NEGARA – Petani di Subak Tegal Lantang, wilayah Kelurahan Pendem, Jembrana terancam gagal panen. Padi mereka yang barus berusia 20 hari rusak akibat serangan wereng.
Hampir semua lahan sawah di subak yang luasnya 20 hektare itu terserang wereng. Sehingga padi petani meranggas dan sudah banyak yang mati.
Padahal, para petani sudah melakukan berbagai upaya untuk membasmi hama wereng di subak yang terletak di areal kantor Pemkab Jembrana itu.
“Kami sudah melakukan berbagai cara termasuk penyemprotan, tapi hasilnya sia-sia,” ujar Wayan Dester, salah satu petani, kemarin.
Menurut Dester yang memiliki lahan seluas 1 hektare, lantaran berbagai upaya yang dilakukan tidak membuahkan hasil, maka petani hanya bisa pasrah meski terancam gagal panen.
“Selama ini kami masih berusaha melakukan upaya. Kalau sudah tidak ada jalan keluar mau diapakan,” ungkapnya.
Kondisi seperti ini sangat disayangkan karena penyuluh belum pernah turun ke subak tersebut. “Jika sudah benar-benar tidak bisa diatasi jalan terakhir adalah melebur padi ini dan diganti dengan bibit baru,” ujarnya.
Nengah Balik petani pengarap lahan seluas 3 hektare juga tidak bisa berbuat banyak lantaran semua lahan garapannya diserang wereng.
Menurutnya, pada musim tanam kedua tahun ini sesuai kesepakatan di Subak Tegal Lantang menanam beberapa varietas di antarnya Inpari 42, 43, Pertiwi serta Mampan.
Namun, sejak padi berumur seminggu mulai diserang hama yang dengan cepat menyebar hingga hampir ke seluruh padinya merangas bahkan mati.
“Semua varietas yang ditanam semuanya kena serangan hama. Ada yang mulai usia lima hari hingga seminggu,” ujarnya.
Sejak padinya diserang hama sudah berkali – kali dilakukan upaya pencegahan. Mulai dari pengeringan lahan, membasmi gulma hingga penyemprotan insektisida sampai tiga kali.
Tetapi, serangan wereng tetap ganas sehingga membuat padi mati atau yang masih hidup tumbuhnya kerdil.
“Hampir semua petani disini mengeluhkan serangan wereng, hampir 20 hektare sawah di subak ini tak ada yang luput diserang,” ungkpnya.
Jika sampai gagal panen maka petani akan mengalami kertugian termasuk dirinya yang sudah mengeluarkan biaya, sekitar Rp 20 juta.
Mulai dari pengolahan lahan, bibit, ongkos tanam serta pupuk dan obat obatan. “Kalau tetap seperti ini, petani pasti mengalami kerugian besar,” ungkapnya.