34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 14:59 PM WIB

Waspada! Demam Berdarah Menyerang, Tukang Batu Sikat Meninggal Dunia

GIANYAR – Malang menimpa I Nyoman Tirtayasa, 51. Warga Banjar Taman, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, itu terserang demam berdarah (DB). 

Dia sempat dirawat di Rumah Sakit (RS) Sanjiwani Gianyar. Namun, pada Sabtu lalu (9/11) nyawanya tak terselamatkan.

Istri korban, Ni Nyoman Sutesni, tak menyangka menimpa suaminya. Sebelumnya, suaminya bekerja seperti biasa sebagai tukang pasang batu sikat. 

Sutesni mengingat pada 27 Oktober lalu, suaminya sempat mendapat job di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli untuk memasang batu sikat.

“Pulang kerja sempat nonton bola di TV. Besoknya badannya langsung panas. Tidak turun-turun mulai itu,” ujar Sutesni kemarin.

Saat panas tidak turun-turun, korban sempat diajak ke bidan terdekat. Namun, karena tidak ada perubahan, bidan merujuk korban ke dokter praktik. 

Lokasi dokter masih di wilayah Desa Bedulu. Tetapi, panas korban tidak kunjung turun. Bahkan, korban sempat sesak nafas. 

Selanjutnya korban diajak ke RS Sanjiwani Gianyar pada 30 Oktober. “Panasnya 39 derajat. Pertama masuk ke UGD. 

Terus diajak ke ruang ICU. Saya sudah panik, tumben sakit sampai masuk rumah sakit,” terangnya.

Sutesni tambah panik ketika perawat dan dokter yang ditanyai malah memintanya berdoa.

“Semua sudah tanya. Kenapa bu suami saya. Saya disuruh berdoa biar sembuh,” ujarnya mengingat situasi saat penanganan suaminya di RS.

Akhirnya, Sabtu siang (9/11) lalu korban menghembuskan nafas terakhir. Pihak keluarga langsung memulangkan jasad korban. 

Jasadnya juga telah dikuburkan di kuburan desa setempat. Humas RS Sanjiwani Gianyar Ida Bagus Punarbawa menyatakan, telah merawat pasien dengan standar operasional. 

“Selama pasien dirawat di RSUD Sanjiwani, telah dilaksanakan perawatan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan,” tegas Punarbawa kemarin.

Punarbawa menjabarkan riwayat pasien selama di RS. Pertama saat masuk RS pada 30 Oktober dalam kondisi demam atau panas. 

Selama dirawat, pasien sempat panas selama 3 hari. “Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien dirawat di ruang Arjuna,” jelasnya. 

Kemudian, pada tanggal 31 Oktober, pasien dipindahkan ke ruang ICU agar mendapatkan perawatan intensif. 

“Kondisi pasien syok dan sesak nafas,” terangnya. Pada 2 November, pasien mengalami DSS atau Dengue Shock Syndrome.

Selanjutnya, Direktur RS Sanjiwani Gianyar, dr. Ida Komang Upeksa menambahkan, pada 6 November, kondisi pasien membaik. 

“DSS sudah membaik. Trombosit naik,” jelasnya. Namun, pada 9 November kondisi pasien kritis. 

“Jam 11.15 sesak, dilakukan intubasi. Pukul 11.37 pasien meninggal dunia,” bebernya. Punarbawa menambahkan, kasus DB yang dirawat di RS Sanjiwani mencapai 22 pasien.

“Selama bulan Oktober saja, ada 22 pasien yang dirawat. Dua masih dalam perawatan,” pungkasnya.

GIANYAR – Malang menimpa I Nyoman Tirtayasa, 51. Warga Banjar Taman, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, itu terserang demam berdarah (DB). 

Dia sempat dirawat di Rumah Sakit (RS) Sanjiwani Gianyar. Namun, pada Sabtu lalu (9/11) nyawanya tak terselamatkan.

Istri korban, Ni Nyoman Sutesni, tak menyangka menimpa suaminya. Sebelumnya, suaminya bekerja seperti biasa sebagai tukang pasang batu sikat. 

Sutesni mengingat pada 27 Oktober lalu, suaminya sempat mendapat job di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli untuk memasang batu sikat.

“Pulang kerja sempat nonton bola di TV. Besoknya badannya langsung panas. Tidak turun-turun mulai itu,” ujar Sutesni kemarin.

Saat panas tidak turun-turun, korban sempat diajak ke bidan terdekat. Namun, karena tidak ada perubahan, bidan merujuk korban ke dokter praktik. 

Lokasi dokter masih di wilayah Desa Bedulu. Tetapi, panas korban tidak kunjung turun. Bahkan, korban sempat sesak nafas. 

Selanjutnya korban diajak ke RS Sanjiwani Gianyar pada 30 Oktober. “Panasnya 39 derajat. Pertama masuk ke UGD. 

Terus diajak ke ruang ICU. Saya sudah panik, tumben sakit sampai masuk rumah sakit,” terangnya.

Sutesni tambah panik ketika perawat dan dokter yang ditanyai malah memintanya berdoa.

“Semua sudah tanya. Kenapa bu suami saya. Saya disuruh berdoa biar sembuh,” ujarnya mengingat situasi saat penanganan suaminya di RS.

Akhirnya, Sabtu siang (9/11) lalu korban menghembuskan nafas terakhir. Pihak keluarga langsung memulangkan jasad korban. 

Jasadnya juga telah dikuburkan di kuburan desa setempat. Humas RS Sanjiwani Gianyar Ida Bagus Punarbawa menyatakan, telah merawat pasien dengan standar operasional. 

“Selama pasien dirawat di RSUD Sanjiwani, telah dilaksanakan perawatan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan,” tegas Punarbawa kemarin.

Punarbawa menjabarkan riwayat pasien selama di RS. Pertama saat masuk RS pada 30 Oktober dalam kondisi demam atau panas. 

Selama dirawat, pasien sempat panas selama 3 hari. “Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien dirawat di ruang Arjuna,” jelasnya. 

Kemudian, pada tanggal 31 Oktober, pasien dipindahkan ke ruang ICU agar mendapatkan perawatan intensif. 

“Kondisi pasien syok dan sesak nafas,” terangnya. Pada 2 November, pasien mengalami DSS atau Dengue Shock Syndrome.

Selanjutnya, Direktur RS Sanjiwani Gianyar, dr. Ida Komang Upeksa menambahkan, pada 6 November, kondisi pasien membaik. 

“DSS sudah membaik. Trombosit naik,” jelasnya. Namun, pada 9 November kondisi pasien kritis. 

“Jam 11.15 sesak, dilakukan intubasi. Pukul 11.37 pasien meninggal dunia,” bebernya. Punarbawa menambahkan, kasus DB yang dirawat di RS Sanjiwani mencapai 22 pasien.

“Selama bulan Oktober saja, ada 22 pasien yang dirawat. Dua masih dalam perawatan,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/