daunnya berwarna hijau cerah. Tanaman ini tergolong tanaman rambat. Memiliki akar angin dan tumbuh di tempat yang teduh. Monstera ini diyakini mampu mendatangkan atmosfer hutan tropis di dalam ruangan.

Selain ditanam di tanah, janda bolong bisa ditanam dengan sistem hidroponik. Dapat bertahan di dalam ruangan. Selain mempersegar, juga dapat mengangkat keindahan ruangan.

“Jadi dinamakan janda bolong, karena tanaman ini hidup sendirian,” tuturnya.

Sejak menjadi pengusaha tanaman hias 10 tahun lalu di desanya yang mayoritas masyarakat bergelut berbisnis tanaman hias, baru kali ini tanaman hias janda bolong diburu banyak orang di tengah pandemi Covid-19. Setiap hari ada saja yang datang untuk membeli. 

“Akan ramai pembeli janda bolong saat hari weekend. Sabtu dan Minggu. Pembeli biasanya akan datang dari Denpasar, Badung dan Tabanan sendiri,” ungkapnya. 

Karena banyak peminat, menjadikan harga janda bolong meroket. Apalagi saat ini sudah cukup langka. Dulu, sebelum pandemi Covid-19 harga masih murah. Sekarang, tak bisa diprediksi tergantung usia, daun dan permintaan pasar. Ada yang puluhan ribu, ratusan ribu bahkan hingga jutaan.

“Semakin langka, semakin mahal,” ujarnya.

Selain janda bolong. Tanaman hias lainnya dengan jenis calathea, philo katak, keladi, maranta dan jenis tanaman keluarga philodendron lainnya kian terangkat.

Luh Dhyona menyebut, permintaan tanaman hias selama pandemi mencapai puluhan pot per hari laku terjual. 

“Kalau perhari rata-rata tembus penjualan mencapai Rp 500 ribu,” pungkasnya. 

Hal senada juga disampaikan penjual tanaman hias Wayan Nata. Dia mengaku, setiap hari dia mendapatkan permintaan tanaman janda bolong. Namun, permintaan selalu ditolak lantaran sudah kehabisan stok.

Ia juga mengaku hanya memiliki satu stok bibit Janda Bolong dan baru setinggi 5 sentimeter. Harganya saat ini sudah mencapai Rp 45 ribu, padahal sebelumnya hanya Rp 30 ribu.

“Harganya masih bisa melambung tergantung pasar. Tapi saat ini kami kehabisan stok. Untuk bibit masih mengandalkan pengiriman bibit dari Jawa” imbuhnya.

TABANAN – Musim Pandemi Covid-19, perburuan tanaman hias justru marak di kalangan masyarakat pencinta tanaman indoor. Bahkan permintaannya terus naik. 

Salah satunya tanaman yang paling diminati adalah “Janda Bolong”. Tumbuhan spesies Monstera Adansonii Variegated ini selalu menjadi incaran hingga sejumlah penjual tanaman hias yang ada di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Tabanan kehabisan stok. 

“Banyak yang cari janda bolong sekarang. Saya sampai kehabisan stok,” kata pemilik bisnis tanaman hias Luh Dhyona ditemui garden tanaman hias yang penuh dengan demplot aneka bibit tanaman hias dan gundukan pukul kandang, Jumat (6/11).

Luh Dhyona tidak mengetahui secara pasti, mengapa tanaman ini banyak dicari. Karena sepengetahuan dia, tanaman ini tidak istimewa. Bahkan perawatan juga tidak sulit. 

“Mungkin karena banyak orang-orang kaya yang menjadikan tanaman ini sebagai hiasan di rumah, jadi banyak yang kepingin. Kalau difoto memang kelihatan bagus,” ujarnya. 

Selain itu, kata Dhyona, kemungkinan tanaman ini dianggap unik oleh banyak orang karena di bagian daunnya memiliki lubang alami yang menjari sesuai tulang daun. Daunnya berwarna hijau cerah. Tanaman ini tergolong tanaman rambat. Memiliki akar angin dan tumbuh di tempat yang teduh. Monstera ini diyakini mampu mendatangkan atmosfer hutan tropis di dalam ruangan.

Selain ditanam di tanah, janda bolong bisa ditanam dengan sistem hidroponik. Dapat bertahan di dalam ruangan. Selain mempersegar, juga dapat mengangkat keindahan ruangan.

“Jadi dinamakan janda bolong, karena tanaman ini hidup sendirian,” tuturnya.

Sejak menjadi pengusaha tanaman hias 10 tahun lalu di desanya yang mayoritas masyarakat bergelut berbisnis tanaman hias, baru kali ini tanaman hias janda bolong diburu banyak orang di tengah pandemi Covid-19. Setiap hari ada saja yang datang untuk membeli. 

“Akan ramai pembeli janda bolong saat hari weekend. Sabtu dan Minggu. Pembeli biasanya akan datang dari Denpasar, Badung dan Tabanan sendiri,” ungkapnya. 

Karena banyak peminat, menjadikan harga janda bolong meroket. Apalagi saat ini sudah cukup langka. Dulu, sebelum pandemi Covid-19 harga masih murah. Sekarang, tak bisa diprediksi tergantung usia, daun dan permintaan pasar. Ada yang puluhan ribu, ratusan ribu bahkan hingga jutaan.

“Semakin langka, semakin mahal,” ujarnya.

Selain janda bolong. Tanaman hias lainnya dengan jenis calathea, philo katak, keladi, maranta dan jenis tanaman keluarga philodendron lainnya kian terangkat.

Luh Dhyona menyebut, permintaan tanaman hias selama pandemi mencapai puluhan pot per hari laku terjual. 

“Kalau perhari rata-rata tembus penjualan mencapai Rp 500 ribu,” pungkasnya. 

Hal senada juga disampaikan penjual tanaman hias Wayan Nata. Dia mengaku, setiap hari dia mendapatkan permintaan tanaman janda bolong. Namun, permintaan selalu ditolak lantaran sudah kehabisan stok.

Ia juga mengaku hanya memiliki satu stok bibit Janda Bolong dan baru setinggi 5 sentimeter. Harganya saat ini sudah mencapai Rp 45 ribu, padahal sebelumnya hanya Rp 30 ribu.

“Harganya masih bisa melambung tergantung pasar. Tapi saat ini kami kehabisan stok. Untuk bibit masih mengandalkan pengiriman bibit dari Jawa” imbuhnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/