28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:33 AM WIB

Dapat Pelatihan Hidroponik, 100 KK Miskin Sudah Panen Empat Kali

SEMARAPURA – Program pelatihan pertanian hidroponik kepada 100 Kepala Keluarga (KK) kurang mampu di Kabupaten Klungkung telah berlangsung sejak akhir tahun 2020. Dalam kurun waktu tersebut, mereka sudah melakukan panen 3-4 kali.

Pelatihan berjalan lancar, namun saat ini pemasaran yang menjadi masalah. Sehingga para peserta pelatihan terpaksa meminta bantuan dinas terkait untuk memasarkan.

Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Gede Juanida, Minggu (7/3) mengungkapkan, pelatihan hidroponik kepada 100 KK kurang mampu di Kabupaten Klungkung berjalan lancar. Bahkan para peserta pelatihan sudah mulai berinovasi dalam memilih bibit. Seperti mulai mencoba menanam bawang, kangkung dan komoditi lainnya.

“Untuk bibit dari paket pelatihan, kami menyediakan pakcoy saja. Dan di lapangan, para peserta ada yang berinovasi dengan mencoba menanam bawang, kangkung dan lainnya,” bebernya.

Sejak dimulainya pelatihan akhir tahun 2020 lalu, para peserta sudah ada yang melakukan panen sebanyak 3-4 kali. Tidak ada kendala dalam proses penanaman dalam kurun waktu tersebut.

“Dan sampai saat ini semua masih berjalan. Meski ada yang agak lambat dengan alasan ada kegiatan lain sehingga baru panen sebanyak 3 kali,” terangnya.

Hanya saja yang menjadi masalah saat ini adalah pemasaran hasil pertanian para peserta pelatihan. Hasil panen yang tidak berkelanjutan membuat mereka sulit untuk masuk ke pasar komoditi sayuran yang dikembangkan secara konvensional. Sehingga saat panen tiba, mereka kerap meminta bantuan dinas terkai untuk memasarkannya.

Padahal tujuan dari pelatihan ini agar mereka bisa memenuhi kebutuhan pangan terutamanya sayuran secara mandiri. Dan juga dapat menjualnya ke pasaran sehingga ada tambahan pemasukan yang dapat meningkatkan perekonomian keluarga.

“Kami belum menemukan pasar yang pasti untuk itu. Karena perlu kontinuitas. Pelan-pelan, yang penting bahwa alat yang diberikan, ilmu yang diberikan, dan teknologi yang diberikan sudah terus dimanfaatkan dan digunakan,” jelasnya.

Untuk itu, ia mengaku sedang mencari komoditi pangan yang bisa dikembangkan dengan sistem hidroponik namun tidak banyak dikembangkan secara konvensional.

“Sambil jalan, kami mencari jenis komoditi apa yang kira-kira bisa dikembangkan agar tidak sama dengan yang konvensional sehingga memiliki nilai lebih,” tandasnya.

SEMARAPURA – Program pelatihan pertanian hidroponik kepada 100 Kepala Keluarga (KK) kurang mampu di Kabupaten Klungkung telah berlangsung sejak akhir tahun 2020. Dalam kurun waktu tersebut, mereka sudah melakukan panen 3-4 kali.

Pelatihan berjalan lancar, namun saat ini pemasaran yang menjadi masalah. Sehingga para peserta pelatihan terpaksa meminta bantuan dinas terkait untuk memasarkan.

Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Gede Juanida, Minggu (7/3) mengungkapkan, pelatihan hidroponik kepada 100 KK kurang mampu di Kabupaten Klungkung berjalan lancar. Bahkan para peserta pelatihan sudah mulai berinovasi dalam memilih bibit. Seperti mulai mencoba menanam bawang, kangkung dan komoditi lainnya.

“Untuk bibit dari paket pelatihan, kami menyediakan pakcoy saja. Dan di lapangan, para peserta ada yang berinovasi dengan mencoba menanam bawang, kangkung dan lainnya,” bebernya.

Sejak dimulainya pelatihan akhir tahun 2020 lalu, para peserta sudah ada yang melakukan panen sebanyak 3-4 kali. Tidak ada kendala dalam proses penanaman dalam kurun waktu tersebut.

“Dan sampai saat ini semua masih berjalan. Meski ada yang agak lambat dengan alasan ada kegiatan lain sehingga baru panen sebanyak 3 kali,” terangnya.

Hanya saja yang menjadi masalah saat ini adalah pemasaran hasil pertanian para peserta pelatihan. Hasil panen yang tidak berkelanjutan membuat mereka sulit untuk masuk ke pasar komoditi sayuran yang dikembangkan secara konvensional. Sehingga saat panen tiba, mereka kerap meminta bantuan dinas terkai untuk memasarkannya.

Padahal tujuan dari pelatihan ini agar mereka bisa memenuhi kebutuhan pangan terutamanya sayuran secara mandiri. Dan juga dapat menjualnya ke pasaran sehingga ada tambahan pemasukan yang dapat meningkatkan perekonomian keluarga.

“Kami belum menemukan pasar yang pasti untuk itu. Karena perlu kontinuitas. Pelan-pelan, yang penting bahwa alat yang diberikan, ilmu yang diberikan, dan teknologi yang diberikan sudah terus dimanfaatkan dan digunakan,” jelasnya.

Untuk itu, ia mengaku sedang mencari komoditi pangan yang bisa dikembangkan dengan sistem hidroponik namun tidak banyak dikembangkan secara konvensional.

“Sambil jalan, kami mencari jenis komoditi apa yang kira-kira bisa dikembangkan agar tidak sama dengan yang konvensional sehingga memiliki nilai lebih,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/