DENPASAR – Serangan penyakit layu fusarium yang menyerang tanaman stroberi petani Pancasari, Buleleng dan Baturiti, Tabanan, sebenarnya bisa diatasi dengan cepat jika Pemkab Buleleng dan Tabanan bertindak cepat.
Pasalnya, dari seluruh sentra produksi stroberi di Indonesia, Bali masuk salah satu dari lima daerah penghasil stroberi terbesar nasional.
Kelima sentra produksi stroberi di Indonesia itu antara lain Berastagi, Medan; Purbalingga; Ciwedey, Jawa Barat; Batu, Jatim; dan Bedugul, Bali.
“Sejak masuk pertama ke Indonesia, sesuai data Departemen Pertanian Kementerian Pertanian RI 2017, produksi stroberi di Bali per tahun sebesar 1.517 ton
dengan rata-rata hasil 14.59 ton,” ujar Sekretaris Program Studi Strata (S2) Bioteknologi FP Unud Dr I Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya SP MAgr kemarin.
Sebagai catatan, stroberi yang dikembangkan petani Pancasari dan Candi Kuning berdasar penelitian Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Sub Tropika (Bali Distro) merupakan varietas langka.
Yakni varietas Rosalinda.”Kalau asalnya sendiri dari Australia. Varietas yang ada di Bali ini beda dari varietas daerah lain.
Varietas Rosalinda ini mirip dengan varietas Earlibrite yang merupakan salah satu kultivar hibrida dengan ciri khas warna merah terang, tekstur buah lebih keras,
beraroma harum dan ukuran lebih besar. Sedang rata-rata yang ada di daerah lain adalah varietas sweet charlie yang memiliki ukuran lebih kecil, “terangnya.
Untuk itu, dengan adanya potensi varietas langka, selaku akademisi, pihaknya mendorong agar varietas ini mampu dipertahankan.
“Harapan kami varietas ini bisa menjadi ikon dengan membuat agrowisata. Jadi ketika ke Tabanan dan Buleleng orang mengenal stroberi, Karangasem Salak, Kintamani Jeruk dan sebagainya, “pungkasnya.